Ramadhan, Momen Cinta dan Taubatan Nasuha

 


Oleh: Iliyyun Novifana, S.Si.


Bulan suci Ramadhan telah tiba. Banyak dari kaum muslimin menanti-nanti kehadirannya. Bulan penuh berkah dan ampunan dari Rabb semesta. Kesempatan emas untuk para hamba pelaku dosa mentaubati dosa-dosa di bulan ampunan itu. Sayangnya tak semua mendapat kesempatan bertemu dengan bulan mulia itu. Diantaranya mereka lebih dahulu bertemu dengan ajal dan terbaring tak berdaya di kubur bawah tanah. Ajal yang merupakan kepastian namun kedatangannya tak pernah terduga. Antara harap dan cemas kaum muslimin memanjatkan doa pada pemilik raga manusia di awal bulan Rajab. Sebuah doa yang sangat istimewa dan dilantunkan dengan penuh harap, "Allahummaa baariiklanaa fii rajabaa wasya'banaa waballighnaa ramadhanaa" (Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan).


Beruntunglah mereka kaum muslimin yang diperkenankan doanya hingga bertemu Ramadhan yang mulia. Bulan obral pahala berlipat ganda, dimana pahala amalan wajib menjadi berlipat-lipat dan yang sunnah setara dengan pahala wajib. Maka bergembiralah kaum muslimin menyambut kedatangan bulan mulia itu. 


Sambutan kepada bulan Ramadhan yang dilakukan kaum muslimin berbeda-beda kadar kegembiraannya. Ada yang berbunga-bunga layaknya seseorang yang sedang jatuh cinta, ada yang biasa-biasa saja, ada yang dengan menjalankan tradisi megengan (ziarah kubur dan menyiapkan untuk ambengan), namun ada juga yang tak peduli dengan kedatangannya (na'udzubillah). 


Seseorang yang sambutannya selayaknya orang yang jatuh cinta, ia menunggu kedatangan tamu agung (Ramadhan) dengan debaran hati yang membuncah, senyum yang sumringah, serta pikiran terhadap yang dinanti tak pernah pergi dari kepalanya. Persiapan agenda untuk 1 bulan bersanding dengan sang pujaan (Ramadhan) disiapkannya matang-matang agar membuahkan hasil yang sangat menguntungkan (taqwa). Seperti yang difirmankanNya dalam surat al Baqarah ayat 183: "Yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba 'alaikumushshiyaam mukamaa kutiba 'alalladziinamin qoblikum la'allakum tattaquun" (Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa). 


Buah taqwa dari 1 bulan yang ditempa dengan amalan wajib dan sunnah yang diniatkan serta dipersembahkan untuk Dzat Yang Maha Agung Allah SWT, layak diberikan bagi mereka yang memiliki cinta terhadapNya dan terhadap bulan yang diberkahi. Melakukan sesuatu untuk yang dicinta akan mendatangkan kekuatan yang luar biasa. Sesuatu yang berat akan menjadi terasa ringan. Jika belum ada cinta maka akan sulit untuk menjalankannya. Karena itu perlu menumbuhkan rasa cinta yang besar dan mendalam kepadaNya terlebih dahulu. Dimulai dengan PDKT. Mendekati Dia dengan mengamati segala ciptaanNya. Membaca dan mempelajari KalamNya dari lubuk hati terdalam. Lalu melaksanakan perintah yang telah tertulis dalam Kalam-Nya tersebut, serta tidak melakukan apa-apa yang dilarang-Nya. Tak lupa untuk mengharapkan cinta dariNya yang tak pernah bertepuk sebelah tangan, dengan ridho terhadap segala takdir yang ditetapkan. Merenungi setiap dosa-dosa yang telah dilakukan dan memohon ampunan dariNya. Bukankah Allah Tuhan yang Maha Pengampun Maha Penyayang di antara para penyayang? Maka akan tampaklah, dengan keistiqomahan mengenal-Nya akan menumbuhkan benih-benih cinta kepada-Nya. Benih-benih cinta yang terus tumbuh menjadikan manusia hanya menghamba pada Rabb.


Sebuah benih cinta pada Allah SWT agar tumbuh tinggi hingga berbuah taqwa memerlukan perlakuan dan perawatan yang khusus. Disirami dengan tsaqofah Islam, dipupuk dengan nafsiyah Islam. Cahayanya didapat dari majelis ilmu, suhu yang sesuai didapat dari berkumpul dengan orang-orang sholih. Diletakkan di atas dinding yang berlandaskan iman yang dibalut dengan sabar dan syukur. Perawatan tersebut membutuhkan peran dari setiap lini kehidupan manusia, yaitu orang-orang yang sadar siapa dirinya di hadapan Allah dan aturan kehidupan yang diterapkan sesuai perintah Allah.


Momen Ramadan ini adalah saat yang tepat untuk para hamba melakukan taubatan nasuha, mengakui kesalahan dan kemaksiyatan yang sudah dilakukannya. Bertaubat memohon ampun pada Allah SWT. Mewujudkan kehidupan yang berkah dengan berhijrah dari aturan jahiliyyah menjadi Islam Kaffah. Apabila benih cinta pada Allah telah tumbuh, tentulah dengan ridho memenuhi seruanNya, "yaa ayyuhalladziina aamanudkhuluu fissilmi kaaffah..." (Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara kaffah). Semoga Ramadhan tahun ini semakin banyak yang mendapatkan dan menyuburkan benih cinta pada Allah serta mendapatkan buah ketaqwaan dalam menjalani kehidupan sebelum datang kematian.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم