Menghapus Jejak Buruk Generasi Akibat Pendidikan Sekuler




Oleh : Uswatun Khasanah

Wajah dunia pendidikan kembali ternoda. Kesalahan pendidikan sekuler telah diperparah dengan bunuh diri yang berulang, dari siswa sekolah dasar hingga mahasiswa yang meninggal karena depresi.

Kabupaten Tasikmalaya Seorang anak sekolah berusia 11 tahun meninggal setelah diganggu oleh teman bermainnya yang dipaksa oleh temannya melakukan adegan tidak senonoh dengan kucing. Rekaman itu kemudian beredar di media sosial hingga korban diperlakukan dengan buruk. Akibatnya, korban depresi tidak mau makan atau minum sampai dirawat di rumah sakit. Korban meninggal saat dirawat di rumah sakit.

Seorang mahasiswi Semarang telah bersumpah untuk bunuh diri setelah gagal masuk ke universitas negeri setelah mendapat kekerasan verbal oleh pacarnya. Siswa yang menunggu kelulusan perguruan tinggi telah bersumpah untuk memberi santunan kepada anak yatim piatu jika dia diterima di perguruan tinggi negeri yang didambakannya, tetapi bunuh diri jika tidak. Hal ini dikarenakan korban mendapat kekerasan verbal oleh pacarnya yang menyuruhnya mati dan tidak mau memperhatikannya lagi, dan mengatakan bahwa PTN yang diidamkan korban tidak mau menerimanya.

Hingga seorang mahasiswa yang putus asa karena studinya belum selesai. Sebelum ditemukan gantung diri, mahasiswa tersebut mengeluh karena studinya tak kunjung selesai selama tujuh tahun. Mahasiswa yang terdaftar pada program Studi Hubungan Internasional 2013 seharusnya menyelesaikan studinya pada tanggal 31 Juni 2020, namun karena adanya pandemi Covid 19, khususnya untuk Angkatan 2013, mereka telah memperpanjang batas waktu penyelesaian studi mereka menjadi 31 Desember 2020, syaratnya adalah bahwa judul skripsi telah diterima atau telah selesai seminara proposal. Pada tahun 2017 almarhum dibimbing oleh dua orang pembimbing, dan pada akhir tahun 2018 mahasiswa tersebut berganti pembimbing.

Tentu saja, fakta di atas menambah daftar panjang rekam jejak buruk sistem pendidikan saat ini. Lingkungan rumah, sekolah, dan kampus seharusnya menjadi tempat yang paling nyaman dan aman bagi siswa hingga mahasiswa.

Baik kasus bullying maupun kekerasan tidak terjadi begitu saja. Sekularisme sebagai domain agama yang mengatur kehidupan, akibatnya generasi ini kehilangan jati dirinya dan terbawa arus gaya hidup sekuler yang bebas. Maraknya intimidasi dan bunuh diri hanyalah efek samping dari sistem pendidikan sekuler.

Sistem pendidikan sekuler tidak menjadikan ketakwaan sebagai syarat utama penyusunan sistem dan kurikulum pendidikan. Pembentukan karakter beriman dan takwa tidak dapat dilaksanakan dengan moderasi agama yang sedang digencarkan saat ini. Moderasi beragama hanya mengikis nilai Islam itu sendiri. Islam terbatas pada agama ritual yang hanya mengatur ibadah mahdhah.

Sekolah, kampus, dan lingkungan komunitas adalah tempat di mana generasi dapat dengan mudah terpengaruh. Suatu hal yang baik bisa menjadi buruk karena dipengaruhi oleh lingkungannya. Budaya amar makruf nahi munkar hampir tidak terlihat dalam masyarakat sekuler. Kehidupan sosial yang cenderung individualisme, egoisme, dan apatis mengurangi kepekaan sosial dan empati terhadap teman.

Masing-masing komponen tersebut lahir dari sistem pendidikan sekuler yang membentuk generasi amoral. Pencapaian generasi yang saleh dan bertaqwa tidak bisa bergantung pada peran satu atau dua komponen saja. Kerusakan pada sistem sekuler terlalu serius.

Negara ini perlu merombak sistemnya untuk menciptakan generasi yang cerdas, berilmu, beriman dan bertakwa. Yakni mengambil sistem alternatif yang telah ada dan pernah diterapkan di masa Islam.

Islam menuntut pemeluknya untuk belajar. Kewajiban menuntut ilmu ini tentu saja berbanding lurus dengan pahala besar yang Allah siapkan untuk para penuntut ilmu. Oleh karena itu, pendidikan menempati posisi penting dalam masyarakat Islam. Pendidikan memastikan bahwa ide-ide Islam (tsaqofah) diwariskan dari generasi ke generasi di antara umat Islam. Sebab tsaqafah adalah kekayaan dan sumber peradaban Islam.

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan kepribadian Islami siswa dan penguasaan ilmu-ilmu hayat seperti matematika, sains, teknologi dan teknik. Sedangkan hasil belajar (output) pendidikan Islam akan menghasilkan peserta didik dengan keyakinan yang kokoh dan pemikiran Islam yang mendalam. Tidak heran jika keterikatan siswa terhadap hukum Allah SWT menjadi karakternya. Inilah secuil gambaran generasi yang berada dalam naungan pendidikan Islam Negara Khilafah. Wallaahua'lam

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم