Hati - Hati Gibah



Ayu Syahidah


Tak terasa, bulan Ramadhan sudah berakhir, bulan dimana kita dilatih untuk mengoptimalkan amal sholih. Sehingga, di bulan-bulan berikutnya kita menjadi pribadi yang selalu termotivasi untuk berlomba-lomba dalam ketaatan. 


Bulan Ramadhan selesai dilalui, tibalah bulan syawal, bulan untuk merayakan kemenangan dalam menaklukkan diri sendiri sehingga tunduk dan patuh menjalankan ibadah puasa agar menjadi pribadi yang bertakwa.


Momen syawal adalah momen yang dimanfaatkan untuk bisa menjalin silaturahmi dan silah ukhuwah, sehingga tumbuh rasa saling peduli dan menyayangi antar umat muslim. Jangan sampai, momen perayaan kemenangan dan persatuan ataupun disaat bersama sahabat menjadi hal sia-sia karena saat berkumpul bersama malah dijadikan ajang untuk membicarakan kejelekkan orang lain atau yang biasa disebut gibah.


Aktivitas gibah itu sering kali dianggap remeh oleh kaum muslim padahal itu termasuk aktivitas kemaksiatan dan dibenci oleh Allah Swt. Sebagaimana yang dikabarkan  dalam surat Al Hujurat ayat 12 yang artinya :


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena  sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. 


Ayat tersebut menggambarkan betapa menjijikkannya aktivitas gibah. Maka sebagai seorang muslim sudah seharusnya menghindari aktivitas ini sebagai wujud ketakwaan kepada Allah Swt. Keburukan gibah ditegaskan lagi dalam hadist :


ketika Aisyah berkata kepada Rasulullah Saw., “Cukuplah Saffiyah itu bagimu begini dan begitu.” Sebagian perawi berkata, “Yang dimaksud adalah bahwa Saffiyah itu berpostur pendek.” Rasulullah Saw. Bersabda, ”Engkau telah mengucapkan kata-kata yang seandainya dicampur dengan air laut akan menjadi keruh.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih)


Jangan sampai mulut ini menjadi mulut yang terlatih untuk menyampaikan kejelekkan orang lain dan kalau kebablasan bisa menjadi tukang fitnah. Astagfirullah.


Jangan sampei kita memiliki karakter yang dikabarkan dalam surat al qalam 68 ayat ke 11 :


مَّازٍ مَّشَّآءٍۢ بِنَمِيۡمٍۙ‏


Artinya:

Suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah.


Ya Allah, lindungilah kami dari sifat-sifat yang buruk.


Tapi, tidak cukup hanya menjadikan diri kita baik tapi juga harus mengajak orang lain dalam kebaikan dan mencegah orang lain untuk tidak melakukan gibah. Sebagaiman yang disampaikan Rasulullah, “Barangsiapa mencegah saudaranya dari gibah, maka Allah Sakan menyelamatkannya dari api neraka.” (HR Ahmad)


Disebutkan dalam riwayat lain, “Nabi Muhammad Saw. sedang berjalan-jalan dengan Ibnu Abbas. Beliau melewati sebuah pemakaman, lalu beliau berkata, ‘Sesungguhnya penghuni kedua kuburan ini sedang disiksa. Mereka berdua disiksa bukan karena dosa besar. Orang pertama disiksa karena suka mengadu domba. Orang kedua disiksa karena tidak bersih dalam bersuci dari buang air kecil (kencing).’ Selanjutnya Ibnu Abbas berkata, ‘Lalu Rasullullah Saw. meminta diambilkan pelepah kurma yang masih hijau. Kemudian beliau membelahnya menjadi dua bagian, lalu menancapkannya satu per satu di atas kedua kuburan itu dan berkata,’Mudah-mudahan dengan kedua pelepah yang masih hijau ini, siksanya diringankan.”


Lisan yang Allah kasih ini, harus kita syukuri dengan menjaganya untuk berkata yang baik-baik dan menghindari hal-hal yang buruk serta mengajak orang lain untuk berbuat baik pula. Semoga puasa kita bisa diterima dan amalan kebaikan kita tida hangus karena kebiasaan buruk kita yang sering menjadi tukang gibah yang ujung-ujungnya menjadi tukang fitnah. Lindungilah kami ya Allah.


Wallahu’alam bissawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم