
Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)
MasyaAllah, di Turki setelah sholat tarawih anak-anak diajak main sama Imamnya, agar supaya mereka senang ke masjid. Malahan beberapa masjid baru di Turki seperti masjid Hamdi Cami di Ankara disiapkan tempat bermain dalam masjid di sudut kanan di bawah tangga. Bila masjid tak ada tempat bermain di dalam, disiapkan di luar masjid seperti taman-taman. Masjid menjadi pusat orang berbahagia.
Mereka nampaknya meyakini apa yang ditititahkan oleh pendahulu mereka, Sultan Muhammad Al Fatih bahwa,
“Khawatir lah oleh mu bila masjid-masjidmu sudah tak lagi terdengar suara anak kecil”
*Dikutip dari Brother Azwir Nazar (Tayang di FB Pipit Li Reborn)
Beberapa waktu lalu sempat viral foto sebuah masjid, di depan pintu tertulis "dilarang membawa anak-anak, mengganggu jamaah yang lain". Hmmm. Saya adalah seorang ibu, saya punya tiga anak kecil. Bayangkan jika kita yang memiliki anak-anak dilarang membawa anak-anak ke masjid, tentu ibunya akhirnya juga tidak ke masjid.
Di sini tentu kita harus memahami, apa fungsi masjid sebenarnya? Apakah hanya untuk shalat Jumat dan shalat fardu, atau ada fungsi yang lainnya?
Masjid menjadi salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja, namun juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan, serta pusat pendidikan agama. Ditegakkan itu semua telah terjadi seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw pada zaman kejayaan Islam saat itu.
Beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa fungsi masjid adalah sebagai tempat yang didalamnya banyak menyebut nama Allah (tempat berdzikir), tempat beri’tikaf, tempat beribadah (shalat), pusat pertemuan Islam untuk membicarakan urusan hidup dan perjuangan Islam ke depan.
Di masa sekarang, masih banyak kita menyaksikan masjid-masjid yang sepi dari jamaah, sepi dari kajian-kajian keIslaman, kurang dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan umat, sehingga gerak syiar Islam melalui masjid terasa lesu. Padahal masjid merupakan tempat yang sangat strategis untuk menjadi titik tolak kemajuan peradaban dan umat Islam. Bahkan tidak sedikit masjid yang tidak ramah terhadap anak-anak.
Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 18:
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk."
Jadi, bagaimana bisa masjid tidak ramah terhadap anak? Bagaimana masjid akan meregenerasi pengurusnya, jika anak-anak saja dilarang berada di masjid. Harusnya masjid mengedukasi para orang tua, bukan menjustifikasi. Para orang tua diberikan bimbingan agar bisa mendidik anak-anak, dan mengkondisikan anak-anak apabila di masjid.
Kita mungkin bisa belajar dari filosofi pohon kelapa. Dalam bahasa Jawa, kelapa yang baru terbentuk itu disebut bluluk, agak besar namanya cengkir, kelapa muda yang enak disantap namanya degan, dan jika sudah tua itu baru disebut kelapa. Semua tentu akan berproses menuju kedewasaan, lah siapa yang menyiapkan? Tentu kita yang telah dewasa terlebih dulu. Bukan malah membuat mereka rontok di tengah jalan sebelum dewasa.