Bukan Generasi Stroberi

  



Endah Sulistiowati

(Dir. Muslimah Voice)


Akhir-akhir ini dunia seakan terbalik, kebenaran yang jika dimata umum salah maka bisa jadi salah pun demikian kebalikannya. Termasuk ke-viralan seseorang di media sebagai jalan diakuinya oleh negara menjadi salah satu bukti keterbalikkan dunia ini. Apakah ini berlaku untuk di Indonesia saja, ataukah di negara-negara lain? Netizen bisa cari tahu sendiri. 


Karena hal tersebutlah, konten creator, youtuber, selebgram, dll., adalah cita-cita yang sekarang dielu-elukan oleh anak-anak sekarang. Terkenal, mudah mendapatkan cuan seakan membius mata dan hati generasi saat ini. Bahkan tidak mau kalah, para emak pun turut berkontribusi. Subhanallah.


Keinginan untuk mendapatkan yang serba mudah, cepat, instan, seakan menjadi trend generasi saat ini. Hingga berkembang pula istilah generasi stroberi. Istilah generasi ini terlahir dari filosofi warga Tionghoa tentang bagaimana karakter nyata dari buah stroberi sendiri. 


Dikutip dari Wikipedia, bahwa istilah generasi stroberi menurut sebuah neologisme bahasa Tionghoa adalah untuk orang Taiwan yang lahir setelah 1981 yang "gampang mengkerut" seperti stroberi – artinya mereka tak dapat menghadapi tekanan sosial atau kerja keras seperti generasi orang tua mereka; istilah tersebut merujuk kepada orang yang insubordinat, manja, penyendiri, arrogan, dan malas kerja.


Istilah tersebut berkembang dari sudut pandang bahwa para anggota generasi ini dibesarkan dengan terlalu dilindungi oleh orang tua mereka dan dalam sebuah lingkungan yang kaya akan ekonomi, dalam perlakuan serupa dengan bagaimana stroberi ditumbuhkan di rumah kaca yang dilindungi dan dihargai lebih tinggi ketimbang buah-buahan lainnya.


Kalau di Indonesia sendiri lebih istilah generasi stroberi ini lebih cocok untuk generasi milenial yang lahir tahun 2000-an. Maunya hidup serba mudah, tercukupi, butuh eksistensi diri, terkenal, hingga mudah mendapat cuan. Namun sayangnya generasi stroberi ini banyak yang bersumbu pendek, pembebek, mudah patah, depresi, dan rapuh. 


Harusnya generasi milenial ini tidak ada bangga-bangganya kalau disebut sebagai generasi stroberi. Karena dari filosofinya saja sudah tidak ada bagus-bagusnya. Apalagi jika mereka adalah para generasi Islam. 


Seorang muslim sudah sepatutnya bangga dengan jati dirinya, kuat dalam segala kondisi. Tidak mudah tergiur dengan segala kemudahan, kalau harus menukarnya dengan keimanan dan meninggalkan perjuangan. Note it!


Di setiap peradaban, generasi muda adalah ujung tombak perubahan. Sehingga yang dibutuhkan adalah generasi yang tangguh, kokoh, pantang menyerah bukan generasi stroberi. Ingat ya, bukan generasi stroberi!

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم