Oleh. Maretatik
Jual pete di pinggir jalan
Ada yang beli buat obat ekzim
Mau ngaji kok dibubarkan
Giliran konser didukung rezim
Akhir Maret 2022, ada dua buah peristiwa yang sangat bertolak belakang. Kurun kejadiannya bersamaan, hanya beda tempat dan kegiatan. Dan beda pula perlakuan yang diterapkan.
Pada tanggal 25 hingga 27 Maret 2022, Lima Event dan Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) menggelar acara Muslim Life Fair di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta. Dalam acara tersebut, digelar pameran sejumlah produk halal dari para pengusaha muslim tersebut, mulai dari pakaian, makanan, wisata halal, dll. Acara-acara seperti itu, biasanya diramaikan dengan musik untuk menarik pendatang. Namun karena penyelenggara tidak menghendaki musik, maka penyelenggara menggantinya dengan menggelar acara ceramah atau kajian. Namun, ternyata acara ini dibatalkan oleh kepolisian. (cnnindonesia, 26 Maret 2022).
Di sisi lain, di waktu yang sama di Bali, telah berlangsung sebuah konser musik Joyland Festival di Taman Bhagawan. Bahkan konser ini dihadiri oleh pejabat penting negara. Jokowi, Menparekraf Sandiaga uno, Menko marvins, Luhut Panjaitan, Kapolri dan Panglima TNI.
Nyata sekali bahwa acara konser musik ini didukung oleh rezim. Bahkan, Sandiaga Uno menyatakan bahwa dirinya siap membantu jika acara tersebut mengalami kesulitan perizinan. (Jawapos, 27 Maret 2022).
Kejadian ini benar-benar mempertontonkan sebuah ketidakadilan. Bagaimana mungkin, sebuah acara yang berisi ceramah keagamaan dicabut izin acaranya. Sedangkan acara konser bisa melenggang sukses. Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan, ada apa gerangan?
Persekusi Dakwah Itu Masih Ada
Dari kejadian tersebut, maka terlihat sekali ada pembedaan perlakuan. Yang satu diangkat, dan yang lain diinjak. Hal ini mengkonfirmasi masih adanya persekusi terhadap dakwah Islam. Jika dahulu dilakukan dengan mencabut BHP kelompok dakwah Islam ideologis, maka kali ini dilakukan dengan membubarkan kajian. Tentu saja hal ini lebih mudah. (MMC, https://youtu.be/4Bzcbzmmmxg, 3 April 2022).
Sebelumnya, daftar ustaz radikal juga pernah membuat heboh tanah air. Dan adanya kejadian pembubaran kajian dengan alasan yang tidak jelas ini, semakin menunjukkan adanya diskriminasi terhadap dakwah Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa rezim yang berkuasa hari ini bercorak sekuler. Memisahkan agama dari kehidupan. Padahal, seharusnya, agama adalah tuntunan hidup yang harus dijadikan pedoman.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 54)
Begitulah, sekularisme telah membuat seseorang, bahkan negara, akan menjauhi setiap hal yang berbau agama. Termasuk kajian keislaman.
Padahal menjauhnya negara dari aturan Islam justru akan membuat kondisi lebih buruk. Lihat saja bagaimana negeri ini mengalami berbagai masalah yang tak kunjung usai. Maka tak lain, solusinya adalah dengan kembali kepada aturan Allah.
Bagaimana Mewujudkannya?
Jawabannya adalah dengan berdakwah melalui sebuah Kelompok Islam ideologis, yang berjuang sesuai dengan metode dakwah Rasulullah Saw. Selanjutnya, bersama kelompok ini, berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam, yaitu kehidupan yang berlandaskan akidah Islam dan seluruh aturan kehidupannya juga berasal dari Islam.
Bersabar dan istikamah menapaki jalan dakwah adalah sebuah keniscayaan. Karena dakwah itu membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Karena pemikiran umat sudah banyak dipengaruhi pemikiran asing, maka tugas membersihkan pemikiran asing tersebut membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Sembari terus melayakkan diri agar mendapatkan pertolongan Allah, agar terwujud kemenangan Islam.[]