Oleh. Ramsa (Aktivis Muslimah)
Dari Sabang hingga Merauke begitu banyak kebiasaannya. Sambung-menyambung pulau dan lautnya. Itulah nusantara, negeri elok dengan beribu suku dan bahasa, berbagai macam tradisi dan adat-istiadatnya. Tarian adat juga rumah adatnya begitu beragam. Di bagian timur Indonesia ada pakaian adat minim bahan. Bahkan tanpa kain. Bergeser ke tengah ada etnik yang masih menyatu dengan hutan dan agak sulit berinteraksi demgan dunia luar. Sedikit ke palau Nusa Tenggara kita akan dapati tradisi makan sirih bagi semua masyarakat.
Bicara tentang tradisi yang begitu majemuk di Indonesia rasanya perlu dipilah-pilah, tradisi mana yang aman atau tidak melanggar hukum Allah. Karena begitu banyak tradisi dan kebiasaan di masyarakat yang tidak sejalan dengan keyakinan atau ajaran islam. Sebut saja tradisi larung laut, yang berupa tanda syukur dengan menghidangkan atau "membuang" makanan tertentu ke laut sebagai tanda syukur pada laut yang telah memberi rizki.
Sebuah tradisi yang juga melegenda di tanah jawa adalah pecah kendi untuk memulai atau mensyukuri benda yang baru dan sering dianggap bahwa tradisi pecah kendi sebagai pembuka rizki. Menarik membahas tentang tradisi di Indonesia karena coraknya beragam. Satu tradiai yang sama akan beda hikmah atau maknanya jika dilaksanakan di daerah yang berbeda. Inilah ambigunya tradisi atau adat kebiasaan.
Sebuah berita yang menarik perhatian warga dunia maya tentang tanah dan air yang wajib dikumpulkan oleh 34 kepala negara. Yang ditujukan sebagai prosesi ritual pembukaan ibukota baru. Dikutip dari Kompas.com 14 Maret 2022.
Presiden Joko Widodo akan menggelar seremoni ritual Kendi Nusantara dengan mengumpulkan 34 tanah dan air yang dibawa oleh 34 gubernur se-Indonesia di titik nol IKN Nusantara pada Minggu (14/3/2022).
"Praktek semacam itu dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik bisa dikatagorikan sebagai politik klenik. Suatu praktik politik mengimplementasikan kemauan penguasa (IKN) berdasar imajinasi irasionalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisisme tertentu," kata pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun kepada Kompas.com, Minggu (13/3/2022).
Menurut Ubedilah, praktik mengisi Kendi Nusantara dan membawa tanah dan air dari seluruh provinsi adalah sesuatu yang mengada-ada tetapi diyakini sebagai sebuah hal yang mengandung pesan mistik.
"Politik klenik itu menunjukkan suatu kemunduran peradaban politik. Praktik itu bertentangan dengan rasionalitas masyarakat modern. Sebab politik modern yang menghadirkan pemerintahan modern meniscayakan syarat rasionalitas dalam seluruh implementasi kebijakannya. Membawa kendi berisi air dan tanah dari 34 provinsi itu sesuatu yang irasional," ucap Ubedilah.
Ritual yang Tak Rasional
Ketika suatu tradisi atau ritual diadakan tentu ada harapan dan doa yang hendak diraih. Begitu juga dengan ritual Kendi Nusantara. Barangkali yang dikehendaki dari ritual ini yaitu adanya persatuan dan kekuatan bagi semua propinsi. Berharap ada berkah dari tiap tetes air dan tiap butir tanah dari masing-masing wilayah di Indonesia. Karena tanah dan air tersebut diambil khusus dari tempat bertuah.
Rasanya tidak sesuai nalar mengharapkan kebaikan atau kesuksesan hanya bermodal kendi yang berisi tanah dan air. Apalagi mengharapkan kemudahan dan lancarnya proyek IKN. Apakah tradisi ini bisa menjadikan pembangunan ibu kota baru tanpa sorotan dan halangan? Selayaknya kita memikirkan upaya cerdas dan ilmiah dalam menempuh langkah pembangunan. Yang juga penting yakni mencari atau berusaha mendapatkan empati masyarakat secara luas sebelum proyek dijalankan.
Ritual isi kendi ini bisa jadi bagian dari upaya pencitraan juga. Karena budaya Indonesia yang begitu majemuk dan sudah terkenal hingga ke manca negara. Sehingga bisa diharapkan sebuah gelar atau prestasi sebagai negara berbudaya dan menghargai kearifan lokal. Sebuah prestasi yang ingin diraih walau terkadang menabrak aturan agama. Bisa dimaklumi dalam negara demokrasi prestasi semacam itu cukup diharapkan. Karena bisa menaikkan pamor penguasa dan pejabat di sekitarnya. Miris.
Islam Menjauhkan Syirik dalam Masyarakat
Jika kita menggunakan pandangan atau kaca mata syariat islam tradisi memasukan tanah dalam kendi atau Kendi Nusantara merupakan bentuk syirik. Karena keberkahan di harapkan dari makhluk tak hidup atau mengadakan saingan bagi Allah Sang Pencipta dan pengatur alam semesta. Sejatinya yang mendatangkan keberkahan atau keburukan bagi suatu negeri adalah Allah Swt. Maka tidak layak sebuah negeri yang pemimpinnya muslim dan warga negaranya muslim terbesar di Dunia memulai sebuah proyek dengan terjebak dalam praktik syirik atau menduakan Allah Swt. Maka syirik wajib dijauhi.
Dalam islam bentuk-bentuk kesyirijan akan diperangi. Tidak boleh menyebar di masyarakat. Masyarakat yang taat akan melaporkan kepada aparat negara jika melihat bentuk kesyirikan. Dan pelkunya akan dinasehati, jika tidak bertobat maka akan dijatuhi sanksi tegas agar tidak ada yang mengikuti hal tersebut. Sebagai bentuk pencegahan dari negara yakni penanaman nilai-nilai akidah dari dalam keluarga dan penjagaan akidah dalam lingkup pendidikan. Sehingga bibit kesyirikan bisa dimusnahkan.
Sebuah kota atau ibu kota yang hendak dibangun harusnya dipersiapkan dengan kecanggihan teknologi, bukannya mendahulukan budaya yang terasa kurang rasional.
Pada zaman teknologi maju seperti saat ini selayaknya pemimpin bangsa memprioritaskan kesiapan dana, kesiapan sumber daya manusia yang handal dibidangnya untuk menunjang pembangunan. Menyiapkan segala sarana dan prasarana kebutuhan wilayah baru. Dengan catatan tidak mengambil dana dari pos bantuan rakyat.
Wahai pemimpin negeri yang tercinta sebagai muslim selayaknya mendahulukan perintah Allah dan RasulNya. Membangun wilayah dalam tatanan yang sesuai syariat Islam. Jauhi klenik yang membawa pada syirik karena syirik tak terampuni. Ingatlah ada hari kemudian yakni hari pertimbangan semua amal selama kita di dunia.
يٰٓأَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطٰنَ ۖ إِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلرَّحْمٰنِ عَصِيًّا
Artinya :
_Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah_. (QS. Maryam : 44)
Sejatinya keberkahan dan kerusakan hadir karena perbuatan manusia. Maka agar bisa bisa mendapatkan keberkahan dan kebaikan mulailah suatu urusan dalam bingkai ketaatan agar Allah rida dan membukakan pintu rahmatNya.
WallahuA'lam Bish showab