Oleh : Linda Kamil
Pandemi yang belum berakhir semakin memperparah keadaan ekonomi rakyat. Banyaknya jumlah rakyat yang miskin dikarenakan semakin sempitnya lapangan pekerjaan, pengurangan tenaga kerja, dan melonjaknya berbagai barang kebutuhan pokok.
Ketidakberpihaknya negara kepada rakyat juga merupakan hal yang membuat rakyat menjadi miskin. Misalnya, negara lebih mengedepankan para pemilik modal atau para kapitalis. Kekayaan alam dijual pada swasta asing.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan Maret 2021, angka kemiskinan sebesar 10,14% atau sebanyak 27,54 juta penduduk Indonesia berstatus miskin (Beritasatu.com).
Berbicara kemiskinan, perempuanlah yang akan menjadi sasarannya. Sebab, perempuan adalah sosok yang mengatur keuangan terlebih dalam kehidupan rumah tangga. Sayangnya, dalam sistem kapitalisme hari ini perempuan dianggap mampu mengatasi kemiskinan dengan bekerja. Ekonomi keluarga akan pulih jika perempuan bekerja.
Mirisnya, perempuan saat ini lebih banyak menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar dengan penghasilan atau gaji yang diperoleh dari bekerja dapat menyejahterakan keluarganya. Benarkah sejahtera?
Untuk sebagian yang bekerja dengan penghasilan yang cukup mungkin akan merasa sejahtera. Namun, bagaimana dengan perempuan atau ibu rumah tangga yang bekerja dengan penghasilan yang pas-pasan seperti hanya dengan berjualan kue atau pekerjaan lainnya dengan penghasilan yang tidak menentu? Akankah bisa menopang ekonomi keluarga?
Bisa dibayangkan begitu sulitnya hidup di saat ini karena sistem kapitalisme.Perempuan dalam sistem kapitalisme hanya dijadikan tumbal. Di sistem kapitalisme, lapangan pekerjaan untuk perempuan diperbanyak dengan tujuan pemanfaatan jasa mereka bisa dibayar murah. Biasanya ini bagi perempuan yang bekerja di pabrik. Kapitalisme menjadikan perempuan sebagai objek bekerja. Alhasil, hal ini justru dapat menggerus peran perempuan yang sesungguhnya.
Bagi perempuan yang berpendidikan tinggi dalam sistem saat ini dikatakan kepada mereka "Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau tidak bekerja?". Begitulah sistem kapitalisme memengaruhi perempuan untuk menjadikan kerja sebagai karir untuk meraih prestise dan pengakuan. Merubah keinginan menjadi kebutuhan sehingga memaksa kaum ibu untuk bekerja.
Di dalam sistem Islam perempuan tidaklah dibebani kewajiban bekerja. Bagi perempuan bekerja adalah pilihan yang mubah, boleh dilakukan dan tidak apa-apa kalau ditinggalkan. Kewajiban utama seorang ibu adalah mendidik dan mengurus anak-anak/ummun wa rabbatul-bayt (Ibu dan pengelola rumah).
Kalaupun harus bekerja perempuan harus memilih pekerjaan yang tidak bertentangan dengan aturan Islam. Perempuan yang bekerja tidak akan menyelesaikan masalah ekonomi secara tuntas apalagi menyejahterakan.
Dalam sistem Islam kesejahteraan perempuan dijamin hidupnya oleh wali, suami dan negara bukan dipaksa bekerja. Agar para ibu mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Islam adalah sebaik-baik sistem dalam menjamin perempuan bahkan umat manusia secara keseluruhan.
Untuk dapat mewujudkan kesejahteraan negaralah yang berperan dalam hal ini.
Negara semaksimal mungkin memberdayakan potensi alam/kekayaan alam untuk kemaslahatan rakyat. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mempermudah aktivitas ekonomi. Mencukupi semua kebutuhan rakyat secara adil. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi para laki-laki. Karena kewajiban laki-lakilah menafkahi keluarganya.
Seperti yang terjadi di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-102H/818-820M).
Masa kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz cukup singkat, hanya 3 tahun. Namun umat Islam terus mengenangnya sebagai khalifsh yang berhasil menyejahterakan rakyatnya.
Dimasa khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak ada rakyat yang miskin. Sebagaimana riwayat dari Ibnu Abdil Hakam, Yahya bin Said petugas zakat pada masa itu berkata "Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorang miskin pun". Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan rakyat pada waktu itu berkecukupan. Pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz kemakmuran tidak hanya ada di Afrika tetapi merata di seluruh penjuru wilayah khilafah Islam.
MasyaAllah, begitu sejahteranya hidup di masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Semoga masa itu terulang kembali. Kami merindukannya.
Wallahu'alam bishowab