Oleh : Lalitya Mahardhika
Umat muslim di India lagi-lagi harus merasakan tindakan diskriminasi dan tekanan oleh kelompok hindu ekstrimis india. Kali ini sebuah cuplikan video menunjukkan beberapa pemimpin agama hindu menyerukan pemusnahan massal terhadap umat muslim di India (Sindonews, 13/01). Seruan profokatif tersebut disampaikan dalam pertemuan keagamaan di Haridwar, India Utara tanggal 17-19 Desember 2021.
Pasca video tersebut viral, banyak warga marah dan menolak seruan tersebut karena dianggap akan memperburuk hubungan umat islam di India. Sebulan berlalu, kepolisian pemerintahan setempat memproses penyelidikan terhadap beberapa orang di video itu. Melansir laman CNBC Indonesia (16/01) akhirnya pada Kamis malam (13/01) telah ditangkap seorang pria yang berbicara pada acara tersebut.
Kasus-kasus diskriminasi dan tekanan terhadap umat muslim terus meningkat tajam sejak Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa tahun 2014. Hal ini bahkan terjadi secara sistematis melalui kebijakan perundang-undangan. Seperti adanya pengesahan Amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India (CAB) pada 2020, UU ini dianggap oleh Internasional sebagai UU yang merepresentasikan supremasi Hindu dan antimuslim.
Namun kita perlu ingat, diskriminasi ini tidak hanya terjadi pada Muslim India saja, seperti muslim Palestina, Rohingya, Uyghur dan lainnya juga mengalami penindasan dan kekerasan. Tanpa henti sepanjang hari mereka terus merasakan ketakutan karena tidak ada yang menjamin hidup mereka dilindungi. Pasalnya junnah atau perisai umat muslim yakni Khilafah Islamiyah telah runtuh sejak 3 Maret 1924.
Sejak saat itu dunia, termasuk negeri-negeri muslim, beralih menuju sistem negara Kapitalisme-demokrasi yang menyebabkan terpecah-belahnya persatuan umat menjadi lebih dari 50 negara bangsa. Kondisi ini terus merusak tatanan kehidupan umat muslim sehingga mereka hidup dalam nestapa dan kehinaan.
Diskriminasi terhadap muslim tak pernah dirasakan ketika Khilafah Islamiyah atau Daulah Islam masih tegak. Sebagai sebuah sistem pemerintahan warisan Rasulullah, Khilafah terbukti mampu menjamin keamanan dalam negeri, warga muslim dan non muslim, dengan sangat baik. Will Durrant, seorang sejarawan terkemuka dari barat mengatakan dalam bukunya berjudul The Story of Civilization: "Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.".
Menjaga keamanan hidup muslim telah banyak dilakukan oleh Rasulullah dan Khalifah sesudahnya, yang paling mahsyur adalah ketika Rasulullah SAW mengerahkan pasukan untuk menyelamatkan kehormatan seorang muslimah dari pelecehan yang dilakukan oleh Yahudi Bani Qainuqa. Begitupula sikap Khalifah Al-Mu'tashim Billah bergegas bersama pasukannya di Baghdad menuju Ammuriah untuk menjawab seruan seorang Muslimah yang dilecehkan di pasar Romawi.
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).
Begitulah sikap penjagaan Khilafah Islamiyah terhadap jiwa satu individu. Sikap itu pula yang akan di kerahkan oleh Khalifah apabila tegak Khilafah terhadap umat muslim yang didiskriminasi dan ditindas. Wallahuallam.