Pembangunan Karakter Anti Korupsi Gagal Total

 


Oleh : Latifah Ws 


Dilansir dari laman detikcom, pada Sabtu (20/8/2022) Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Karomani terkena operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelum kena OTT KPK, Karomani mengikuti acara pembentukan karakter (character building). Berdasarkan situs Unila, Karomani beserta para wakil rektor mengikuti character building di Hotel Sari Ater, Lembang, Bandung, Jawa Barat (Jabar), pada Rabu-Sabtu (17-20/8). Pada saat itu KPK langsung menahan Rektor Unila tersebut bersama tiga tersangka lainnya lantaran kasus dugaan suap terkait penerimaan calon mahasiswa baru di Universitas Lampung. Dalam OTT tersebut, KPK juga mengamankan tujuh tersangka lainnya. 


Dalam kasus ini, Karomani  diduga menerima suap sebanyak Rp5 miliar dari orang tua calon mahasiwa baru jalur mandiri Unila sehingga tak heran apabila ditetapkan sebagai tersangka. Tidak hanya Karomani, KPK juga menetapkan tersangka lain yakni Wakil Rektor Bidang Akademik Heryandi dan Ketua Senat Unila M. Basri. 


Ini bukan kali pertama kasus korupsi terjadi di Indonesia. Meski begitu, kasus kali ini sungguh mencengangkan dunia pendidikan. Dunia pendidikan tinggi yang seharusnya menjadi tempat untuk mencetak para agen of change yang berintelektual tinggi hingga para calon ilmuwan hebat masa depan  pada akhirnya harus terkena imbas dari bobroknya sistem sekuler. Lalu jika budaya korupsi sudah mencemari dunia pendidikan saat ini, lantas apa yang tersisa dari pembentukan karakter generasi di negeri ini?


Sudah sering kita jumpai kasus serupa, akan tetapi korupsi yang menimpa Rektor Unisula begitu menyita perhatian publik sebab sejauh ini sang Rektor dikenal sangat getol menyuarakan anti radikalisme di perguruan tinggi yang ia pimpin.


Dikenal dengan ketegasannya dalam menangkal issue radikalisme di kampus, ternyata diri sendiri lah yang menjadi pelopor “radikal” dalam aspek kriminal. Gagasan penting pemerintah Jokowi yang berfokus pada Revolusi mental para generasi selama ini nyatanya tampak tak membuahkan hasil bahkan bisa dikatakan gagal total. Gagasan dan slogan yang selama ini center disebut dengan  Character building berujung kandas seiring dengan penangkapan Rektor Unila beserta kroni-kroninya.


Menurut Kemendikbudristek , pelajaran berharga untuk perbaikan negara dapat diambil dari terjadinya kasus tertangkapnya rektor Unisula ini. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Diktiristek) Nizam mengaku sangat heran dan menyesalkan adanya kejadian suap yang dilakukan rektor tersebut. Terlebih, menurutnya, saat ini Kemendikbudristek sedang mendorong perguruan tinggi menjadi zona berintegritas yang bebas dari korupsi. (Kompas, 21/08/2022).


Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) pun mendesak agar jalur mandiri di semua perguruan tinggi negeri (PTN) dihapus. Merespons hal ini, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan masih memonitor pelaksanaan jalur mandiri di setiap PTN dan melihat situasinya terlebih dahulu.


Imbas Sekularisme


Korupsi rentan terjadi dalam pelaksanaan seleksi  jalur mandiri. Hal ini didukung dengan munculnya statement ditengah-tengah masyarakat bahwa pendidikan melalui jalur ini bergantung pada kesanggupan orangtua dalam membayar sejumlah uang yang telah disyaratkan. Gampangnya, orang tua harus siap dengan sejumlah uang yang besar dan wajib di berikan demi anaknya agar lolos di perguruan tinggi yang di Impikan. 


Pasalnya, agar para mahasiswa masuk ke Unisula, Sang Rektor Unila ini, mematok harga mulai dari Rp100 juta—Rp300 juta per kepala.  Meski tidak semua perguruan tinggi melakukan hal yang sama, tetapi kasus Rektor Unila yang terjadi saat ini merupakan bentuk  pengingat dan tamparan keras bagi dunia pendidikan.


Mirisnya lagi, peristiwa OTT tersebut terjadi saat pelatihan pembentukan karakter antikorupsi. Jelas sekali, membangun karakter yang berintegritas tidaklah cukup dengan pelatihan-pelatihan. Menghapus budaya korupsi juga tidak cukup hanya dengan slogan semata. 


Kerusakan sistem sekulerlah yang sesungguhnya mengawali rusaknya karakter anak bangsa hari ini. Nyatanya karakter baik para generasi yang selama ini center di gaungkan gagal untuk dibentuk baik dari generasi muda maupun para pejabat negara. Bibit korupsi dengan mudah disemai hampir di semua wilayah Indonesia baik dari pusat hingga daerah. Sehingga tidak ada satupun Lembaga pemerintahan hingga satuan pendidikan yang benar-benar terbebas dari korupsi.


Sistem Islam


Seharusnya kita sadar bahwa  terdapat banyak sekali kerusakan di dalam negri akibat diterapkannya sistem sekuler  ini. Apa yang mampu diharapkan dari sistem rusak dalam membangun para generasi dengan karakter yang baik di abad ini ? Dalam Islam, pembentukan karakter tidak bisa dibangun dengan modal pelatihan dan kata-kata. Begini cara Islam membangun karakter takwa dan cerdas dalam satu kesatuan.


Pertama, lingkungan keluarga. Kewajiban membentuk kepribadian sedari kecil akan menjadi penting  apabila orang tua paham akan hal ini, sehingga mereka wajib menerapkan aturan Islam didalam kehidupan. Akidah Islam sebagai nilai – nilai utama yang wajib ditanamkan yakni bagaimana seorang muslim benar-benar taat mutlak hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang tua senantiasa membiasakan Syariat Islam untuk dijadikan sebagai  standar baik, buruk dan benar salah seseorang dalam memandang kehidupan. Penanaman akidah Islam serta pembiasaan taat syariat akan membentuk karakter saleh dan salihah.


Kedua, masyarakat. Masyarakat akan resah apabila melihat kemaksiatan ditengah-tengah mereka jika terbiasa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dalam kesehariannya. Mereka sebagai kontrol sosial yang efektif tatkala melihat indikasi kecurangan dan penyimpangan yang dilakukan oleh aparat, pejabat, dan pimpinan di tempat mereka berada. Mereka juga tidak akan takut melaporkan setiap perbuatan yang melanggar syara’ kepada pihak berwenang dan pihak berwenang akan memproses segala laporan hingga yang bersalah mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan syariat Islam. Hal ini hanya dapat terjadi apabila negara menerapkan Islam secara keseluruhan. Oleh karenanya, dalam upaya pemberantasan kriminalitas maupun kejahatan di suatu negara, peran masyarakat sangatlah dibutuhkan. Penerapan sistem sosial Islam akan membentuk masyarakat Islam secara keseluruhan.


Ketiga, negara akan melakukan pengawasan ketat kepada para wakil rakyat, pegawai, maupun penguasa agar tidak terjadi kecurangan. Namun apabila terjadi maka negara tidak segan – segan memberikan sanksi hukum Islam yang akan memberikan efek jera bagi para pelaku kejahatan. Hukum takzir yang akan berlaku dalam kasus korupsi meskipun harus bergantung pada kebijakan dan ketetapan khalifah yang yang menjabat. Sanksi takzir dapat berupa hukuman tasyhir atau pewartaan, penyitaan harta, penjara, pengasingan, bahkan hukuman mati. Tak hanya itu, khilafah akan membentuk badan pengawasan dan pemeriksa keuangan untuk mengetahui apakah instansi pemerintahan melakukan kecurangan atau tidak sehingga apabila terjadi kecurangan badan ini lah yang akan melakukan pemeriksaan agar kasus dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. 


Keempat,Sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam. Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun karakter generasi peradaban. Dengan kurikulum berbasis Islam, generasi akan terdidik dengan tsaqafah dan pemahaman Islam sehingga memengaruhi pola pikir dan pola sikapnya. 


Dalam lintas sejarah, Islam sudah membuktikan kepribadian dan pembentukan karakter mewujud dalam kegemilangan generasi dari sisi akhlak dan kecerdasan. Sebagaimana yang dikisahkan dalam masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid. beliau merupakan seorang  khalifah yang sangat  menghargai ilmu pengetahuan dan peradaban sehingga menjadi salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda. Di masa kepemimpinannya banyak karya yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah yang merupakan perpustakaan terbesar sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Tak hanya itu, Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan.


Agar tidak gagal lagi, membenahi karakter antikorupsi harus dilakukan secara komprehensif. Peran keluarga, masyarakat, dan negara sangat penting dalam mensuasanakan keimanan dan ketakwaan di mana pun ia berada, apa pun jabatannya, dan kapan pun ia diberi amanah. Sistem Islam terbukti anti gagal dalam membangun karakter. Kalaulah ada perbuatan yang melanggar, jumlahnya tak sebanyak saat ini.


Sangat berbeda dengan kondisi saat ini, dimana pihak yang korupsi lebih banyak dibanding dengan yang tidak sehingga wajar apabila saat ini korupsi dianggap membudaya dan hal yang biasa karena ujung-ujungnya apabila tertangkap malah terkesan ditutup-tutupi oleh negara. Jika perbuatan melanggar sudah menjadi tabiat komunal, jelas sistemnya yang bermasalah, yaitu penerapan kapitalisme sekuler. Sehingga sudah saatnya dunia mulai meninggalkan system yang rusak dan beralih ke syariat Islam untuk diterapkan. []






*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم