Rakyat Semakin Menderita Di Sistem Sekuler



Oleh: Japti Ardiani


Undang (42) bernasib pilu usai rumahnya dirobohkan oleh rentenir. Hal itu terjadi usai warga Kampung Haur Seah, Cipicung, Banyuresmi, Garut itu tak bisa melunasi utang sang istri senilai Rp 1,3 juta. Insiden penghancuran rumah milik Undang oleh rentenir itu terjadi hari Sabtu, 10 September 2022 lalu. Saat itu, sejumlah pekerja bangunan mendatangi rumahnya dan langsung membongkar rumah semi permanen tersebut.


Saksi mata sekaligus tetangga Undang, Teguh mengatakan, para pekerja bangunan tersebut mengaku diperintahkan oleh sang rentenir untuk membongkar rumah Undang.


"Sempat saya tanya, tapi jawabnya. Ini urusan pribadi," kata Teguh kepada detikJabar.


Undang sendiri mengaku kaget dengan pembongkaran rumahnya itu. Sebab, saat kejadian berlangsung, dia beserta istri dan anaknya sedang tidak ada di rumah. Mereka beberapa hari pergi ke Bandung untuk mencari pekerjaan.


"Saya kebetulan enggak ada pas dibongkarnya,  lagi di Bandung. Pas ke sini rumah sudah ambruk," kata Undang (detikJabar, 17/9/2022).


Mendengar berita seperti ini sungguh sangatlah miris keadaan masyarakat hari ini. Jangan kan untuk membayar hutang, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja rakyat harus bersusah payah mencari nafkah. Belum lagi kebijakan saat ini yang sangat menambah pilu jeritan hati mereka, bagaimana tidak pilu ditengah naiknya harga BBM saat ini ada berita bahwasanya akan ada penarikan gas elpiji dan masyarakat diminta beralih pada kompor listrik. Belum berita kompor listrik meredam kini gantian dengan berita diluncurkan nya mobil listrik dimana ini adalah kebijakan yang tidak memihak rakyat sama sekali.


Penguasa yang seharusnya berfikir bagaimana mengupayakan kesejahteraan rakyat dan bisa melayani rakyat sebaik baiknya. Akan tetapi penguasa hari ini ternyata bukan pelayan rakyat, tetapi pelayan para pemilik modal. Rakyat justru dipaksa untuk melayani kemauan dan kepentingan penguasa. Buktinya, banyak kebijakan yang diambil oleh penguasa lebih berpihak kepada para kapital dan justru makin memperburuk keadaan rakyat serta penderitaan rakyat. Rakyat makin terbebani oleh kebijakan penguasa yang zalim. 


Berbagai kebijakan yang selama ini menyusahkan rakyat dapat dianggap sebagai kezaliman terstruktur. Pasalnya, berbagai kezaliman itu terjadi secara sistematis sebagai akibat dari sistem zalim kapitalisme-liberalisme yang diadopsi dan diterapkan di negeri ini.


Sistem zalim kapitalisme-liberalisme mengharuskan agar peran dan campur tangan negara ditekan seminimal mungkin. Segala urusan harus diserahkan kepada mekanisme pasar dan keuntungan saja. Dalam doktrin kapitalisme-liberalisme yang ada hanyalah keuntungan saja, apalagi itu membawa keuntungan bagaimana pun caranya pasti akan dilakukan akan tetapi apabila dirasa tidak membawa keuntungan maka akan dibiarkan. Inilah salah satu kesalahan fatal akibat penerapan ideologi kapitalisme liberal.


Sangat jauh berbeda dengan konsep pengaturan dalam Islam. Di dalam Islam lapangan pekerjaan disediakan sehingga terutama para pencari nafkah untuk keluarga tidak kesulitan dan kekurangan, di dalam Islam jugalah semua bersinergi antara rakyat dan penguasa tanpa ada rasa saling mencurigai seperti saat ini. Islam memandang rakyat adalah pihak yang wajib dipenuhi kebutuhan dasarnya. Sementara penguasa bertindak sebagai pelayan, pengelola, dan penjamin kebutuhan dasar rakyat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Tidak seperti saat ini rakyat diminta untuk memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidupnya ditengah-tengah kebijakan yang sangat tidak berpihak pada mereka. Semoga syariat Islam yang selama ini kita nantikan untuk kemaslahatan umat segera terwujud agar rakyat bisa cepat keluar dari penderitaan hari ini. Maka sungguh, mewujudkan dan mengembalikan sistem yang menjadi junnah (pelindung) bagi umat adalah kewajiban yang tak bisa ditawar lagi. Dan memperjuangkan nya adalah suatu kewajiban yang ditinggikan karena hanya dengan Sistem Islam ummat bisa benar benar sejahtera dan terlindungi. Allahuakbar.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم