Oleh : Ari Susanti
Saat ini massif upaya memasukkan moderasi beragama di berbagai lini kehidupan. Bahkan pengarusan moderasi ini diajarkan sejak usia dini.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama Muhammad Zain dalam materi peningkatan Pendidikan Anak Usia Dini bagi guru RA di Bogor (Selasa, 16/3/2021).
Zain mengatakan bahwa pendidikan moderasi beragama perlu diajarkan sejak dini. Pengajaran moderasi ini merupakan bagian dari pendidikan karakter bagi anak. “Injeksi pemahaman moderasi beragama ke dalam materi pembelajaran bagi anak usia dini adalah sebagai upaya pendalaman pendidikan karakter,” ujarnya.
Oleh karena itu, bagi mereka, Desember 2021 menjadi momen yang pas untuk memastikan ketercapaian target yang dicanangkan pemerintah bahwa 2022 sebagai tahun toleransi. Hal ini dipandang penting karena toleransi dianggap sebagai sikap yang lahir dari moderasi beragama.
Implementasi toleransi antarumat beragama di antaranya akan tecermin dalam peringatan Natal pada Desember. Dengan demikian, anak diajarkan untuk mengucapkan selamat Natal kepada temannya yang sedang merayakan, memberi/menerima hadiah, dll., sementara ia berlainan agama.
Tentu ini sangat berbahaya bagi anak, terutama pada anak usia dini, bahkan bagi generasi dan umat karena nyata-nyata telah mencampurkan antara yang hak dan batil (talbisul haq bil bathil). Saling memberikan ucapan selamat adalah hak dan suatu kemuliaan, begitu pun saling memberikan hadiah jika itu dilakukan dengan sesama muslim. Akan tetapi, jika dilakukan oleh orang yang berbeda agama dalam rangka memperingati hari raya agamanya, jelas ini adalah pencampuran agama.
***
Darimana Asal Ide Moderasi? Kenapa baru-baru ini muncul secara massif ? Hal ini dapat kita ketahui dari dokumen Rand Corporation yang disebutkan didalamnya mengenai Moderate Character Building. Maka akan kira temui istilah Islam Moderat dan Islam Radikal. Sejatinya istilah ini adalah upaya untuk devide et impera (pecah belah).
Islam Moderat adalah Islam yang memisahkan agama dari pengaturan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Islam moderat diidentikkan toleran, ramah, damai, menerima nilai-nilai Barat. Bahkan tolerannya pun kebablasan. Seolah yang tidak moderat itu radikal, sehingga diidentikkan yang bicara syariah kaffah (totalitas) sebagai radikal. Juga digambarkan jika tidak mengucapkan selamat hari raya agama lain dianggap tidak toleran alias radikal.
Hal ini justru berbahaya karena menimbulkan perpecahan diantara kaum muslimin. Karena nilai-nilai Barat dalam Islam Moderat inilah justru membahayakan dan menggerus aqidah generasi Islam.
***
Pepatah mengatakan, “Belajar di waktu muda bagaikan mengukir di atas batu, dan belajar di waktu tua bagaikan mengukir di atas air.” Makna pepatah tersebut adalah jika kita mengajarkan sesuatu kepada anak sejak dini, insyaallah mereka akan terus mengingatnya sampai mereka kelak dewasa nanti.
Maka yang seharusnya diberikan kepada anak usia dini adalah pemahaman aqidah yang benar bukan mencampuradukkan haq dan batil atas nama toleransi. Ajarkan anak kecil dengan tolerasnsi yang benar. Boleh main dengan siapa saja , berbuat baik, menolong. Tetapi untuk merayakan perayaan agama lain tidak dibolehkan. Sehingga anak sejak kecil tahu batas mana yang dibolehkan oleh syariat mana yang tidak dibolehkan.
Justru yang harus kita ajarkan bagaimana Rasulullah SAW memberi teladan kepada umatnya. Toleransi yang diajarkan oleh Rasulullah bukan toleransi sebagaimana yang dimaksud dalam proyek moderasi beragama saat ini.
Pada akhirnya, moderasi beragama faktanya adalah hendak menghilangkan sebagian ajaran Islam karena dipandang tidak sejalan dengan nilai-nilai Barat. Sejak zaman Rasul tidak ada paham pluralisme yang membenarkan semua agama. Rasulullah berdakwah mengajak umatnya untuk masuk Islam dengan dakwah tanpa kekerasan. "Menghargai perbedaan" itu tentu berbeda dengan "membenarkan perbedaan" apalagi menyangkut keyakinan.
Moderasi beragama sangat bertentangan dengan aqidah Islam, karena bukan berasal dari Islam. Moderasi beragama adalah proyek Barat untuk menjaga eksistensi ideologi dan penjajahan mereka atas umat Islam dan negeri-negeri muslim. Wallahualam