Oleh Ummu Ridho
Suasana pandemi covid-19 serasa menambah bimbang masyarakat terutama keluarga. Terlebih lagi, beberapa titik kota maupun kabupaten di negeri ini diharapkan telah melakukan vaksinasi bagi para peserta didik usia 6-11 tahun. Kebijakan ini beriringan dengan implementasi PTM 100 persen yang akan diberlakukan di semua sekolah.
Dilansir dalam Republika.co.id, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengkritisi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen yang mulai dilaksanakan di sekolah-sekolah. Pemerintah pusat memberlakukan PTM 100 persen di daerah yang berada di PPKM level 1 dan 2 pada Senin (3/1/2022). https://www.republika.co.id/berita/r56ciw428/ptm-mulai-bergulir-100-ylki-ngeringeri-sedap
KPAI melakukan pengawasan PTM selama tahun 2021 pada 17 sekolah yang berada di 18 kabupaten/kota di 8 provinsi. Hasil pengawasan menunjukkan bahwa anak didik masih sulit untuk mengubah perilakunya di masa adaptasi pandemi covid-19. https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/Rb1GEXlK-ptm-100-dibuka-januari-2022-kpai-masih-banyak-yang-harus-disiapkan
Kekhawatiran tentu mengiringi langkah kesiapan keluarga utamanya. Meski demikian, kesiapan masyarakat hingga negara tentu juga memiliki pengaruh besar. Karena itu, penting bagi semua pihak untuk mewujudkan kesiapan menghadapi kondisi pandemi covid-19 dengan perkembangannya hingga kini. Namun sayang, dalam kehidupan yang semua tolak ukurnya didasarkan pada relatifnya cara berpikir manusia, maka kesiapan keluarga, masyarakat hingga negara seakan mimpi sulit diwujudkan. Masing-masing berpandangan menempatkan untung rugi sesuai prioritasnya.
Itulah sistem kehidupan dengan asas kapitalisme sekuler. Dalam urusan kesehatan, ekonomi, kesejahteraan keluarga, dan urusan lainnya semua pihak harus bersiap modal. Modal besar menentukan pelayanan hingga capaian kebahagiaan di dunia ini. Dalam hal pendidikan pun tak jauh berbeda. Implementasi PTM 100 persen di saat merebaknya Omicron, varian baru dari covid-19 tak menghalangi kebijakan ini terus bergulir. Karena itulah, maka ada beberapa hal yang penting bagi keluarga utamanya menyiapkan generasi terbaiknya hadapi kebijakan ini, diantaranya.
• Ibu dan ayah bekerja sama memiliki pemahaman yang benar seputar covid-19 sebagai bagian dari qadha Allah SWT. Artinya pengkondisikan pemahaman semua anggota keluarga harus sama dan saling menjaga agar kokoh mencegah diri dari kelalaian protokol kesehatan.
• Semua anggota keluarga memaksimalkan upaya yang termasuk bagian penting bagi seorang hamba kepada Allah SWT. Upaya beriringan dengan doa tentu tak dapat dipisahkan.
• Selain edukasi di kehidupan keluarga, Ibu dan Ayah juga bekerja sama mengedukasi masyarakat dan muhasabah terhadap segala kebijakan penguasa yang belum menjaga hingga melindungi masyarakat.
Ketika masyarakat saat ini mengingat bagaimana upaya Rasulullah saw. hingga dicontoh oleh Khalifah Umar bin Khattab ketika menghadapi wabah, maka hal ini bisa menjadi jalan untuk menumbuhkan kesadaran. Tentunya kesadaran untuk kembali pada penerapan aturan sesuai dengan yang Allah SWT. tentukan untuk hambanya. Dia-lah pencipta dan memahami segala kelebihan hingga kebutuhan hambanya.
Sistem kehidupan warisan Rasulullah saw. Sistem kehidupan yang menjadikan kesiapan keluarga, masyarakat hingga negara saling bekerja sama dalam segala bidang kehidupan. Sistem yang menilai perlindungan untuk generasi penerusnya sesuai dengan perintah Allah SWT. bukan memperbanyak keuntungan dunia. Itulah sistem kehidupan dengan penerapan aturan Allah SWT. dalam agama Islam ini secara kaffah. Wallahu'alam.[]