Oleh: Unix Yulia (Komunitas Menulis Setajam Pena)
Belum genap 2 bulan berlakunya kebijakan pemerintah terkait harga jual minyak goreng dengan HET Rp 12.600 / liter, kini kebijakan tersebut sudah dicabut dan muncul kebijakan baru dengan harga minyak goreng Rp 23.000 / liter. Padahal kebijakan sebelumnya digadang-gadang akan berlangsung 6 bulan. Lalu, siapa yang diuntungkan dari kebijakan baru tersebut? Pastinya bukan rakyat kan?
Melonjaknya ketentuan harga minyak terbaru membuat stok minyak di seluruh retail penuh dan masyarakat tak perlu antre. Anehnya ketika kebijakan harga minyak yang lama, stok minyak di seluruh retail sering kosong bahkan mendapatkannya harus antre dan dibatasi. Apakah ini sudah diatur?
Selain itu, naiknya harga minyak goreng pastinya akan berdampak dengan naiknya kebutuhan lain. Harga makanan yang menggunakan minyak pun pasti mengalami kenaikan. Misalnya penjual gorengan, mau tidak mau harga jual harus dinaikkan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Dikutip dari republika.co.id (20/03/2022), Penjual gorengan langsung merasakan dampak sejak kebijakan untuk menghentikan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng. Harga gorengan mulai menyesuaikan, semula Rp 2 ribu untuk tiga menjadi Rp 2.500 untuk tiga buah. Meskipun sudah penyesuaian harga, penjual masih menanggung turunnya laba hingga 50 persen.
Sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, harusnya hal tersebut tidak terjadi, namun nyatanya pemerintah tidak bisa menghalau kenaikan harga minyak yang diluar batas normal. Walaupun punya jabatan, tetapi tidak bisa berkuasa dan mengatur. Pemerintah selalu kalah dan masyarakat korbannya.
Sebagai contoh, kelangkaan minyak beberapa saat lalu saat harga belum naik diakibatkan adanya mafia dan spekulan. Sehingga ketika harga mengalami stok yang disimpan dikeluarkan semua untuk meraup keuntungan. Dan pemerintah pun nyatanya tidak dapat mengatasi.
Menurut Lutfi, Kemendag tidak memiliki kewenangan untuk memberantas praktik curanglah melaporkan ke Satgas Pangan dan Kepolisian untuk mengusut secara tuntas kasus mafia tersebut. (Bisnis.com, 18/03/2022)
Walaupun Kemendag sudah mengungkapkan bahwasannya telah melaporkan ke pihak terkait untuk diusut tuntas kasus tersebut, nyatanya sebagian besar masyarakat merasa ragu, mengingat rekam jejak kasus serupa tindak pernah ada tidak lanjut yang berarti. Hanya janji-janji belaka dan abai terhadap masyarakat.
Dalam sistem kapitalisme yang berlaku saat ini, pemerintah bukanlah pemegang tonggak yang paling berkuasa, melainkan yang berduit, pengusaha-pengusaha besar yang berkuasa. Pemerintah hanya sebagai alat untuk memperlancar, selagi menguntungkan pemerintah akan melakukan. Janji yang dilontarkan kepada masyarakat hanyalah pemanis untuk mencapai tujuan keuntungan semata.
Potret ekonomi kapitalisme yang sedang berlaku saat ink menyebabkan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Karena pada prakteknya dalam sistem kapitalis akan menghalalkan segala cara asalkan menguntungkan, tak peduli rakyat yang akan mendapat imbas penderitaannya.
Melihat semakin rusaknya sistem saat ini, segala masalah yang terjadi pun tidak menunjukkan titik terang, akankah kita terus akan berkubang pada sistem yang sama? Apabila kita telah menyadadi bahwa sistem saat ini telah hancur, bukankah sudah seharusnya beralih?
Segala permasalahan saat ini bisa diatasi hanya dengan sistem Islam dibawah naungan negara Khilafah. Islam memiliki solusi yang dibutuhkan. Dalam sistem Islam, diterapkan sanksi yang tegas dan pengawasan pasar, sehingga penimbun dan pedagang curang dapat segera teratasi.
Selain itu, Islam mengklasifikasikan kepemilikan harta menjadi 3 yaitu individu, umum dan negara. Sehingga pengelolaannya jelas. Seperti kasus minyak goreng ini. Minyak merupakan hajat publik sehingga pengelolaannya dari negara.
Serta, dalam Islam penguasa merupakan pelaksana hukum Islam bukanlah pembuat hukum, tugasnya melayani masyarakat dan memastikan seluruh masyarakatnya sejahtera. Insyaallah dengan diberlakukannya sistem Islam masalah yang saat ini silih berganti dapat teratasi.
Dengan adanya hilir mudik permasalahan saat ini, harusnya bisa menjadi ajang untuk instropeksi diri, apakah ada yang salah dengan segala hal yang dilakukan selama ini dan yang harus diingat segala perbuatan yang dilakukan di dunia nantinya akan di hisab, dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Setiap yang dilakukan pasti ada balasannya. Sehingga, bukankah sudah seharusnya kita bergerak mewujudkan tegaknya sistem islam dibawah naungan khilafah?