Pergaulan Rusak, Perselingkuhan Marak. Saatnya Islam Tegak



Oleh : Anita Humayroh


Ada pepatah yang mengatakan bahwa cinta itu buta. Mungkin kata kata inilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi NU (24 tahun). Ia telah dibutakan oleh rasa cemburu yang teramat sangat sehingga berbuat nekat, tak menghiraukan berbagai akibat.


Beberapa hari sebelumnya masyarakat Kulon Progo di gegerkan dengan tewasnya seorang pria berinisial NM alias PY (38), karena penganiayaan yang dilakukan oleh selingkuhan istrinya. Korban meregang nyawa usai ditendang oleh pelaku SR alias K (45).


Kejadian bulan lalu pun masih membekas dalam ingatan. Seorang petani di Desa Tambaksumur, Tirtajaya, Kabupaten Karawang berinisial MO (52) ditemukan tewas di kamarnya dengan luka hantaman benda tumpul di wajah. Kejadian ini ternyata didalangi oleh istri sah korban bersama selingkuhannya. 


Beberapa kasus diatas, bukanlah kali pertama terjadi. Sudah banyak sekali hal serupa membanjiri layar kaca televisi rumah atau bahkan gadget dalam genggaman kita. Tak ayal, masyarakat seolah hanya menelan ludah menanggapi rusaknya moral masyarakat yang sedemikian parah.


Kondisi ummat yang semakin bebas melakukan segala hal, dan tak lagi peduli mana perbuatan yang halal dan haram. Mereka hanya mengedepankan kepuasan sesaat, yang mana ini merupakan buah busuk dari keberadaan sistem sekuler, sistem yang memisahkan agama dari dalam diri setiap insan. Manusia tak lagi dipaksa untuk tunduk kepada RabNya. Mereka tak lagi diikat oleh aturan main yang telah diberikan secara sempurna oleh Tuhannya. Tak ada satupun yang dapat mencegah perbuatan yang diharamkan agama. Semua ditunggangi atas dasar hak asasi semata.


Keadaan moral masyarakat menjadi semakin kacau karena mereka sudah mengadopsi sikap hedonis dan individualis, yang tak memiliki rasa simpati dan empati. Masyarakat seperti menutup mata melihat kemaksiatan membanjiri seluruh pelosok negeri. Kewajiban untuk beramar maruf nahi mungkar tak sedikitpun terealisasi atau bahkan sekedar berbasa basi. Selama apa yang diperbuat tak merugikan, terserah apa saja boleh dilakukan. Naaudzubillah. 


Negara sebagai pengendali hukum pun tak ada reaksi, jangankan untuk menghentikan kasus semacam ini terjadi kembali, bahkan sekedar mengomentari pun dirasa bukan urusan "kami" para elit negeri. Negara dengan sistem sekuler hanya mencari materi, tak mau mengurusi masalah basi semacam ini. 


Sanksi yang diberlakukan pun tak mengandung efek jera bagi pelaku kejahatan dan kemaksiatan. Tak ada hukuman pasti bagi pelaku perzinahan dan pembunuhan. Bahkan sering kali luput dari pantauan. Wajarlah, jika tak ada solusi pasti dari sistem batil yang diusung negeri ini. Karena moral bangsa, terlahir dari sistem yang sudah sedemikian parah rusaknya.


Kondisi pergaulan masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Dari beberapa kasus perselingkuhan yang berujung kematian diatas semakin memperjelas pemikiran kita betapa benar firman Allah SWT tentang sifat asal manusia yang hanya dapat merusak dan menumpahkan darah. 

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ


Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"." (QS. Al Baqarah: 30).


Dalam Islam, manusia tak diperkenankan untuk melakukan segala hal yang dilarang oleh Allah SWT, baik ia suka ataupun tidak. Sistem Islam mempunyai aturan yang sangat jelas dalam pergaulan antara pria dan wanita, baik di ranah pribadi maupun umum. Manusia dipaksa tunduk dalam satu aturan yang telah nyata menjadi benteng yang amat kokoh menghadapi perilaku buas manusia.


Daulah Islam dengan aturannya yang sempurna akan terus mengontrol kondisi aqidah masyarakat agar tak berpaling dari tuntunan RabNya. Masyarakat dengan ketaatan yang tinggi hanya akan memusatkan pikirannya untuk beribadah kepada Allah SWT dengan ketakwaan yang penuh dan utuh.


Dalam sisi penerapan aturan di tengah-tengah masyarakat, Khalifah memastikan tidak akan ada sedikit pun celah yang diberikan bagi mereka untuk mendekat kepada segala macam hal yang berbau maksiat. Negara Islam secara menyeluruh akan menjalankan segala bentuk implementasi dari nilai ketakwaan dalam bentuk aturan. Siapapun yang melanggar perintah Allah SWT dia telah melanggar aturan negara. 


Hukuman bagi setiap tindak kejahatan dan kemaksiatan pun tak main-main. Tak ada tebang pilih, tak ada uang suap bayar sel kelas tinggi, apalagi remisi. 


Semua itu berada dalam satu kepemimpinan, yakni kepemimpinan Islam, yang pernah teruji sebelumnya selama ribuan tahun dapat menjadi benteng aqidah ummat yang kokoh. Disinilah letak kemuliaan tertinggi kita sebagai hamba, patuh dan tunduk hanya kepada hukum Allah SWT semata. Sudah saatnya Islam tegak, menyongsong kembali peradaban mulia yang pernah di genggamnya. 


Islam tegak tak ada lagi penyimpangan-penyimpangan akhlak, karena Islam memastikan manusia hanyak tunduk dan taat hanya kepada aturan yang Maha Hebat.


Wallahu a'lam bisshowab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم