Oleh : Ramsa
Virus lagi, virus lagi. Gara-gara merebaknya Covid 19, ada-ada saja nama virus yang bertandang. Setelah delta dan delta plus, kini varian Omicron yang melanda negeri tercinta. Seolah tak rela negeri ini dilepas dari genggaman virus.
Data dari Kementrian Kesehatan menyatakan pasien Covid 19 varian Omicron sepekan ini mulai tanggal 17 Januari pasien positif tercatat sebanyak 825 orang. Sedangkan pada pekan ini 22 Januari jumlah pasien melonjak drastis menjadi 3.205 pasien. Bahkan diberitakan ada 2 orang pasien meninggal. Kedua pasien yang meninggal memiliki komorbid atau penyakit bawaan. (Kompas, 22 Januari)
Penyebab Omicron Masuk RI dan Solusi Pemerintah
Ketika virus Covid 19 varian omicron mengganas maka solusi yang diandalkan adalah vaksinasi. Dengan harapan adanya vaksinasi lengkap dan perilaku hidup sehat diharapkan bisa memutuskan rantai penyebaran virus. Seolah tidak belajar dari kasus sebelumnya. Bahwa virus dengan leluasa masuk ke negeri tercinta karena wisatawan atau pelaku perjalanan luar negeri. Jika pemerintah lebih awas atau lebih peduli kesehatan atau nyawa rakyat maka seharusnya mengambil sikap tegas menutup pintu wisatawan atau perjalanan dari dan keluar negeri agar tidak ada virus yang ikut masuk ke Indonesia.
Namun faktanya pemangku kebaijakan lebih takut kehilangan pendapatan yang "secuil" dibandingkan nyawa rakyat sendiri. Saat sudah ada korban jiwa seperti saat ini, baru seolah kaget dan bereaksi menutup sementara perjalanan dari beberapa negara.
Solusi yang digalakan saat ini salah satunya adalah vaksin booster. Gerakan ini sedang ramai di kalangan petugas kesehatan dalam bentuk promosi vaksin booster terutama bagi petugas kesehatan sendiri. Diharapkan bahwa program vaksin booster ini bisa menekan pertambahan jumlah pasien positif omicron.
Sayang sekali fakta di lapangan berkata lain. korban jiwa sudah berguguran. Vaksin yang diandalkan nyatanya tidak ampuh mencegah atau mengatasi jatuhnya korban jiwa Omicron. Semoga ada langkah preventif dan kuratif untuk mengatasi semakin banyaknya korban. Idealnya setelah dua tahun bergelut dengan Covid 19, pemerintah baik Depertemen Kesahatan RI atau pejabat dan tim terkait penanggulangan wabah ini sudah mampu menyediakan segala bentuk pencegahan atau obat yang memungkinkan.
Tentu saja langkah pencegahan jauh lebih mudah dari pengobatan. Terlebih pasien Covid 19 varian Omicron ini lebih banyak tanpa gejala, sehingga sulit terdeteksi. Maka kejelian atau kepekaan pemerintah lah yang diperlukan dalam memutus rantai penyebaran virus ini. Cukup lah sudah. Jangan menambah semakin banyak korban jiwa lagi. Lalu segera buat kebijakan tak berpihak pada rakyat! Sudah cukup jutaan jiwa melayang karena Covid 19 sebelumnya.
Islam Mampu Atasi Virus dan Pandemi
Pandemi Covid 19 sudah memasuki tahun ketiga, maka sudah banyak pengalaman berharga yang didapat. Kesalahan dan kekeliruan kebijakan di masa awal pandemi jangam terulang. Agar nyawa rakyat selamat. Sangat berharga nyawa manusia, karena tidak akan terbeli oleh harta sebanyak apapun.
Dalam keyakinan atau akidah Islam dan sistem kesehatan Islam ditetapkan bahwa hilangnya satu nyawa tak bersalah lebih berat dari hilangnya nyawa sejuta manusia yang salah dan layak mati. Karena itu pelayanan kesehatan baik di kala pandemi ataupun normal diperuntukan dalam memelihara dan memuliakan nyawa manusia.
Kita bisa mengambil pelajaran berharga tatkala Khalifah Umar bin Khathab berkuasa.
Kebijakan umar saat terjadi virus adalah tidak memasukki negeri saat terjadi thaun (wabah).
Tentunya keputusan ini diambil setelah melakukan musyawarah dengan yang lainnya. Awalnya musyawarah berjalan penuh berdebatan. Sebagian sahabat menyarankan untuk tetap melanjutkan perjalanan sebagai menjalankan perintah Allah SWT, sedangkan sahabat lain menyarankan untuk menunda perjalanan ke Syam.
Berbagai pendapat dikemukakan dalam musyawarah tersebut, salah seorang sahabat mengatakan, jika Umar tidak melanjutkan perjalanan ke negeri Syam, maka ia termasuk lari dari takdir Allah. Tapi ada sahabat lainnya yang mendukung Umar seperti Aburrahman bin 'Auf. Dalam kondisi penuh perdebatan, Aburrahman bin 'Auf meyakinkan Umar untuk tidak melanjutkan perjalanan dengan mengutip hadits Nabi.
- إذا سَمِعْتُمْ بالطَّاعُونِ بأَرْضٍ فلا تَدْخُلُوها، وإذا وقَعَ بأَرْضٍ وأَنْتُمْ بها فلا تَخْرُجُوا مِنْها “
Apabila kalian mendengar wabah thaun melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian-kalian di dalamnya, maka janganlah kalian lari keluar dari negeri itu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Inilah solusi tuntas penanganan pandemi dan virus jika melanda suatu negeri. Secara sederhana adalah memutus akses dari dan ke tempat terjadinya wabah. Pada kondisi ini penguasa wajib memenuhi kebutuhan rakyat individu per individu tanpa pandang bulu, baik kaya atau miskin. Karena semua merasakan dampak merebaknya virus. Pejabat negara dengan cekatan memperhatikan dan mendistribusikan seluruh kebutuhan pokok masyarakat tanpa panjang perhitungan. Dengan cara inilah wabah lebih cepat teratasi, rakyat selamat, lalu ekonomi bisa diselamatkan bersama.
Wallahu A'lam