Pemuda Muslim, Jangan Mau Jadi Agen Moderasi Beragama!

 



Oleh: drh. Lailatus Sa'diyah


Sepanjang zaman, isu kepemudaan begitu menarik untuk menjadi perbincangan. Mengapa? Karena pemuda memiliki segudang potensi yang didukung dengan kemampuan fisik yang mumpuni. Sehingga logis menjadi _agent_ atau bahkan _leader of change_ masa depan suatu bangsa.


Sistem saat ini juga memberikan perhatian khusus kepada pemuda yaitu generasi milenial dan Gen Z. Generasi milenial dan Gen Z saat ini memiliki proporsi jumlah yang sangat besar. Berdasarkan data BPS tahun 2020, jumlah milenial dan Gen Z adalah 53,81 % dari total seluruh masyarakat Indonesia.


Dengan potensinya yang besar serta jumlahnya yang sangat banyak, tentunya sangat menarik untuk dimanfaatkan secara optimal dalam berbagai aspek. Ini menempatkan pemuda muslim memiliki kekuatan politik yang tidak dapat di remehkan.


Kemenag pun menjadikan pemuda sebagai salah satu subjek dan objek moderasi beragama. Sebelumnya, telah kita ketahui bahwasanya moderasi beragama adalah salah satu program dari RPJMN 2020-2024 yang bertujuan untuk mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia sesuai dengan Konstitusi Negara.


Secara masif dan terstruktur, Kemenag sebagai _leading sector_ program moderasi beragama terus merancang agenda-agenda untuk menyukseskan programnya tersebut. Bahkan mereka pun berani mencanangkan dana yang cukup besar demi terlaksananya program moderasi beragama. Anggaran moderasi beragama lintas direktorat jenderal tahun ini sebesar Rp3,2 T dari yang awalnya hanya 400 M (Republika, 23/09). Namun yang menjadi pertanyaan, benarkah ini semua untuk kepentingan kehidupan bernegara?


Nafas dari program moderasi beragama adalah menyamakan semua agama yang ada. Atau dengan kata lain, semua agama dianggap benar. Jadi tidak ada satu pun penganut agama tertentu yang diizinkan mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. Karena sikap tersebut sangat berpotensi memecahbelah umat beragama dalam kehidupan bernegara dan mengancam konstitusi negara.


Padahal sebagai seorang muslim, sudah selayaknya kita meyakini bahwasanya Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala dalam surat Ali Imran (19), 

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” 


Begitu jelas apa yang Allah Ta'ala sampaikan dalam ayat tersebut. Maka sudah menjadi keharusan kita sebagai pemuda muslim meyakini dengan keimanan yang utuh dan tidak boleh ada keraguan di dalamnya. Keyakinan tersebut harus kita buktikan dengan sikap konkrit yaitu menolak narasi sesat program moderasi beragama yang menyatakan bahwa semua agama adalah benar.


Sejatinya ada kepentingan besar di balik program moderasi beragama. Semakin meningkatnya pemahaman Islam kafah di kalangan pemuda menjadi momok yang menakutkan bagi pengemban ideologi kapitalisme. Sehingga barat melalui kaki tangannya berupaya untuk terus mengebiri potensi pemuda Islam, salah satunya melalui program moderasi beragama. Dengan program ini, mereka berupaya mendangkalkan dan menyesatkan akidah pemuda Islam terhadap agamanya sendiri. Hal ini Barat lakukan karena Barat tahu betul kekuatan akidah Islamlah yang mampu menggerakkan pemuda Islam dan menghancurkan kekuatan Barat.


Dalam dokumen _Plan of action to prevent violent extremism_, merupakan propaganda AS yang diadopsi PBB untuk seluruh negara anggotanya, yaitu terdapat dua isu kritis kepemudaan. Pertama, terdapat upaya untuk menjauhkan pemuda muslim dari pemahaman Islam yang benar. Kedua, terdapat upaya untuk membajak potensi pemuda muslim dalam rangka mempertahankan hegemoni Negara Barat.


Sebagai pemuda muslim, kita harus mampu membaca agenda barat ini. Jangan memberikan peluang kepada Barat untuk membajak potensi dan kekuatan politik pemuda muslim. Jangan pula kita sebagai pemuda muslim justru memilih menjadi corong barat dalam program moderasi beragama. 


Perlu kita ingat aksi nyata kita sebagai pemuda muslim akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Khaliq. Sikap diam terhadap kezaliman tidak cukup menjadi hujah kita di hadapan Allah Ta'ala kelak. Maka dari itu, sebagai pemuda muslim, kita harus bergerak dengan lantang menyuarakan penolakan terhadap program ini. Serta dengan penuh semangat tanpa mengenal lelah mengemban dakwah Islam kafah di tengah-tengah kehidupan masyarakat.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم