Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Qashash ayat 87:
وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ ۖ وَٱدْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Artinya: “Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.
Akhir tahun 2021 lalu umat Islam Indonesia disuguhi drama penangkapan kembali Habib Bahar Bin Smith, dengan tuduhan menyebarkan hoax tentang peristiwa pembunuhan 6 laskar FPI di KM 50. Padahal kita tahu peristiwa itu nyata, pelakunya ada, dan korbannya jelas.
Kemudian awal tahun 2022 kembali umat Islam harus menerima hinaan dari penista agama Ferdinand Hutahaean. Meskipun akhirnya juga ditangkap oleh pihak berwajib setelah trending di jagat Twitter hastag #tangkapferdinand.
Apa yang bisa kita tangkap dari dua peristiwa itu?
Pertama, hukum masih tebang pilih. Suka suka rezim. Sehingga kalau sepertinya membahayakan rezim tanpa kesalahan pun bisa ditangkap, tuduhan dibuat selanjutnya. Sebagaimana kasus-kasus yang sudah terjadi. Bahkan yang paling gres orang yang membuang sesaji saja bisa langsung masuk bui.
Kedua, posisi umat Islam yang mayoritas di Indonesia ternyata masih lemah. Umat tidak memiliki bergining position baik secara politik, sosial, maupun hukum. Kasus penistaan agama seperti dianggap angin lalu, dan sering kali terulang tanpa hukuman yang tegas. Kasus Ferdinand, kenapa bisa ditahan oleh yang berwajib? Karena bisa jadi jika dibiarkan membahayakan kedudukan penguasa.
Sehingga jika kita tidak mau kondisi ini terus berlarut-larut menimpa umat Islam maka kita butuh action. Action yang cerdas dan bijak, untuk membina umat dan menyadarkan umat akan kondisi ini.
Umat terpuruk secara politik dan hukum, hidup jauh dari kesejahteraan, apalagi saat ini harga kebutuhan pokok melambung tinggi, makin menambah laju penderitaan. Sayangnya umat tidak sadar bahwa ini adalah imbas dari diterapkannya kapitalisme sekuler dalam bingkai demokrasi dan menyingkirkan Islam dalam kehidupan.
Sebagaimana yang ada di dalam Surat Al-Qashash ayat 87 di atas maka kita ketika ada berbagai macam halangan ataupun rintangan baik dari orang kafir ataupun orang muslim yang mereka ini terang-terangan menghalangi dakwah Islam, menghalangi kita untuk menyerukan kebaikan, maka disitu kita harus tetap untuk melakukan seruan-seruan melakukan dakwah dan juga terus berusaha untuk menyadarkan umat.
Pada dasarnya resiko dakwah itu hanya ada dua, yaitu diterima atau ditolak. Sebagaimana jika kita, melamar kerja, tes masuk CPNS, masuk SNMPTN, resikonya hanya dua diterima atau ditolak. Jadi jangan dibayangkan dakwah untuk membangkitkan umat, dakwah untuk menyadarkan umat itu susah, rumit, dan menakutkan.
Dengan kondisi sosial politik yang tidak begitu mendukung umat Islam, maka kita harus mampu berdakwah dengan cantik dan bijak. Kita juga harus mampu membaca situasi politik yang ada di negara ini ini sehingga kita bisa menentukan langkah yang tepat dalam dakwah.
So, lanjutkan perjuangan! Karena ingat, resikonya hanya dua, diterima atau ditolak.