Generasi Muda Kehilangan Arah Akibat Jauh dari Islam


Oleh : Tasya Aulia

Baru-baru ini viral di sosial media terkait Citayam fashion Week. Citayam Fashion Week adalah aksi peragaan busana di zebra cross kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Layaknya Paris Fashion Week yang terkenal, para 'model' berlenggak-lenggok mengenakan busana khasnya sambil menyeberangi jalan. Bedanya, para 'model' yang meramaikan Citayam Fashion Week adalah remaja dari Depok, Citayam, dan Bojonggede, daerah penyangga Jakarta. Nah, dari latar belakang inilah istilah Citayam Fashion Week bermula (Kompas.com 25/07/2022).

Hampir semua remaja berkumpul di Sudirman untuk memamerkan ouflit mereka. Tidak sedikit dari Meraka yang sengaja mengumbar aurat dan memamerkan kemesraan dengan lawan jenis. Seakan ini menjadi hal yang sangat biasa bagi mereka. Apakah ini harus dibiarkan? 

Fenomena Citayam Fashion week memberikan tamparan keras bagi kita hari ini. Inilah sedikit gambaran ketika kaum remaja/pemuda tidak dididik dengan nilai-nilai Islam. Mereka seperti kehilangan jati diri hingga mengeksploitasi tubuh mereka hanya demi konten sosial media yang tidak bermanfaat. Para remaja ini harus diberikan edukasi dan pemahaman tentang Islam, agar bisa memahami batasan-batasan pergaulan dan tidak terjebak dalam pergaulan bebas yang bisa membahayakan diri mereka. 

Kasus remaja lainnya yang sedang mendapatkan perhatian masyarakat adalah kasus perundungan yang dialami anak berinisial FH berusia 11 tahun di Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia kasus ini tergolong berat dan kompleks lantaran korban mengalami kekerasan secara fisik, seksual, dan psikologis (Kompas.com 24/07/2022). Peran  orang tua, guru dan serta lingkungan sangat mempengaruhi kondisi pergaulan pada anak anak dan remaja agar kasus bullying ini tidak terjadi lagi. 

Pola asuh orang tua menjadi sorotan dalam kasus bulliying ini. Bagaimana bisa seorang anak tumbuh menjadi sosok yang mengerikan bagi temannya. Perbuatan anak bisa jadi adalah cermin bagi orang tuanya. Ada kelalaian dalam Pendidikan dan pengawasan dari orang tua terhadap anaknya, sehingga anak menerima ‘contoh’ yang salah dan mampu menirunya.

Entah dari tontonan atau orang-orang di lingkungannya. Yang terpenting dari Pendidikan orang tua terhadap anak adalah menanamkan aqidah pada anak. Bahwa ada Allah yang senantiasa menyaksikan setiap perilakunya. Ini yang tidak boleh dilalaikan orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Mungkin kita lupa bagaimana kisah seorang tokoh paling penting dalam sejarah penaklukan konstantinopel. Dialah seorang pemimpin yang sangat tangguh. Namanya adalah Muhamad Al Fatih. Peran keluarga dalam membangun sebuah peradaban islami sangat penting sebagaimana  yang dilakukan oleh ayah Muhamad Al Fatih. Aqidah islam telah tertanam dalam dirinya sejak kecil. Alfatih didik oleh 2 orang ulama besar. Ayahnya menanamkan cita-cita yang tinggi pada Alfatih sejak ia masih kecil, yaitu menjadi pembebas konstatinopel seperti yang dikabarkan Rasulullah dalam hadistnya. Dalam didikan orang tuanya, Muhammad Al-fatih tumbuh menjadi remaja yang Tangguh, pejuang Agama Allah. Pada usia remajanya, ia menjadi salah satu pejuang Islam yang Namanya akan diingat sepanjang masa karena berhasil membebaskan benteng konstatinopel. 

Intulah perbedaan ketika sistem pergaulan tidak diatur dengan Islam. Sistem pergaulan Islam akan melahirkan sosok sosok tangguh dalam membela agama Allah bukan malah melahirkan generas-generasi lemah yang malah akan merusak sebuah peradaban. 

Tidak hanya orang tua, negara juga memiliki peran dalam membentuk perilaku anak. Negara dengan Islam sebagai landasannya akan memberlakukan sistem Pendidikan yang tidak hanya menjadikan anak kaya akan ilmu pengetahuan namun juga mendidik anak-anak menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Keimanan tidak hanya ditumbuhkan di rumah tapi juga di lingkungan sekolah. Sehingga anak-anak tidak kehilangan arah di masa remajanya. Karena dalam benaknya, penuh kecintaan terhadap Allah, Rasul, dan agamanya. 

Peranan negara juga dibutuhkan dalam memfilter konten media. Tontonan-tontonan yang buruk yang bisa ditiru anak-anak mampu dihentikan oleh negara. Melalui otoritas negara, media harus dalam pengawasan negara. Media hanya boleh menyajikan konten-konten bermanfaat, menambah tsaqofah Islam dan menambah keimanan terhadap Allah SWT.


Hanya Islamlah yang mampu menyelesaikan segala problematika umat hari ini. Penerapan syariat Islam secara kaffah harus segera diwujudkan agar mampu mencetak generasi-generasi kuat dan tangguh dalam memperjuangkan agama Islam.  
Wallahu’alam bishawab

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم