Oleh : Asma Ramadhani (Siswi SMAIT Al Amri)
Maraknya kata "Moderasi" yang digaungkan hingga saat ini menimbulkan berbagai respon dari masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “moderasi” berarti penghindaran kekerasan atau penghindaran keekstreman. Jika dihubungkan dengan agama Islam, berarti sikap menghindari "berlebihan" dalam beragama atau menerapkan ajaran agama Islam. Bukan suatu hal yang masih samar, adanya moderasi agama yang sering disebutkan akhir-akhir ini sangat jelas menyinggung sikap inteoleransi antar agama dan fanatisme terhadap agama.
Kementrian Agama Republik Indonesia sedang dalam proses pengembangan moderasi agama. Berbagai program dibuat untuk membawa 'proyek besar' ini menuju kepada pijakan kesuksesan. Mulai dari menyokong para pemuda melalui kerjasama para pejabat negara, hingga menyelipkan makna moderasi di setiap kesempatan.
"Ada 6 visi dan misi Kemenag yang harus kita kawal, yang salah satunya adalah memperkuat moderasi dan kerukunan umat beragama. Hal ini sangat relevan dengan visi misi Presiden RI. Saya berharap ASN dapat bergerak secara massif untuk mensupport dan mengimplementasikan moderasi beragama,” ucap Prof. Nizar, Sekjen Kementrian Agama.
"Ada empat indikator moderasi beragama yang harus terus dikampanyekan, yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan serta akomodatif terhadap budaya lokal," tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nizar juga memaparkan pesan Menteri Agama tentang tiga kunci Semangat Kemenag Baru. Yaitu, menjadikan agama sebagai inspirasi, mempererat persaudaraan antar umat beragama, dan memperbaiki manajemen tata kelola pemerintahan.
Agama sebagai inspirasi bukan sebagai aspirasi membuktikan bahwa agama hanya dijadikan sebagai objek yang bisa dipilih untuk diambil atau tidak. Bukan menjadi patokan dasar dan tuntutan untuk menjalankan kehidupan.
Ahad, 26 Desember 2021, ribuan tokoh muslimah di Indonesia menghadiri digital event RATU 2021, dengan mengangkat tema Moderasi Bukan Solusi, Islam Kaffah Solusi Hakiki. Dalam forum berslogan perempuan bicara perubahan ini, para narasumber menguak catatan hitam dibalik adanya moderasi agama. Moderasi beragama adalah proyek besar menjauhkan umat Islam dari syariat Islam yang sedang dijalankan oleh Barat dan sekutunya. Arus Moderasi bukan produk dalam negeri. Moderasi, konsep besar hingga peta jalan implementasinya merupakan gagasan yang lahir dari RAND Corporation.
Dikutip dari wikipedia, RAND Corporation adalah wadah pemikir kebijakan global nirlaba Amerika Serikat yang didirikan tahun 1948 oleh Douglas Aircraft Company untuk membantu Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di bidang penelitian dan analisis.
Bencana arus pemikiran menyimpang yang dilabeli moderasi menambah daftar panjang kondisi negeri ini sebagai negara gagal. Sebab moderasi beragama adalah sesuatu yang bersifat jalan tengah, yang tidak terlalu fanatik dan tidak terlalu radikal.
Moderasi beragama menjadikan tokoh-tokoh liberal rujukan, mengadopsi gerakan rekontekstualisasi fikih, dan mendekonstruksi metode tafsir. Makna rahmatan lil’alamin mengalami distorsi ketika digunakan sebagai dalil pluralisme. Islam menghargai pluralitas, tapi bukan pluralisme. Pada akhirnya rahmatan lil’alamin digunakan sebagai legitimasi pluralisme. Padahal seharusnya makna yang benar harus mengacu pada kaidah yang benar.
Tidak diragukan lagi, moderasi adalah ajaran sesat yang ingin menafikkan kaum muslim dari agamanya. Perintah menerapkan Islam kaffah menjadi hitam putih dengan adanya serangan moderasi agama ini. Islam adalah gudang penyelesaian problematika bagi seluruh alam, bukan moderasi yang hanya membawa kemungkaran terhadap makna syahadat.