Oleh : Jumriati Fathia
(Pemerhati Publik)
Belakangan terakhir ini moderasi beragama semakin digaungkan secara masif terstruktur dan sistemis seiring mengemukanya Islamphobia di tengah masyarakat. Gencarnya tuduhan teroris dan radikal pada sempurnanya syariah Islam dalam pelaksanaanya, melesatkan harmonisasi yang dirangkai bersama derasnya arus moderasi beragama.
Belakangan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Kendari meluncurkan Sistem Layanan Informasi Moderasi Beragama (Si Moderat) lingkup kantor Kemenag Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Dan pertama kali dilakukan oleh Sultra di seluruh Indonesia, sebab Kanwil Sultra telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) atau perjanjian terkait hal ini, jelas Lalan Jaya ketua Kementrian Agama kota Kendari. (ZONASULTRA.ID, 9/6/2022)
Layanan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai instrumen oleh masyarakat dan tidak hanya dimanfaatkan oleh kalangan pelajar namun juga seluruh masyarakat luas, tambahnya.
Kepala Kemenag Sultra Zainal Mustamin ditemui ditempat yang sama mengatakan, sangat mengapresiasi atas inovasi dari sistem aplikasi tersebut. Menurutnya dangan adanya Si moderat ini dapat menjadi rumah belajar tentang moderasi beragama dan menjadi referensi bagi masyarakat secara online untuk memperoleh informasi tentang moderasi beragama.
Masif
Sejak menjadi program nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 (Republika.co.id, 23/9/2021) kampanye moderasi beragama menjadi program yang masif dilakukan oleh kemenag dalam rangka menjadikan Islam Sebagai agama yang sama dengan lainnya. Ide pluralisme ini dianggap mampu mencegah ide radikalisme di tengah masyarakat. Begitu pula untuk menyasar generasi muda di era digitalisasi Kemenag pun membuka layanan moderasi beragama via digital berbasis aplikasi
Tampak istilah moderasi ini nampak elegan dan positif karena dilawankan dengan radikalisme yang digadang-digadang menjadi solusi antara dua kutub ekstremitas bergama yaitu ekstremitas kanan dan ekstremitas kiri. Moderasi ini berada tengah, tidak ekstrem, fundamental yang tidak liberal. Muncul pertanyaan manakah ajaran Islam yang fundamental yang harus diterapkan, dan manakah ajaran Islam yang tidak fundamental sehingga tak harus diterapkan? Padahal Allah telah memerintahkan setiap muslim untuk menerapkan syariah secara kaffah (Baca Q.S. Al-Baqarah[2] : 208). Isu radikalisme pun hingga hari ini masih samar tidak jelas peruntungannya apa dan siapa yang disebut radikal.
Para pengusung Islam moderat terus berupaya keras untuk menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam yang lurus dengan berbagai macam cara, tidak hanya sekedar menjadikan hukum buatan manusia lebih tinggi dari hukum Allah, tetapi jauh lebih dari itu. Dengan cara-cara halus mereka terus mengkampanyekan bahwa semua agama benar karena semua mengajak pada kebaikan.
Pengarusan opini dari moderasi beragama ini menunjukan bahwa semakin gencarnya kekuatan Islam yang harus dibendung oleh barat, dengan memoles racun pluralism agar nampak manis dilihat.
Islam jelas berbeda dengan keyakinan lainnya. Islam mencakup seluruh sendi kehidupan yang wajib diterapkan oleh pemeluknya. Umat Muslim tidak akan mulia tanpa penerapan syariat. Sedangkan syariat Islam mustahil diterapkan tanpa bingkai institut negara. Inilah yang sedang dikhawatirkan barat, munculnya benih-benih kebangkitan Islam Kaffah. Maka pengarusan opini moderasi beragama menjadi upaya yang wajib dihadang
Sinkronisasi dengan Kepentingan Barat
Sejak runtuhnya komunisme racun barat berupa moderasi beragama yang sengaja di ekspor ke negeri-negeri muslim termasuk Indonesia merupakan bagian dari strategi representatif Barat untuk memenangkan pertarungan ideologi antara Islam (politik) dan kapitalisme. Rencana terbaca dalam dokumen Rand Corporation pada tahun 2007 yang berjudul, Building Moderate Muslim Network. Dokumen ini di memuat langkah-langkah strategis dan taktis untuk membangun jaringan muslim moderat pro barat di seluruh dunia agar Islam tidak menjadi ancaman termasuk Indonesia.
Dokumen inilah yang menjadi panduan bagi negeri barat melalui mitranya untuk menjalankan proyek modernisasi Islam termasuk di dalamnya gagasan tentang HAM, kesetaraan gender, pluralisme dimana menerima sumber-sumber hukum non sektarian. Ringkasnya, Islam moderat adalah pemahaman Islam yang disesuaikan dengan pemikiran, pemahaman dan peradaban ala Barat. Dengan demikian muslim yang moderat adalah muslim yang menerima pemikiran, pemahaman dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat sehingga imperialis barat di negeri muslim semakin langgeng.
Akar Penyebab Masalah
Tentunya akar dari permasalahan semua ini karena landasan sekularisme, liberalisme dan islamphobia tumbuh subur. Kebebasan disakralkan atas nama HAM, penghinaan terhadap simbol-simbol Islam pun lantas dibenarkan. Bingkai sekularisme telah melahirkan berbagai paham dan perilaku nyeleneh atas nama toleransi dan pluralisme. Sekularisme mengharuskan negara netral dari agama tidak boleh memihak agama apapun dan harus melindungi kebebasan, maka negara sekuler tidak mungkin akan melindungi kemuliaan ajaran agama khususnya Islam.
Masyarakat wajib disadarkan betapa besarnya upaya adidaya kapitalis barat untuk menahan laju islam kaffah.masyarakat harus di tunjukkan racun pluralisme ini sangat berbahaya karena menganggap semua agama sama. Padahal sudah jelas banyak ayat dalam Al-Qur'an selain muslim adalah kafir
Solusi
Selama sekularisme masih menancapkan cakarnya ajaran Islam akan terus mengalami penghinaan dan perlawanan untuk mencegah bangkitnya peradaban Islam. karena itu perlunya mencampakkan sekularisme beserta ide-ide turunannya harus dilakukan.
Sebagaimana Saad bin Abi Waqash bertanya kepada Umar ra. Tentang buku-buku Persia yang di antaranya memuat ajaran dan filsafat Persia. Umar ra. Berkata "Buang saja buku-buku itu ke air (sungai/laut). Jika di dalamnya ada petunjuk maka sungguh Allah telah menunjuki kita dengan yang lebih baik dari itu (yakni Islam). Jika di dalamnya terdapat kesesatan maka sungguh Allah telah mencukupi kita (Tarikh Ibnu Khaldun, I/631) wallahu a'lam bi shawab. []