Kenaikan Harga Kedelai, Penguasa Tak Boleh Abai




Penulis : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)


Tahun baru 2022 tak seindah harapan. Pasalnya pada awal tahun 2022 berbagai kebutuhan pokok masyarakat mengalami kenaikan harga, salah satunya kedelai. Kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, yakni berkisar Rp 11.631 per kg di tingkat pengrajin. 


Disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud bahwa   harga kedelai pada pekan II Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per bushels. Angka itu naik sebesar 18,9 persen dibanding pekan I Januari 2022 yang mencapai 13,26 dolar AS per bushels. (republika.co.id, 28/2/2022)


Kenaikan harga kedelai di pasar global ini berpengaruh terhadap harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu tempe. Pasalnya, selama ini para pengrajin memakai kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tahu tempe. Tentu saja dengan adanya kenaikan harga ini akan memengaruhi minat para pengrajin dalam memproduksi tahu tempe. 


Penyebab kenaikan harga kedelai di pasar global disebabkan adanya gangguan cuaca yang melanda Amerika Selatan dan sekitarnya. Sehingga kondisi tersebut berdampak pada gangguan produksi kedelai di Brasil, Argentina, dan Paraguay. (republika.co.id, 28/2/2022)


Kenaikan harga kedelai ini membuat dilema para pengrajin tahu tempe, salah satunya para pengrajin tahu tempe di kota angin Nganjuk. Sejak kenaikan harga kedelai, para pengrajin tahu tempe di Nganjuk tidak begitu semangat dalam berproduksi. Pasalnya, walaupun ukuran tahu tempe sudah diperkecil supaya tidak  mengalami kenaikan harga, namun ternyata pendapatan yang didapat belum mampu diputar kembali untuk membeli bahan baku kedelai.  


Para pengrajin tahu tempe pun tidak akan menempuh cara menaikkan harga produk. Dikarenakan daya beli masyarakat sejak pandemi mengalami penurunan. Para pengrajin harga kedelai lekas kembali normal. Jika harga kedelai impor tetap mahal maka dikhawatirkan nasib para pengrajin akan gulung tikar. (sariagri.id, 17/2/2022)


Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Indonesia yang merupakan negara agraris nyatanya justru mengimpor kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe. Ketergantungan terhadap kedelai impor ini membawa dampak yang buruk saat harga kedelai di pasar global mengalami kenaikan seperti saat ini. 


Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama.  Semestinya pemerintah segera mengambil langkah yang sigap dan tepat untuk mengatasi persoalan yang selalu berulang ini. Sehingga pengrajin tempe tahu tidak mengalami dampak dari kenaikan harga kedelai di pasar global. 


Pemerintah semestinya mengoptimalkan kedelai lokal dengan kualitas setara dengan kedelai impor. Selama ini para petani enggan menanam kedelai karena harga panen yang rendah. Harga panen tersebut tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Pemerintah tidak memberikan  subsidi pupuk dan  benih kedelai yang unggul pada para petani. Sehingga para petani beralih menanam selain kedelai yang lebih terjamin harga panennya. Dengan kondisi kedelai lokal yang terbatas dan berkualitas rendah tersebut, maka untuk pembuatan tahu tempe para pengrajin lebih memilih menggunakan kedelai impor. 


Islam tidak memperkenankan menempuh langkah  impor jika kondisi dalam negeri masih bisa dioptimalkan. Apalagi potensi sebagai negara agraris semestinya mendukung dalam menghasilkan kedelai berkualitas. 


Islam akan menempuh langkah intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Lahan penghasil kedelai diperluas dan benih kedelai yang digunakan varietas unggul. Kemudian kebijakan penguasa dengan distribusi pangan yang adil dan merata. Sehingga kasus penimbunan dapat dihindari. Kalaupun ada yang melakukan penimbunan maka akan ada sanksi yang tegas bagi pelaku. 


Jika penguasa dalam menetapkan kebijakan tidak berdasarkan syariat Islam, maka berbagai kasus serupa akan terus-menerus terjadi. Otomatis masyarakat selalu menjadi pihak yang dirugikan dan tertindas. 


Hanya penguasa dalam sistem pemerintahan Islam yang mampu bersikap sigap, tepat, dan tegas sehingga berbagai persoalan yang terjadi dalam sistem kapitalisme tak akan terjadi. Sebab penguasa benar-benar optimal bertindak sebagai pelayan umat. 


Wallahu a'lam bish showab.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم