Peristiwa Penting di Bulan Haram, Spirit untuk Perjuangkan Islam Kaffah



Oleh : Eti Ummu Nadia


“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (TQS. At-Taubah: 36).


Maha Suci Allah. Dialah Allah yang Maha Pencipta alam raya beserta isinya. Menciptakan adanya malam dan siang silih berganti yang beraturan sebagaimana mestinya. Tidak akan ada halangan ataupun kemacetan seperti halnya mesin buatan manusia. Begitu juga dengan hitungan bulan yang berjumlah 12 bulan, dan di antara 12 bulan itu ada beberapa bulan yang Allah istimewakan dan muliakan, atau dikenal dengan bulan haram (suci). Bulan istimewa itu ada empat sebagaimana sabda Rasulullah Saw bersabda:



“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).


Bulan haram yang dimaksud hadits ini adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Empat bulan tersebut termasuk bulan haram (suci) atau mulia. Seperti halnya Masjidil Haram yang sangat mulia dan terhormat yang terdapat didalamnya Ka’bah Musyarafah yang diibaratkan sholatnya di Masjidil Haram lebih utama dan mulia 100.000 sholat ditempat yang lain. Inilah keutamaan dan keistimewaan Masjidil Haram.


Sebagaimana mulia dan istimewanya Masjidil Haram, keempat bulan ini termasuk bulan mulia yang sangat istimewa, termasuk bulan Rajab. Pada bulan haram ini kita dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan. Bulan haram momentum untuk meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah SWT. Karena pada bulan haram inilah, amal ibadah kita dilipat gandakan pahalanya. Begitu juga pada bulan haram ini Allah melarang hamba-Nya untuk bermaksiat, mendzalimi diri sendiri juga orang lain. Karena dosanya akan lebih besar lagi, termasuk salah satunya pada bulan Rajab.


Banyak peristiwa besar terjadi pada bulan Rajab di mana ketika itu Rasulullah Saw ditinggalkan istri tercintanya Siti Khadijah, yang merupakan karunia dari Allah yang menjadi penyemangat dalam dakwah beliau. Tidak hanya itu ujian kembali menghampiri beliau, ketika paman yang selalu membelanya telah meninggal dunia dalam kekufuran. Peristiwa besar ini selalu diingat umat Islam, dimana Rasulullah ditinggalkan oleh orang yang beliau cintai. Maka dari itu untuk menghibur Rasulullah, Allah memerintahkan Rasulullah Saw untuk melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha atas izin Allah SWT.


Peristiwa sejarah itu biasa kita kenal dengan Isra Mi’raj. Ketika itu, Rasulallah Saw melakukan perjalanan yang hanya ditempuh satu malam dari Masjidil Haram (Mekah) menuju Masjid Aqsha (Yerusalem) dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha atau langit ketujuh yang ditemani malaikat Jibril pada malam Senin, 27 Rajab 621 Masehi. Dari sanalah Nabi Muhammad Saw menerima perintah untuk melakukan sholat lima waktu. Peristiwa besar tersebut sungguh berada di luar nalar manusia. Akan tetapi, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Ketika Allah berkehendak maka terjadilah karena semua terjadi atas kuasa dan izin-Nya.


Kisah ini telah difirmankan oleh Allah SWT melalui surat Al-Isra ayat 1 yang berbunyi “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (TQS. Al-Isra : 1).


Dalam ayat tersebut, Allah SWT memperlihatkan kepada Rasulullah Saw siapa saja yang kelak menjadi penghuni surga dan neraka. Hal itu diperlihatkan ketika Rasulullah Saw melakukan perjalanan Isra Mi’raj.


Setelah peristiwa Isra Mi’raj, bulan Rajab pun mencatat sejarah yang tidak akan dilupakan oleh umat Islam, di mana runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyyah tepatnya pada tanggal 3 Maret 1942 oleh Mustafa Kamal Attaturk. Yang kemudian sistem Islam diganti dengan Demokrasi sekuler. Sejak itu, umat tidak dinaungi lagi dengan Khilafah. Dan umat tercerai-berai menjadi lebih dari 50 negara. Dari sinilah awal mulainya penderitaan umat Islam dibelahan dunia yang dirundung kesedihan mendalam. Karena perisai untuk melindungi umat sudah tidak ada lagi. Yang mengakibatkan para musuh-musuh Islam leluasa mendzalimi kaum muslim, menindas, membantai, mengkriminalisasi dan lain-lain. Semua itu dikarenakan tidak adanya Khilafah yang menjaganya. Karena saat ini, hukum yang berlaku bukan lagi yang berasal dari Allah SWT, akan tetapi hukum yang bersumber dari pemahaman dan pemikiran manusia.


Musuh-musuh Islam selalu berusaha menyerang umat Islam atau pun menyerang ajarannya. Mulai dari menstigma negatif Islam, hingga mengkriminalisasi ajaran Islam sampai kepada para pengembangannya. Mereka dengan ide-idenya akan terus menghalangi umat untuk memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah sebagai pengurus umat. Faktanya setelah tidak adanya Khilafah umat Islam bagaikan anak ayam kehilangan induknya, tidak ada tempat mengadu ataupun pelindung. Karena hakikatnya hukum yang ada saat ini seperti tebang pilih. Sistem yang ada lebih berpihak hanya pada segelintir orang tertentu yang sejalan dengan ide rezim saat ini.


Karena sistem sekarang terbukti gagal melindungi umat dari berbagai sisi, kesehatan, ekonomi, pendidikan, keamanan dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita butuh sistem hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunah yang tentunya akan mendatangkan kemaslahatan bagi umat, bukannya sistem kufur yang hanya mendatangkan kemudharatan.


Sebagaimana sejarah mencatat kejayaan Islam beberapa abad silam. Pada masa kejayaan, ada Khalifah nan Masyur Umar Ibnu Abdul Aziz berkata, “ bilamana ada orang yang sanggup berjalan dari Sana’a (Ibu kota Yaman) menuju Darul Baidh (Ibu kota Maroko di Afrika Utara) untuk mencari orang-orang fakir miskin yang kesusahan, niscaya mereka tidak akan menemukan” ungkapnya. Sungguh betapa hebatnya Islam pada masanya, di mana umat pada masa itu hidup dengan sejahtera. Semua itu dikarenakan diterapkannya sistem Islam dalam naungan Khilafah. 


Kemudian cerita lain datang pada seorang wanita di masa kejayaan Islam, di mana perempuan tersebut mendapatkan pelecehan seksual, kemudian wanita itu meminta tolong kepada Umar bin Khattab. “Yaa Umar (Wahai Umar) tolonglah aku.” Pada saat itu Umar bergegas untuk menolong wanita itu. Umar datang penuh kedamaian tidak membawa senjata atau pun menyatakan perang, akan tetapi kenapa musuh-musuh Islam itu merasa takut? Itu karena masa itu musuh-musuh Islam tau bahwa Islam merupakan agama yang kuat di dalam pemerintahan Khilafah.


Itulah gambaran ketika syari’at Islam diterapkan sebagai aturan kehidupan, atau pun bernegara. Karena Khilafah akan melindungi umat Islam ataupun non muslim. Itulah luar biasa dan indahnya Islam. Islam menjaga toleransi sehingga non muslim akan hidup tenang dan sejahtera dalam naungan Khilafah. 


Khilafah bukan sesuatu yang asing, karena terbukti Khilafah pernah berjaya dan memimpin selama 13 abad silam. Maka dari itu tugas kita pada momentum Rajab ini untuk mengoptimalkan keimanan dan ketakwaan kita berjuang demi mengembalikan junnah yang telah dirampas oleh musuh-musuh Islam, dan kembali pada Islam yang kaffah sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 208 :


"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."

Wallahu’alam Bishawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم