Gonjang-Ganjing Pemilu 2024 : Akankah Menyelesaikan Persoalan Negeri Dengan Tepat?

 


Oleh : Ananda Maulida Rizqi


Perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024 semakin nyata didepan mata. Meskipun Pemilu masih perlu menunggu 2 Tahun lagi, namun nyatanya partai-partai politik sudah memberikan sinyal untuk mengambil posisi start menuju periode kepemimpinan yang baru. Seperti Golkar, PPP dan PAN yang baru-baru ini layaknya 3 serangkai yang membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada 12/5/2022. Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasab Syadzily menyampaikan bahwa KIB masih membuka pintu bagi partai politik lain seperti PKS, Nasdem dan Demokrat (kompas, 30/5/2022).

 

Disisi lain kebahagiaan Golkar, PPP dan PAN atas pembentukan KIB, baru-baru ini publik dihebohkan dengan adanya isu panas mengenai kerenggangan hubungan antara orang TOP PDIP, Presiden Jokowi dan Bu Megawati. Kerenggangan ini dipicu oleh isu mengenai Presiden Jokowi yang disebut-sebut mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk melenggang ke Pemilu 2024. Padahal disaat yang sama Ibu Megawati selaku Ketua Umum PDIP belum memutuskan siapa kader PDIP yang siap diajukan sebagai capres dalam pemilu mendatang (cnbcindonesia, 8/6/2022). 


Menanggapi hal tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa hubungannya dengan Ibu Megawati sudah selayaknya ibu dan anak. Dalam perjalanan menjadi anak terkadang ada anak yang bandel, ada yang nakal maka itu menjadi hal yang biasa. Namun ketika Jokowi ditanya oleh wartawan apakah Presiden Jokowi mengibaratkan dirinya sebagai anak yang nakal dan bandel, beliau tidak menjawab (nasional.kompas, 13/6/2022). Hal ini juga senada dengan jawaban Bu Megawati. Menurut pernyataan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto, Bu Megawati hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Hasto menyampaikan isu panas soal tentang hubungan Presiden Jokowi dan Bu Megawati. Hasto juga menyampaikan bahwa isu panas soal hubungan Presiden Jokowi dan Bu Megawati memang sering “digoreng” oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Menurutnya, relasi antara Ibu Megawati dan Presiden Jokowi dipandu oleh kesesuaian arah masa depan bangsa dan dilandasi hubungan batin yang kuat (cnbcindonesia, 8/6/2022).  

Di samping isu panas yang menerpa orang-orang TOP PDIP, di kubu yang lain dari partai Bulan Sabit Padi (PKS) menyampaikan bahwa mereka masih terbuka mengenai capres yang akan mereka dukung pada pemilu mendatang. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Al-Habsyi dalam wawancara YouTube Tribus Network (13/6/2022) bahwa PKS membantah jika ada orang yang cenderung menilai PKS mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju dalam pemilu 2024. Aboe juga menyampaikan bahwa PKS sampai sekarang masih dalam tahap wait and see sampai ada perkembangan yang menarik. Selain itu, dalam kesempatan yang lain di sela-sela acara Milad ke-20 PKS di Istora, Senayan, Jakarta, Minggu (29/5/2022) Aboe juga menyampaikan bahwa PKS tidak ingin lagi diluar pemerintahan. PKS akan merebut kemenangan dan mereka ingin mengusung bukan lagi mendukung. 


Dari beberapa perbedaan isu yang terjadi pada setiap partai politik, tentunya kita dapat menangkap suatu hal. Dimana partai-partai politik memiliki perbedaan dalam menentukan arah gerak mereka untuk memilih pemimpin. Ada yang berkawan, ada yang tetap memilih menjadi lawan. Hal ini menjadi wajar terjadi karena setiap partai politik memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Ada yang rela melepaskan idealisnya sebagai oposisi untuk menjadi koalisi demi dipandang memberikan kontribusi untuk negeri. Jadi kita tidak perlu heran jika saat menuju detik-detik Pemilu  para ketum partai politik mulai unjuk gigi dan menunjukkan eksistensi. Bahkan mereka mencoba menjadi sesholeh mungkin dihadapan para rakyat, diam-diam blusukan ke daerah-daerah, menjalin silaturahmi dengan para tokoh masyarakat dsb. Dan jika tayangnya sponsor sirup menjadi penanda datangnya ramadhan, maka dengan berdirinya baliho di jalan menjadi tanda Pemilu akan segera digelar. Semua calon sibuk menjadi simpati rakyat. 


Saat belum menjabat obral janji, saat sudah menjabat janji hanyalah sekedar janji. “Habis manis sepah dibuang” adalah peribahasa yang pas untuk disematkan bagi para pemimpin negeri ini yang tidak bisa menjalankan apa janji yang mereka sampaikan sendiri. Plato sebagai penggagas konsep demokrasi telah memprediksi jauh-jauh hari bahwa penguasa tiran akan lahir dari sistem demokrasi. Ternyata ramalan Plato terjadi pada hari ini. Mantan Ketua Umum PPP Romahurmuziy juga pernah menyampaikan bahwa “Hari ini pejabat, besok bisa langsung jadi penjahat”.


Kekuasaan akan menjadi musibah jika tidak dijalankan dengan amanah. Jadi tidak seharusnya seseorang yang menerima kekuasaan mengucapkan Alhamdulillah, tetapi yang harus ia ucapkan adalah Innalillahi.... Dalam sistem politik demokrasi, kekuasaan adalah puncak tujuan tertinggi, politik berbasis kepentingan pribadi/ kelompok adalah ambisi. Agama tidak lagi menjadi landasan dalam mengatur kehidupan bernegara. Bagaimana bisa kita mengharapkan lahirnya pemimpin yang amanah dari sistem seperti ini?


Dalam Islam, politik tidak sepicik dalam demokrasi yang mana hanya berasaskan pada manfaat dan kepentingan. Karena dalam Islam politik adalah riayah suunil umat yang mana memiliki arti politik berupa bentuk pengurusan dan pelayanan bagi seluruh urusan umat. Tanpa politik segala urusan umat akan berantakan. Oleh sebab itu, sangat penting umat Islam memahami hakikat berpolitik ala Islam. Imam Al-Ghazali pernah menyatakan bahwa “Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar”. Agama sebagai pondasinya dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak ditopang oleh pondasi maka tentunya akan mudah untuk roboh dan segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga maka akan mudah untuk dimusnahkan. 


Sistem demokrasi sekuler telah membuat kehidupan umat menjadi hancur berantakan. Ketika Islam tidak dijadikan landasan dalam berkuasa maka berbagai syari’at akan terabaikan begitu saja. Oleh karena itu diperlukan kacamata Islam dalam berkuasa. Bukan hanya mengganti pemimpinnya namun dengan mengubah sistemnya. Karena sudah terbukti didepan mata, bahwa telah berkali-kali negeri ini berganti pemimpin namun nyatanya tidak ada perubahan yang signifikan dan memecahkan masalah dengan solusi yang tepat. Yang terjadi justru permasalahan negeri yang begitu pelik. 


Jika berkaca pada apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tentu kita dapat melihat bahwa beliau mampu mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam yang disegani kawan ataupun lawan. Beliau berhasil menjadikan Madinah sebagai Daulah (negara) pertama bagi umat Islam. Sudah seharusnya kita sebagai umat yang sangat dirindukan Rasulullah SAW di telaganya mencontoh apa yang beliau lakukan. 


Pertama, beliau melakukan pembinaan kader dakwah untuk menyiapkan mereka melakukan perubahan melalui jalan dakwah. Beliau membekali para sahabat dan kaum muslim dengan akidah Islam dan pemikirannya. Dan disaat yang bersamaan beliau dan para sahabat berinteraksi dengan masyarakat untuk melakukan perang pemikiran, tradisi dan sistem kufur yang ada di tengah-tengah kehidupan mereka. 


Kedua, beliau melakukan perubahan rezim dan sistem. Hal ini dilakukan dengan dilakukannya hijrah dari Mekkah ke Madinah yang pada akhirnya menjadi titik kemenangan umat Islam. Ketika Rasul mendirikan Daulah, beliau menjadikan Islam sebagai landasan untuk bernegara dengan menerapkan Islam secara keseluruhan (kaffah) dalam semua lini kehidupan. Dan ketika Daulah berdiri Rasulullah SAW berani melakukan penaklukan (futuhat) untuk mengepakkan sayap Islam ke wilayah yang belum tersentuh Islam. Rasulullah SAW juga tidak ragu untuk tidak berkompromi dengan sistem jahiliyah saat itu. Beliau begitu intens melakukan dakwah kepada orang-orang Quraisy dengan menjelaskan kerusakan sistem saat itu. Inilah jalan yang seharusnya kita tempuh agar umat tidak jatuh di lubang yang sama. 


Sudah sangat tampak bukan kerusakan sistem saat ini? Tidak cukup jika kita hanya  melakukan perubahan pemimpin atau rezim. Perlu adanya perubahan yang menyentuh sampai ke akar yaitu dengan merubah sistem saat ini dengan sistem Islam. Jika ada mobil mogok dijalan tentunya kita tidak bisa hanya mengganti sopirnya, kita perlu memperbaiki pada sistem mesinnya. Hal ini sama dengan apa yang kita alami saat ini. Dunia perlu perubahan hakiki atas kerusakan yang terjadi yakni dengan merubah sistem saat ini menjadi sistem Islam yang di Ridhoi Illahi Rabbi. Allahu Akbar. Wallahu ‘alam bi shawwab []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم