Oleh Mira Sutami H (Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik)
Muslimahvoice.com - Pandemi covid 19 belum juga usai. Kasus demi kasus pasien positif terus saja bertambah tiap harinya. Dampak pandemi yang berkepanjangan dirasakan oleh seluruh penjuru dunia. Mulai dari lumpuhnya perekonomian hingga krisis pangan, bahkan sampai pada tataran terancam kelaparan melanda berbagai belahan dunia. Seperti yang terjadi di Myanmar dan Suriah misalnya.
Program Pangan Dunia (WFP) mendengungkan bahwa jutaan warga di Myanmar kini menghadapi ancaman krisis pangan dan kelaparan ekstrem. Ekonomi dan sistem perbankan nasional negeri itu telah lumpuh sejak perebutan kekuasaan militer yang mendorong pemimpin sipil Aung San Suu Kyi lengser pada Februari lalu. Mata pencaharian telah hilang setelah pemogokan dan penutupan pabrik, harga bahan bakar melonjak dan mereka yang cukup beruntung memiliki tabungan bank harus mengantri sepanjang hari untuk menarik uang tunai. Berpetualang di tempat umum untuk mencari nafkah juga mengancam keselamatan. Dengan latar belakang tindakan kekerasan tanpa pandang bulu dan brutal oleh pasukan keamanan terhadap perbedaan pendapat yang telah menewaskan lebih dari 800 warga sipil.
WFP memperkirakan dalam 6 bulan ke depan, sebanyak 3,4 juta lebih orang akan kelaparan di Myanmar dan siap untuk melipat gandakan bantuan makanan daruratnya. Program donasi makanan masyarakat akar rumput terbukti sangat diminati di Yangon, ibu kota komersil Myanmar. (lenterasultra.com,29/5/2021 )
Suriah pun mengalami nasib yang sama. Krisis pangan melanda negeri muslim ini. Suriah mengalami krisis pangan yang belum terselesaikan hingga kini. Seorang pria dari Kota Zabadani mengatakan, keluarganya yang beranggotakan empat orang telah berhenti makan keju dan daging pada awal tahun 2020. Kini dia hanya mengandalkan roti untuk makanan mereka.
Namun, dengan kenaikan harga roti dan adanya batasan pemerintah, dia dan istrinya terpaksa hanya memakan secuil roti tiap harinya. "Kami memecah roti menjadi gigitan kecil dan mencelupkannya ke dalam teh agar tampak lebih besar," kata orang tersebut, dalam keterangan pers Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang diterima, Ahad (30/5).
"Jutaan orang kelaparan di Suriah, sebagian besar karena kegagalan pemerintah untuk mengatasi krisis roti yang ditimbulkannya," ujar Sara Kayyali, peneliti Suriah di Human Rights Watch.
Hingga Februari 2021, Program Pangan Dunia, setidaknya 12,4 juta warga dari 16 juta warga Suriah mengalami kerawanan pangan. Jumlah ini bertambah 3,1 juta dari tahun lalu. World Food Programme (WFP) juga memperkirakan 46 persen keluarga di Suriah telah mengurangi jatah makanan harian mereka, dan 38 persen orang dewasa telah mengurangi konsumsi pangan mereka, agar anak-anak mereka memiliki cukup makanan. (republika.com, 30/5/2021)
Tak bisa dipungkiri krisis pangan di berbagai belahan negeri di dunia salah satunya adalah akibat keserakahan sistem kapitalis yang eksploitatif. Hal ini sudah menjadi rahasia publik lahan banyak yang dialih fungsikan begitupun hutan-hutan seperti yang terjadi di lndonesia. Belum lagi pembangunan infrastruktur, mal-mal, pabrik dan juga pertambangan. Yang kesemuanya tanpa memperhatikan kelestarian sama sekali. Bahkan kerusakan alam pun terjadi. Salah satu dampaknya adalah iklim yang berubah signifikan sehingga seperti perubahan cuaca dan musim yang ekstrim sehingga menghambat laju sektor pertanian. Tak ayal ini juga salah satu pencetus krisis pangan yang terjadi saat ini.
Akibat kapitalisme-lah kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin makin menganga. Dalam sistem kapitalisme memang sirkulasi kekayaan hanya berputar pada orang - orang tertentu. Sehingga muncul istilah yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Bahkan hampir 1 milyar penduduk dunia kekurangan pangan. Namun, di sisi lain segelintir kapitalis kelebihan pangan.
Yang menambah deretan panjang angka kelaparan adalah beberapa negeri lslam yang menghadapi krisis pangan seperti Suriah, Myanmar, dan Palestina misalnya. Bisa dibayangkan negara-negara yang telah mengalami konflik panjang tersebut. Pastilah makin parah saja krisis di negara tersebut.
Fakta di atas menunjukkan bahwa sistem kapitalis telah gagal mengatasi masalah krisis pangan bahkan angka tembus hampir 1 milyar orang yang mengalami ini. Jelas karena sistem ini tak lebih hanya meriayyah kapital bukan meriayyah umat secara keseluruhan. Yang dibutuhkan umat saat ini adalah junah/pelindung yaitu khilafah dan pemberlakuan sistem ekonomi lslam.
Islam telah memberikan jaminan terpenuhinya pangan bagi tiap - tiap individu. Tiap individu dipastikan terpenuhi kebutuhannya. Maka wajib bagi kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan bagi keluarganya. Maka bila ada individu yang sampai kelaparan akan dicarikan solusinya. apakah dia tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan akibat tidak ada pekerjaan, atau dia seorang wanita (janda) sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan makannya. Ataukah dia seorang perempuan yang memang tidak punya wali sama sekali atau orang yang sudah tua renta yang tidak sanggup bekerja lagi dan lain sebagainya. Maka penguasa akan mencari solusi dari
Apabila dia adalah kepala rumah tangga namun tidak mempunyai pekerjaan maka penguasa akan meminta dia untuk bekerja dan memberikan lapangan pekerjaan yang sesuai kemampuannya. Apabila dia janda atau wanita yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya maka penguasa akan mencarikan walinya terlebih dahulu yang seharusnya menafkahinya dan sang wali akan diminta menafkahi yang bersangkutan. Namun apabila tidak ada satupun wali dari wanita tersebut maka kebutuhan akan dipenuhi dari baitul mal. Begitu juga kasus orang yang tua renta. urutan penyelesaian sama dengan kasus wanita dan janda tadi.
Jadi setiap kepala keluarga atau laki - laki yang telah baligh harus bekerja. Pemerintah memberikan apresiasi terhadap hal ini dengan membuka lapangan kerja seluas - luasnya. Lapangan pekerjaan akan tersebar di seluruh wilayah tidak hanya di kota saja tapi di desa juga.
Ketersediaan pangan pun akan selalu dikontrol oleh negara. Jadi apabila dirasa ketersediaan pangan maka akan segera dibuka lahan pertanian baru dimana yang harus diperhatikan adalah tetap terpeliharanya kelestarian alam. Fungsi hutan pun akan tetap dipertahankan tentunya.
Pabrik-pabrik atau pusat industri harus tetap menjaga alam salah satunya adalah harus bisa mengendalikan zat sisa buangan. Hal ini akan dijaga dengan ketat. Begitupun pertambangan maka tidak boleh juga merusak alam dan lingkungan. Tentu saja sanksi diberlakukan apabila ada pelanggaran dengan sanksi yang tegas. Sehingga tidak akan mungkin terjadi kerusakan alam yang mengakibatkan salah iklim dan sebagainya seperti saat sekarang ini. Karena semua aturan harus berpegang teguh ada hukum syara'.
Untuk urusan konflik suatu negeri terutama negeri muslim maka khilafah akan menyelesaikannya. Semisal kasus Suriah dan Palestina maka khalifah akan segera mengumumkan jihad ke wilayah tersebut. Pasukan terbaik dari kaum muslimin akan diterjunkan untuk mengatasi hal ini. Tidak seperti saat ini konflik Palestina dan Suriah berkepanjangan dan tak kunjung selesai. Sehingga negara yang berkonflik akan segera bebas dari penjajahan dan juga kejahatan rezim ditaktor. Karena penjajahan itu men mlanggar hukum syara' dan harus dihapuskan.
Sebenarnya dengan mekanisme yang dilakukan dengan lslam inilah kesejahteraan umat bisa dirasakan selama 13 abad lamanya sebelum khilafah tegak. Dunia lslam pun tidak menjadi bulan - bulanan penjajah.Tentu semua menginginkan umat hidup sejahtera dan tentu perdamaian bisa tercapai bukan? Jawabannya tentu saja iya. Dan hal ini bisa terwujud hanya dengan menerapkan lslam secara kaffah di tengah - tengah umat dengan institusi khilafah tentunya. Hal tersebut butuh perjuangan yaitu dengan mendakwahkan lslam dengan metode Rasulullah tentunya.
Wallahu a'lam bish shawab.[]