Oleh: Azizah Hurun'in (Siswi SMAIT Al Amri)
Muslimahvoice.com - Kabar mengenai pelengseran Netanyahu merebak ditengah konflik Israel-Palestina yang masih memanas. Namun kabar ini, dianggap biasa saja bagi penduduk Palestina. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa penggantian pemerintahan Israel pun tak akan berpengaruh atas penjajahan mereka di tanah Palestina.
“Saya tidak mengikuti berita dari Israel,” kata Latifa al-Nafar (36 tahun), seorang ibu rumah tangga.
"Saya tidak peduli siapa yang akan berkuasa. Saya tidak tahu Bennett atau Lapid. Yang saya pedulikan adalah hidup saya di sini," ungkapnya yang hidup dalam lingkungan yang tidak memadahi.
“Kami telah hidup di bawah pengepungan selama bertahun-tahun. Hidup kami menjadi sulit. Bukan hanya Netanyahu yang memberlakukan pengepungan, tetapi pemerintah Israel berturut-turut yang memberlakukan kebijakan yang sama pada kami di Gaza," ungkapnya.(kompas.com.)
“Kami ingin hidup dalam kondisi yang lebih baik. Saya tidak tahu siapa yang bertanggung jawab aas ini...Yang saya pedulikan adalah kami bisa hidup dalam damai dan dalam kondisi yang lebih baik,” tandasnya.(kompas.com)
Ibaratkan berhentinya satu era gelap ke era yang lebih gelap lagi. Karena tujuan Israel menjajah Paletina bukan sepenuhnya disebabkan Netanyahu.
Justru tujuan mereka menjajah Palestina agar memiliki sepenuhnya kenegaraan Palestina, dengan cara ilegal. Karena selama ini, Israel tak memiliki oposisi penuh untuk menjadi sebuah negara di dunia.
Tanah rampasan, permainan perang yang tak adil, cara mereka melawan yang amat tak berperikemanusiaa selama puluhan tahun, namun sampai saat ini dunia hanya berani memandang. Tak berani berjuang melawan ketidakadilan. Atau setidaknya memberikan langkah untuk menghalangi, lalu kenapa yang terjadi sebaliknya. Seolah peluang Israel untuk merebut Palestina telah direstui dengan diamnya mayoritas muslim dipenjuru dunia.
Donasi, atau gencatan senjata memang telah sering dilakukan sebagai upaya. Tapi yang terjadi justru mengecewakan. Palestina tetap merintih kesakitan, memikul kursi jumawa para penguasa yang mendapatkan keuntungan dari penjajah mereka.
Genggaman kaum muslim masih belum bisa mencapai mereka. Dan kesibukan kaum muslim teralihkan dengan adanya standar kapitalis untuk kehidupan, yang menjadikan mereka terlalu malas untuk memandang lebih jauh kedepan.
Padahal di masa pemerintahan Islam, Palestina adalah tanah yang dimuliakan. Begitu banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi disana, belum lagi keberadaan masjid Al-Aqsa yang penuh keagungan.
Bahkan ditengah detik-detik lemahnya pemerintahan Islam, pemimpin kaum muslim saat itu tetap tegas menolak memberikan sepetak pun tanah Palestina meski ditawarkan sejumlah uang yang amat banyak nilainya. Karena tanah Palestina milik umat Islam. Palestina bukan kepemilikan individu, namun simbol umat Islam dalam sejarah panjang yang luarbiasa.
Ada pula disertai perjuangan Shalahudin Al-Ayyubi dalam pembebasannya. Dan kini tanah yang telah dibebaskan itu, kembali direbut paksa dengan cara yang tak senonoh. Meski begitu, tatapan mereka tak pernah meredup, selama masih ada umat Islam diluar sana, mereka masih berharap akan kebebasan dari penjajah.
Bagaimana bisa kaum muslim masih termangu menatap kekejaman?[]