RADIKALISME MENGANCAM SIAPA?

 


Masnilly Niswah

 


Presiden Joko Widodo mengingatkan TNI dan Polri agar jangan sampai disusupi penceramah radikal dalam kegiatan beragama. Peringatan Jokowi kepada semua jajaran TNI dan Polri disampaikan di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Selasa (1/3/2022).


 

"Ibu-ibu kita juga sama, kedisiplinannya juga harus sama. Nggak bisa, menurut saya, nggak bisa ibu-ibu (istri personel TNI-Polri) itu memanggil, ngumpulin ibu-ibu yang lain memanggil penceramah semaunya atas nama demokrasi," kata Jokowi.


"Sekali lagi di tentara, di polisi tidak bisa begitu. Harus dikoordinir oleh kesatuan, hal-hal kecil tadi, makro dan mikronya. Tahu-tahu mengundang penceramah radikal, nah hati-hati."


Tenaga Ahli Utama Kantor Stat Presiden Ali Mochtar Ngabalin mengatakan peringatan Jokowi sudah tepat. 



"Saya bilang kalau diibaratkan penyakit kanker, maka penetrasi paham-paham radikal ini diibaratkan sudah masuk pada stadium keempat, jangan keliru. Sangat kritis," kata Ngabalin, Minggu (6/3/2022,suara.com).

 

Ciri-ciri penceramah radikal menurut BNPT



Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Pencegahan BNPT Jenderal Ahmad Nurwakhid mengingatkan masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih penceramah saat mengisi kegiatan keagamaan.



Sebab, radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme yang terjadi selama ini. “Sejak awal kami (BNPT) sudah menegaskan bahwa persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini, karena sejatinya radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme. Radikalisme merupakan sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama,” katanya dikutip dari Antara. 


Ia menyebut setidaknya ada lima indikator untuk menilai penceramah radikal.


Pertama, mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro-ideologi khilafah transnasional. 


Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama. 


Ketiga, menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian (hate speech), dan sebaran hoaks. 


Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas). 


Dan kelima, biasanya memiliki pandangan antibudaya ataupun antikearifaan lokal keagamaan.


Tak lama setelah dirilisnya daftar dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) soal ciri-ciri penceramah radikal, beredar pula daftar penceramah yang dicap radikal. Dalam daftar yang beredar luas itu, salah satunya Ustaz Felix Siauw, Ustaz Abdul Somad kembali disebut-sebut sebagai penceramah intotelan dan radikal. Ini terlihat dalam daftar penceramah radikal terindikasi intoleran dan radikal yang beredar di grup-grup WhatsApp.


Menanggapi kriteria penceramah radikal yang disebut oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Muhammad Cholil Nafis angkat bicara. Melalui cuitannya di akun Twitter, Cholil mengatakan bahwa MUI sepakat bahwa penceramah yang membangkang negara dan anti Pancasila memang patut diwaspadai.  Namun demikian, pihaknya juga tidak sepakat jika kriteria radikal tersebut justru digunakan untuk melabeli mereka yang mengkritik pemerintah. "Ya. Kita tak suka penceramah yang membangkang negara dan anti pancasila yang itu pasti melanggar hukum Islam dan hukum nasional kita, tapi jangan sampai yang amar ma’ruf dan nahi munkar karena mengkritik pemerintah lalu disebut radikal," tulisnya. (Bisnis.com,7 maret 2022)

Sementara itu, Pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang mengeluarkan sejumlah ciri penceramah radikal dinilai Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Ahmad Sastra sebagai cermin terjadi islamofobia di negeri ini. “Ini adalah cermin tengah terjadi islamofobia,” tegasnya kepada Mediaumat.id, Ahad (6/3/2022).


Menurutnya, islamofobia adalah narasi yang dibangun oleh Barat karena Barat melihat tengah terjadi berbagai indikasi kebangkitan umat Islam di mana-mana, setelah umat ini menyadari betapa nasibnya mengenaskan.

“Islamofobia itu agenda Barat untuk menghadang kebangkitan umat Islam di seluruh dunia dengan melakukan berbagai narasi stigmatis dan fitnah-fitnah keji atas umat Islam dan ajarannya,” ungkapnya. 



Ahmad Sastra menuturkan, khilafah menjadi ancaman bagi ideologi Barat karena tidak bisa dilepaskan dari fakta sejarah masa lalu. Perang ideologi sendiri adalah perang abadi yang akan terus berlanjut hingga kapan pun. “Pertarungan hegemoni ideologis adalah sebuah keniscayaan. Pasca runtuhnya ideologi komunisme yang diemban oleh Uni Soviet, Barat lantas mengidentifikasi bahwa musuh masa depan ideologi kapitalisme sekuler demokrasi adalah Islam ideologis,” ungkapnya.



Narasi radikalisme itu juga merupakan agenda Barat melalui Rand Corporation yang mengklasifikasi umat Islam menjadi empat kategori: radikal, moderat, tradisional dan modern. Keempat klasifikasi ini secara politis digunakan untuk memecah-belah umat Islam. Maka, faktanya umat Islam hari ini terpecah belah secara ideologis. Kondisi pecah belah umat Islam yang mengakibatkan lemahnya persatuan umat Islam inilah yang memang diinginkan oleh Barat.


 

Pengamat Sosial Politik Iwan Januar mengatakan di Indonesia isu radikalisme dipakai untuk menggebuk kelompok yang ingin menegakkan Islam kaffah dan kelompok oposisi.


“Di Indonesia, isu radikalisme juga dipakai selain sebagai alat untuk menggebuk kelompok-kelompok Islam yang ingin menegakkan Islam kaffah, juga sebagai alat untuk menggebuk kelompok oposisi yang kita bisa melihat notabene sekarang kelompok oposisi kebanyakan dari tokoh-tokoh Islam,” ujarnya dalam acara Kabar Siang, Jumat (16/4/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.

 

Direktur Pamong Institute Wahyudi Almaroky menduga isu radikalisme hanya dijadikan alat untuk menjegal siapa saja yang beda pendapat dengan rezim. 



“Patut diduga isu radikalisme dijadikan alat untuk menjegal siapa saja yang dianggap beda pendapat dengan rezim yang sedang berkuasa,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (4/12/2021).



Wahyudi menilai, radikalisme bukan lahir dan bersumber dari Indonesia dan bukan pula ajaran Islam. Tapi radikalisme ini adalah agenda penjajahan global sebagai bagian dari ‘war on terorisme’ untuk mengontrol negara-negara jajahan.


 

ISU RADIKALISME MENGHADANG DAKWAH


 

Pada kondisi seperti ini, di tengah segudang masalah yang membelit negeri, yang dipersoalkan adalah radikalisme. Seolah-olah permasalahan utama bangsa ini adalah radikalisme. Seolah-olah solusi atas semua keterpurukan ini — kemiskinan, korupsi, bangkrutnya BUMN, menumpuknya utang luar negeri, banyaknya pengangguran, dll—adalah dengan memberantas radikalisme. Tentu saja tidak nyambung.



Sebenarnya banyak persoalan yang lebih utama dan penting untuk diselesaikan di negeri ini Yang utama adalah sekularisme. Paham batil yang mengajarkan pemisahan agama dari kehidupan ini menyebabkan banyak kaum Muslim yang tidak peduli   dengan agamanya.



Setelah sekularisme, umat Muslim hari ini juga dihadang oleh cengkeraman kapitalisme dan oligarki. Segelintir orang berkuasa dan menzalimi rakyat. Kejahatan kapitalisme dan oligarki ini sudah demikian nyata seperti terlihat dari naiknya harga-harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng, kacang kedelai dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso pernah mengatakan bahwa pasar pangan di Indonesia hampir 100 persen dikuasai kartel atau monopoli. Ia mengatakan Bulog hanya menguasai 6%. Sisanya. dikuasai kartel.



Sebenarnya pangkal dari persoalan umat hari ini, bahkan di seluruh dunia, adalah ketiadaan penerapan syariah Islam yang akan menuntaskan seluruh persoalan. Allah SWT telah menjadikan syariah Islam sebagai solusi bagi setiap persoalan manusia. Penerapan syariah Islam secara kaffah adalah wujud ketakwaan.



Namun orang-orang kafir Barat terus berupaya melakukan propaganda negatif terhadap Islam dan kaum Muslim, khususnya para pengemban dakwah. Mereka membuat berbagai pertemuan untuk membahas sebutan yang pantas bagi Muslim yang berpegang teguh dengan agamanya; mulai dari gelar ekstremis, fundamentalis hingga teroris, radikalis.



Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah SWT. Tak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah SWT kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia.



Para nabi dan para rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah SWT. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah SWT tegas berfirman:

Siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru (manusia) ke jalan Allah, beramal shalih dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum Muslim.” (TQS Fushilat [41]: 33).



Sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh onak dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya.  Mereka yang saat ini membuat berbagai makar adalah untuk menghabisi Islam dan kaum Muslim. Karena jangan terjebak dengan skenario global mereka yang bernafsu untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslim. Karena itu pula dakwah Islam tidak boleh terhenti.



Meski tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah SWT akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah SWT itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nya:

Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat (TQS Al-Baqarah [2]: 214). 



Allah SWT berfirman, artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (TQS Surat Al-Baqarah [2]: 208).[]


*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم