By Athiefa Dienillah
Pemerhati Masalah Sosial
Tak pernah ada orang hidup tanpa masalah. Masalah itu adalah badai yang harus dihadapi dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Ingin menjadi pelaut tangguh didalamnya, maka lewati badai untuk sampai pada samawa
Setidaknya ada 4 hal yang harus kita jaga untuk bisa mempertahankan kehidupan pernikahan kita
1. PUNYA KOMITMEN
Tak cukup hanya cinta, kecantikan, harta dan keturunan untuk menjalani bahtera rumah tangga. Tapi bangunlah rumah tangga diatas satu tujuan meraih rida Allah Swt. Maka kita menikah bukan karena cinta. Tapi membangun cinta yg bisa mengantar pada tujuan.
2 BERGAUL DENGAN MA'RUF
Butuh kesamaan pemikiran antara suami istri yang dikomunikasikan. Sehingga, tidak ada salah persepsi dan istilah baper dalam rumah tangga.
Samakan langkah dalam setiap persoalan. Dan berjalan berdampingan. Jangan saling mendahului atau tak peduli pasangan tertinggal. Bergaul dengan ma'ruf dan saling mengutamakan kenyamanan pasangan.
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“… Dan bergaullah dengan mereka(para istri) secara ma'ruf…”
[An-Ni-saa’/4: 19].
3. MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN HUKUM SYARA
Tidak ada pernikahan tanpa konflik antar suami isteri. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita bisa mengelola konflik tersebut, sehingga keputusan solusi persoalan tidak mengikuti hawa nafsu
Memang dalam Islam, suami adalah pemimpin rumah tangga. Namun sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpin yang mampu memberikan solusi yang mengantar pada rida Allah Swt. Bukan egois ingin mengalahkan istrI.
Maka, kembalikan solusi setiap masalah pada hukum syara.
Allah berfirman:
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً…..
“…Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (yaitu al-Quran) dan Rasul (Sunnah_nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kiamat. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik kesudahannya” (an-Nisa 4: ayat ke 59)
4. BERSAHABAT DENGAN PASANGAN
Pernikahan yang langgeng adalah pernikahan yang menjadikan pasangan kita sebagai partner atau sahabat. Pernikahan yang langgeng adalah pernikahan yang akrab, yang saling curhat-curhatan, dan relatif tidak ada rahasia di antara suami isteri. Mereka tertawa bersama, menangis bersama, atau dengan kata lain empati satu sama lain. Sering jalan bareng dan sering bercanda. Bahkan nasehatnya pun diselipkan dalam gurauan, sehingga pasangan berpikir dan tidak merasa disakiti atau digurui. Kata kuncinya ada upaya terus menerus untuk mesra dan romantis
Persoalan yang sering muncul dalam kehidupan keluarga adalah perasaan cemburu. Lalu bagaimana mengelola rasa ini? Cemburu atau Al Ghirah merupakan fitrah manusia merupakan penampakan Gharizah Baqo. Secara, perempuan itu, kalo disuruh berbagi 'Ego' pasti muncul. Ga mau berbagi, apalagi suami..... #Upss
Dalam sebuah rumah tangga, rasa cemburu terhadap pasangan bisa dikatakan wajar. Jika rasa cemburu itu tidak ada, justru menjadi hal yang sangat dikhawatirkan.
Kenapa? Sebab bisa jadi pasangan ternyata tidak memiliki rasa kasih dan sayang yang sebenarnya pada kita.
Perasaan cemburu biasanya paling besar ditampilkan oleh kaum Hawa. Dalam kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam pun rasa cemburu kerap diperlihatkan oleh istri Nabi. Terutama bagi Ummu Aisyah yang memang memiliki rasa cemburu yang lebih besar dibandingkan istri-istri Nabi lainnya.
Rasa cemburu akan muncul karena adanya rasa cinta. Semakin kuat rasa cinta seorang istri kepada suaminya maka semakin kuat pula rasa cemburu dalam hatinya.
Cemburu di dalam Islam sebenarnya diperbolehkan, asalkan cemburu yang timbul tidak memiliki sifat yang berlebihan hingga menyebabkan pertengkaran di antara keduanya.
Rasul SAW bersabda
Sungguh ada sifat cemburu yang disukai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala yaitu sifat cemburu yang disertai dengan keragu-raguan dan ada pula sifat cemburu yang sangat dibenci oleh Allah Ta'ala yaitu rasa cemburu yang tanpa disertai rasa keragu-raguan lagi."
Dalam kitab Tazkiyatun Nafs, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, berdasarkan ketentuan syariat, cemburu dapat dibagi menjadi dua, yaitu cemburu yang terpuji dan cemburu yang tercela
Bagaimana cemburu yang terpuji?
Cemburu yang Terpuji adalah rasa cemburu yang sesuai dengan firman Allah SWT dan sunah Rasulullah SAW.
Di antara contoh-contoh cemburu yang terpuji adalah:
1. Cemburu terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
2. Cemburu terhadap kehormatan.
Orang mukmin harus cemburu terhadap anggota keluarganya jika ada salah satu seorang di antara mereka yang mengotori kemuliaan atau kehormatan diri.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ
Artinya: "Ada tiga orang yang tidak akan Allah lihat pada hari kiamat: Orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, wanita yang meniru gaya lelaki, dan dayuts."
(HR Ahmad 6180, Nasai 2562, dan disahihkan Syuaib Al Arnauth)
Apa itu DAYUTS
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata,
“Dayûts adalah orang yang membenarkan keburukan pada keluarganya, yaitu tetap menganggap baik pada keluarganya (padahal ada kemungkaran yang nyata -pen), kita berlindung kepada Allâh dari hal itu. [Al-Kabâ-ir, hlm. 137]
Imam Ibnul Manzhûr berkata, “Dayûts adalah orang yang tidak cemburu kepada keluarganya (yang melanggar hukum Allah)”.
[Lisânul ‘Arab, 4/456]
Imam ‘Ali al-Qâri rahimahullah berkata, “Dayûts adalah orang yang membenarkan keburukan pada keluarganya, yaitu dengan mendiamkannya. Yang masuk dalam ketagori keluarganya yaitu istrinya, budak wanitanya, atau kerabat wanitanya.
Sedangkan keburukan yang dimaksud adalah zina, atau permulaannya. Termasuk keburukan adalah seluruh kemaksiatan, seperti minum khamr, tidak mandi junub, tidak mau shalat dan semacamnya.
Ath-Thîbiy berkata, “Dayûts adalah orang yang melihat pada mereka (keluarganya yang wanita) sesuatu yang menyusahkannya (yaitu kemungkaran-pen), tetapi dia tidak cemburu kepada mereka dan tidak melarang mereka, sehingga dia membenarkan kekejian atau keburukan pada keluarganya.” [Mirqâtul Mafâtih, 7/241].
3. Cemburu terhadap waktu. Waktu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi ahli ibadah. Ia tentu akan cemburu jika kehilangan waktu. Sebab sekali saja kehilangan waktu, dia tidak akan dapat kembali lagi. IIdraksilah billah yg membuat setiap detik hidup kita tak berlalu sia sia. Semua "bernilai ibadah'. Maka jangan sampai kita kehilangan Idrak.
Lalu bagaimana cemburu yang tercela ?
Cemburu yang tercela adalah cemburu yang berada pada kondisi kejiwaan yang hina dan yang tidak dikekang oleh ketentuan-ketentuan syariat. Maka tidak heran jika pelakunya terseret pada kebinasaan.
Jadi, menjagakeutuhan pernikahan kata kuncinya adalah sabar. Bukanerarti diam, tapi tetap berusaha dengan penuh komitmen dan cara yang maruf. Meski kadang seperti menggenggam bara api. Selamat membangun pernikahan samawa. hingga Jannah.