Kapitalisme Mencetak Generasi Amoral dan Rusak

 



Oleh: Erna Ummu Azizah


Publik kembali digemparkan dengan kasus seorang anak yang tega meracuni seluruh keluarganya sendiri. Sang pelaku merasa sakit hati lantaran dibebani kebutuhan sehari-hari. Hingga akhirnya nekat berbuat keji.


Dhio Daffa Syadilla (22) warga Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, ternyata sudah dua kali meracuni orang tua dan kakaknya. Peristiwa pertama menggunakan racun sianida yang dicampur es dawet. Mungkin karena dosisnya sedikit, racun tidak berefek.


Namun untuk yang kedua kalinya, racun agak banyak dicampurkan ke teh dan kopi. Tak berselang lama, bereaksi dan akhirnya ayah (58), ibu (54) maupun kakaknya (25) tewas. Menurut hasil autopsi, korban mengalami luka yang mengenaskan, dimana bagian tenggorokan hingga lambung korban mengalami luka bakar. (CNN Indonesia, 29/11/2022)


Diketahui bahwa sang ayah baru saja pensiun dua bulan lalu dan kebutuhan rumah tangga cukup tinggi karena orang tua memiliki penyakit, sehingga perlu biaya juga untuk pengobatan. Sedangkan sang kakak perempuan tidak dibebani nafkah sebagaimana si pelaku dibebani. Karena itulah pelaku sakit hati dan dengan sadis menghabisi keluarganya sendiri.


Miris, anak yang seharusnya berbakti kepada orang tua dan sayang kepada saudara, justru menjadi perenggut nyawa. Dan kasus seperti ini bukan kali pertama. Tentu kita tidak bisa membiarkan fenomena seperti ini terus berulang. Akan jadi apa generasi kedepannya?


Tak dipungkiri, paham sekulerisme saat ini begitu akut menjangkiti masyarakat. Sehingga manusianya jauh dari nilai-nilai agama dan cenderung mengikuti hawa nafsunya. Jangankan takut dosa, Tuhan pun seolah dianggap tak ada.


Belum lagi sistem ekonomi kapitalisme yang membuat tatanan masyarakat menjadi rusak. Semuanya dinilai dengan materi, sedangkan lapangan pekerjaan susah didapat. Bagaimana tidak membuat orang depresi dan nekat?


Kehidupan sekuler kapitalisme hanya membuat ketahanan keluarga hancur. Menghasilkan anak-anak amoral dan binal. Juga melahirkan masyarakat yang sakit dan negara yang abai.


Umat membutuhkan sistem kehidupan yang baik untuk mengakhiri kerusakan ini. Tentunya sistem yang sesuai dengan fitrah manusia. Dialah sistem Islam, yang diturunkan Dzat Pencipta semesta alam.


Islam telah menjadikan keimanan sebagai asas kehidupan, dan ketakwaan sebagai standar perbuatan. Apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya, maka laksanakan. Dan apa yang dilarangnya, maka tinggalkan. Semuanya dilakukan semata untuk meraih keridhoanNya.


Pemahaman ini akan membentuk keluarga yang kokoh. Setiap anggota keluarga  paham peran masing-masing sesuai yang telah Islam syariatkan. Ayah bertanggung jawab atas amanah sebagai pemimpin (qawwam). Ibu bertanggung jawab sebagai ibu dan pengatur rumah tangga (ummu wa robbatul bait), dan anak bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan juga wajib taat pada orang tua selama tidak dalam hal kemaksiatan.


Hal inipun didukung dengan penerapan sistem pendidikan Islam yang berorientasi mencetak generasi  berkepribadian Islam. Konsep ini mengajarkan pada anak-anak perannya di keluarga, masyarakat dan untuk agama Islam.


Maka, ketika Allah mewajibkan seorang laki-laki bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarga. Ia akan melaksanakan dengan hati yang ikhlas dan lapang. Tidak merasa terbebani, apalagi membuat dendam dan sakit hati. Karena baginya pahala dan kenikmatan surga menanti.


Begitupun masyarakat. Islam mengajarkan untuk saling peduli dan empati. Saling mengingatkan dan mendoakan. Sehingga jika ada individu yang khilaf dan merasa beban, maka bisa saling membantu untuk meringankan.


Terlebih negara, perannya sangat penting. Dalam Islam negara berkewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya. Maka, negara akan menyiapkan lapangan kerja seluas-luasnya agar para lelaki dapat memenuhi kewajibannya dalam mencari nafkah. Kecuali jika ada uzur syar'i yang menyebabkan laki-laki tak mampu bekerja (seperti sakit, cacat dan sejenisnya), maka negara akan memberikan jaminan sosial pada mereka.


Masya Allah, begitu indah jika sistem Islam diterapkan secara sempurna. Kehidupan pun akan berjalan sesuai fitrahnya. Semoga dapat segera terwujud kembali. Aamiin. Wallahu a'lam.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم