Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice
Masjid Mambaul Huda Wilangan - Nganjuk, adalah masjid paling strategis menurut para musafir yang melintasi jalur Nganjuk - Madiun melalui Alas Saradan. Masjid ini berdiri kokoh tepat disamping tugu perbatasan. Sebagaimana para musafir lainnya masjid ini menjadi tempat singgah favorit kami, kami selalu menyempatkan diri untuk istirahat sejrnak disini, kalau tidak pas berangkat ke Grobogan - Purwodadi - Jateng, ya pas pulang ke Kediri seperti saat ini.
Selain tempatnya adem, dan membangkitkan selera tidur sejenak sebelum melanjutkan perjalanan, disini ada kolam kecil yang berisi ikan lele raksasa, ikan nila raksasa, ikan koi, dan yang menjadi favorit anak-anak ada beberapa ekor kura-kura yang menggemaskan.
Hal inilah yang menjadikan penulis teringat masa kejayaan Islam, dimana para Khalifah membangun rumah singgah bagi para musafir, lengkap dengan jamuan dan perbekalan. Tentunya hal ini sangat membantu para musafir dan menjadikan perjalanan mereka penuh kemudahan.
Capaian gemilang peradaban Islam tidak hanya dipenuhi dengan catatan keberhasilan di bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam aksi program-program sosial, seperti yang terlihat dari keberadaan tempat singgah (sabil, jamak :asbalah).
Beberapa di antaranya dibangun dengan arsitektur menawan berhias kaligrafi. Penamaan sabil biasanya diambil dari nama penguasa ketika itu. Sabil banyak ditemukan di Mesir dan Suriah. Pengelolaannya dipercayakan kepada orang pilihan yang disebut muzammilati. Sabil Madrasah Zhahir disebut-sebut paling tua yang dibangun pada masa Dinasti Mamluk 1479 M. Berikut ini sejumlah sabil yang masih bertahan di Mesir:
Ummu Abbas, Sabil ini satu dari sekian sabil yang eksotik di Mesir. Bangunan yang berlokasi tak jauh dari pusat Kota Kairo itu, tepatnya di kawasan Benteng Shalahudin dibangun oleh Panpa Qadin Ummu Abbas, istri dari Gubernur Mesir Dinasti Ottoman yaitu, Ahmad Thusun ibn Muhammad Ali Pasha yang berkuasa pada 1848-1854. Arsitekturnya bergaya khas Ottoman dan Eropa. Arsiteknya langsung didatangkan dari Turki.
Abdurrahman Katkhuda, Nama Katkhuda merujuk pada gubernur Mesir Dinasti Ottoman, Abdurrahman Katkhuda yang juga seorang arsitektur andal. Sabil ini ia rancang dan dirikan pada 1744 M. Berlokasi di jalan el-Muiz, sabil ini terbilang berbeda. Tiga pintu yang berada di lantai dasar sengaja dipasang untuk menarik perhatian para musafir, dhuafa, atau siapa pun yang membutuhkan.
Sultan Mahmud, Sabil yang didirikan oleh seorang bangsawan di Mesir pada masa Ottoman pada abad 17 M, yaitu Bashir Agha, tidak hanya berfungsi sebagai tempat penampungan air, tetapi juga lokasi para pelajar menghafal Alquran dan belajar. Lokasinya menyatu dengan Madrasah Sultan Mahmud yang berada di Jalan el-Habbaniya.
Kerinduan pada Khilafah sudah semakin membuncah, hadirnya segala kemudahan, keamanan, kenyamanan, kesejahteraan merupakan keniscayaan. Kini, tugas kita untuk mempersiapkan, memperjuangkan, tegaknya Khilafah Islamiyah kembali. Sehingga kehidupan yang selalu dirindukan dan didambakan umat bisa terwujud kembali. Insya Allah.