Kado "Istimewa" Di Tahun Baru




Oleh : Ramsa  S. Si (Aktivis Muslimah)  

Menghitung hari menuju tahun baru, tahun 2022.  Biasanya setiap tahun baru seseorang akan membuat catatan khusus setahun yang dilewati dan membuat cita-cita atau resolusi untuk tahun berikutnya.  Selain itu, yang biasa ditunggu adalah  kado pergantian tahun. Bagi emak-emak kado istimewanya tiap tahun itu harga sembako turun atau paling tidak harga stabil saja sudah senang. 

Tahun ini ada juga "kado istimewa" bagi emak-emak dan bapak-bapak. Yakni hadiah "kenaikan tarif listrik" yang berlaku per 1 Januari tahun 2022.  Aturan dan besarnya kenaikan tarif ini sedang disiapkan oleh Badan Anggaran DPR (Banggar DPR). Jika terjadi kenaikan tarif listrik maka bisa dipastikan akan banyak sektor ikut merasakan dampaknya. Mengingat saat ini hampir semua segi pekerjaan dan jasa mengandalkan tenaga listrik. 

Dikutip dari Banjarmasinpost.com bahwa pemerintah bersama Banggar DPR RI berencana menerapkan kembali tarif adjusment (penyesuaian tarif) pada 2022 mendatang. sebanyak 13 golongan masyarakat pelanggan listrik non-subsidi perlu bersiap dengan kenaikan tarif di tahun baru ini. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut jika kondisi pandemi Covid-19 membaik, maka kemungkinan besar tarif adjustment ini akan diterapkan kembali sesuai aturan awal pada 2022. 
"Tarif listrik bagi golongan pelanggan non-subsidi ini bisa berfluktuasi alias naik atau turun setiap 3 bulan disesuaikan dengan setidaknya tiga faktor, yakni nilai tukar mata uang, harga minyak mentah dunia, dan inflasi," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana. 

Jadi buat bapak-bapak atau ibu-ibu mesti siapkan dana lebih untuk membayar berbagai jasa.  Yang hal ini juga akan berimbas pada kenaikan harga barang atau bahkan tarif angkutan. 
Sebuah kebijakan yang lagi-lagi tak bijaksana akan membuahkan nestapa tak bertepi bagi warga negara.

Sudah sering kali pemberian hadiah atau 'kado pahit" awal tahun dari penguasa di negeri ini. Kado tak menyenangkan, justru menyengsarakan masyarakat. Seolah tak memperhitungkan atau tidak peduli kondisi masyarakat yang sedang terpuruk karena pandemi. Kini keterpurukan ini akan ditambahkan lagi dengan  kenaikan tarif listrik. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga terus digigit kalajengking yang berbisa. Malangnya nasib rakyat kecil di negeri yang kaya sumber daya alam. 

Sumber daya alam di Indonesia ini begitu banyaknya. Minyak tanah, gas, batubara,  emas dan segala jenis tambang berharga tersedia melimpah di negeri ini. Tapi mengapa kita seolah "mustahil" untuk membuat dan mendistribusikan minyak milik sendiri agar bisa memasok kebutuhan PLN. Bukankah sumber daya manusia di Indonesia pintar dan bisa diandalkan? ada banyak pakar, insinyur dan semua tenaga yang dibutuhkan untuk eksplorasi dan eksploitasi minyak sendiri. Harusnya mampu menjadikan negeri ini tidak ketergantungan atau terpasung oleh kebijakan ekonomi IMF atau negara-negara pemilik minyak terbesar di dunia.  

Ini hanyalah satu hal dari sekian banyak akibat buruk diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme di negeri ini. Masih banyak  kondisi pahit sebagai buah sistem demokrasi yang hanya peduli pada nasib kantong penguasa dan pengusaha. Jauh dari kata peduli rakyat. Karena peduli rakyat hanya bahan jualan untuk pemilu.

Listrik dan Kebutuhan Pokok dalam Pandangan Islam

Tenaga listrik saat ini mau tidak mau sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Semua sendi kehidupan bisa terus bergerak karena adanya tenaga listrik. Maka sebagai suatu kebutuhan pokok dalam pandangan Islam, maka tatacara pengelolaan listrik akan diserahkan sepenuhnya pada negara. Negara sebagai wakil umat wajib menyediakan listrik murah bahkan gratis bagi rakyat, dengan memanfaatkan minyak bumi dan berbagai  sumber daya alam milik umum dalam negara Islam. 

Sumber daya alam milik umum yaitu semua hasil hutan, hasil kelautan, tambang, air, padang rumput dan semua benda yang menghalangi pribadi untuk memilikinya. Dari hasil pengelolaan semua benda inilah negara akan mengambil bagian untuk memenuhi kebutuhan pokok individu masyarakat hingga kebutuhan kolektifnya.  Yakni akan dimanfaatkan untuk pembayaran sekolah dan gaji guru, rumah sakit dn gaji tenaga medis, gaji tentara, polisi,  ketersediaan listrik, air,  telepon, internet hingga gaji satpam. Semua dibayarkan oleh negara. 

Karena negara mandiri dalam mengelola sumber daya alamnya maka keuangan negara akan terjaga, juga tingginya kesadaran masyarakat akan infak,  sedekah dengan dorongan ketaatan maka  masyarakat pun tidak akan membiarkan ada saudara atau tetangganya kelaparan atau menderita. Individu yang saleh dan aturan yang memperhatikan kesejahteraan individu per individu yang mampu menjadikan kepemimpinan Islam itu menghadirkan kesejahteraan dan kemaslahatan dunia hingga akhirat. 

Tidak kah kita rindu hidup dalam sistem tang memberi keberkahan bagi semua manusia? bahkan hingga hewan-hewan pun merasakan kerahmatan aturan Islam. Semoga kita bisa merasakan hidup  dalam naungan sistem islam yang mewujudkan rahmat bagi semesta alam, yang mewujudkan kesejahteraan tak hanya dunia namun hingga ke akhirat. Sebagaimana potret kepemimpinan di massa Khalifah Umar bin  Al Khathab yang tidak mau diwakili memikul gandum untuk memberi makan seorang ibu dan anak-anaknya yang lapar.
Adakah sosok Umar bin Khaththab  masa kini? 

Hanya dalam sistem Islam pemimpin berjiwa tulus melayani akan hadir dan memberi pelayanan prima hingga semua lapisan masyarakat apapun kebutuhannya, tidak memandang agama apapun. Semua warga negara diperlakukan sama sebagai manusia. 

Wallahu A'lam

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم