Akar Pendidikan itu Pahit, tapi Buahnya Manis

 



By Ruby Alamanda


Tak terasa sudah memasuki semester 2 di tahun ini. Masih banyak persoalan yang menyertai keseharian siswa. Mulai terlambat datang, atribut yang tidak lengkap, dan 'kenakalan' lainnya. 


Kata nakal sebenarnya sudah lama tidak dipakai dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini. Hanya saja beberapa orang masih menggunakan kata tersebut untuk menyebutkan penyimpangan siswa. 


Ya, pendidikan merupakan proses panjang yang tidak ada ujung nya, kecuali kematian. Di bangku SMP ini siswa menghabiskan 3 tahun perjalanan proses tersebut. Tak ayal banyak suka duka yang terjadi. Kami para pendidik menilai ini hasil dari keadaan yang entah apa namanya. 


Merokok, meski bukan di sekolah anak-anak sudah terbiasa dengan hal tersebut, di story mereka, seringkali mereka menampilkan acara merokok dengan seragamnya. Masih memakai atribut sekolah meski hanya celana dan sabuk (identitas sekolah). 


Pacaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tidak kurang kami para pendidik mengingatkan akan bahaya pacaran, baik di dalam kelas maupun saat ekstrakurikuler PIK-R. Akan tetapi virus ini telah menjangkiti siswa sejak kelas 7. 


Keluyuran, saat pelajaran ada saja kegiatan mereka untuk menghindarinya, dengan cara membuat kesalahan agar diberi hukuman oleh tim tatib, atau sengaja ijin ke kamar mandi dibuat lama, agar menjauhi pelajaran dari para dewan guru. 


Mbolos sekolah, hal ini terjadi karena siswa merasa jenuh dengan buku dan guru. Padahal selama pandemi mereka ingin sekali masuk sekolah dengan normal, bisa ketemu banyak teman dan jajan. Akan tetapi beberapa siswa tetap saja ada yang seperti itu keadaannya, yakni membolos dan sengaja tidak masuk tidak memiliki surat ijin alias alfa. 


Kurang sopan santun, siswa saat ini kurang memiliki sopan santun kepada bapak ibu guru, mereka berbicara seakan kami ini temannya. 


Mogok sekolah, ini merupakan warna warni pendidikan di sekolah, hingga akhirnya mereka tidak ingin bersekolah lagi, rayuan, sanjungan apapun tidak akan berhasil jika mogok sekolah ini sudah menjangkiti siswa. 


Sekolah, pendidikan merupakan masa yang panjang, namun jika tidak disertai niat tulus ikhlas, maka semua akan menjadi sesuatu yang sambil lalu saja. Belum tentu juga mereka meresapi arti sebuah pelajaran di kelas, ditambah persoalan yang seperti diatas, akan menambah rasa dari belajar itu kurang kuat di hati siswa. 


Belajar merupakan perjuangan panjang sepanjang hayat, jika siswa menyadari itu maka sesungguhnya hasil itu akan mengikuti masa depan mereka. 


Terkadang penulis juga merasa heran, mengapa jumlah hari dalam belajar sangat banyak, dan jumlah mata pelajaran sangat banyak, sehingga membuat siswa akan lama datang ke sekolah setiap hari dan akan merasa jenuh dalam belajar, sehingga ilmu yang didapatkan pun akan terasa _nggramyang_ dalam arti sedikit yang diperoleh dan dipraktikkan dalam kehidupan. 


Sangat menantikan formula baru yang jitu dalam menarik simpati siswa dalam belajar dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tunduk patuh pada bapak ibu guru dan berguna bagi bangsa negara ini.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم