Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)
I. PENDAHULUAN
شبان اليوم رجال الغد
”Pemuda hari ini adalah pemimpin esok hari”.
Para pemuda menjadi tulang punggung dan harapan suatu peradaban. Maka dari itu sudah menjadi tugas kita untuk memperbaiki generasi, dimulai dari diri kita sendiri untuk terus berhijrah dan mencintai Al-Qur’an serta ajaran-ajaran agama Islam. Menjadikan generasi muda yang bertakwa dan dan berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Karena bagaimanapun serangan pemikiran, gaya hidup, dan berbagai penyakit sosial kronis terus meneror para generasi muda. Menerobos melalui sosial media, games, ataupun layanan internet dan infonya lain. Apalagi ditengah lemahnya penjagaan negara pada generasi muda.
Sehingga sebagai bagian dari orang yang peduli dengan generasi, tentunya kita tidak akan berpangku tangan menyaksikan hebatnya serangan terhadap generasi muda. Banyak upaya yang bisa kita lakukan untuk bahu-membahu melindungi dan menyelamatkan mereka.
Sebagai seorang muslim dan mukmin tentu kita tidak asing dengan Al-qur'an. Al-qur'an sebagai firman Allah adalah al-furqan sebagai pembeda antara haq dan batil sekaligus sebagai aturan yang telah ditetapkan Sang Pencipta untuk di manusia di muka bumi ini.
Sehingga sudah sewajarnya jika kita juga mendekatkan generasi muslim dengan Al-qur'an. Namun terkadang muncul berbagai gejolak dalam diri kita, mampukah Al-qur'an ini membentengi mereka, sebagai tameng yang akan menolak serangan maupun virus mematikan? Untuk itulah permasalahan ini perlu diulas dan dikaji lebih mendalam lagi, sehingga kita mampu mengokohkan diri dengan Al-qur'an.
II. PERMASALAHAN
Dari sedikit muqodimah di atas, ada beberapa permasalahan yang menurut penulis perlu dibahas, yaitu:
(1) Mampukah Al-qur'an menjadi tameng bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman?
(2) Bagaimana dampak mendekatnya generasi muda dari tuntunan Al-Quran terhadap pencegahan penyakit sosial kronis?
(3) Bagaiman strategi penanggulangan penyakit sosial kronis generasi muda melalui pendekatan Qurani?
III. PEMBAHASAN
A. Keniscayaan Al-Qur'an sebagai Tameng Menghadapi Tantangan Zaman
Di balik gemilang dan hancurnya peradaban, selalu ada peran pemuda di sana. Sebab, di situlah rahasia bagaimana sebuah peradaban itu dibangun. Hasan al Banna pernah mengatakan, “Dalam setiap kebangkitan sebuah peradaban di belahan dunia mana pun maka kita akan menjumpai bahwa pemuda adalah salah satu irama rahasianya.”
Terlalu banyak potensi Indonesia yang diabaikan penguasa negeri ini. Dari sumber daya alamnya yang melimpah, potensi agrarisnya, hingga para pemudanya. Generasi muda hanya diarahkan bagaimana meraih materi sebanyak-banyaknya. Peran mereka tergerus oleh sistem yang serba kapitalistik. Hal ini berjalan bersama potret rusaknya karakter dan moral generasi.
Generasi muda dengan gaya hidup serba hedonis, permisif, dan sekularis. Ditambah, tumpulnya pemikiran mereka. Mereka mudah termakan narasi-narasi negatif yang menambah beban bagi kebangkitan Islam. Seperti radikalisme, pluralisme, sekularisme, liberalisme, dan lainnya. Sehingga generasi membutuhkan pondasi dan tameng yang kuat hingga mereka mampu menjadi menyangga pilar-pilar peradaban.
Imam Syafi’I pernah berkata, “Hayaatu al-fata bil ‘ilmi wa at-tuqa.” (hidupnya seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa). Ada tiga kata kunci penting yang dapat digali dari ungkapan tersebut, pertama kata dari “pemuda”, yang kedua “ilmu”, dan yang terakhir adalah “takwa”.
Sebagaimana apa yang telah dilakukan Rasulullah dengan menggembleng para pemuda generasi sahabat di Darul Arqom, beliau tidak hanya mengajarkan Al-qur'an di lisan dan di hati saja, namun menjadikan Al-qur'an sebagai acuan dalam setiap langkah dan perbuatan.
Hasilnya peran para generasi muda itu terwujud dalam profil mereka di lintas sejarah. Di masa Rasulullah Saw., ada Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih berusia belia, berani menggantikan posisi Rasulullah Saw. untuk mengecoh kaum Quraisy yang hendak mengepung rumah beliau. Peristiwa itu terjadi saat Rasul memutuskan hijrah ke Madinah.
Ada pula sosok Mush’ab bin Umair yang menjadi duta Islam di Madinah. Beliau diutus Rasul untuk mengenalkan dan mengajarkan Islam ke penduduk Madinah. Hasilnya berupa Baiat Aqabah kedua yang menjadi cikal bakal berdirinya Daulah Islam di Madinah.
Ada sosok Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan yang di dalamnya ada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi.
Tokoh militer Islam yang dijuluki “singa yang kukunya tajam”, Sa’ad bin Abi Waqash masuk Islam di usia 18 tahun. Sa’ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia ditunjuk menjadi panglima kaum Muslim di Irak dalam perang melawan Persia pada masa Khalifah Umar bin Khaththab. Ada Atab bin Usaid diangkat menjadi gubernur Makkah pada usia 18 tahun.
Di masa Kekhilafahan Islam juga banyak melahirkan para Imam dan ilmuwan yang hafal Al-Qur’an di usia tujuh tahun. Ada Imam Syafi’i, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Farabi, dll. Ibnu Rusyd misalnya, seorang ilmuwan sains dan kedokteran yang terkenal di Andalusia (Spanyol), ternyata waktu kecilnya dihabiskan untuk belajar berbagai disiplin ilmu: Al-Quran, tafsir, hadis, dan fikih.
Kemudian siapa yang tidak mengenal Muhammad Al-fatih yang mampu menundukkan Konstantinopel di abad 13 M. Al-fatih pun dididik dengan keras oleh para guru dan Ibundanya dengan Al-Qur'an yang senantiasa menancap di dadanya dan setiap langkahnya.
Sehingga sebagai generasi akhir zaman tetaplah Rasulullah adalah uswah kita dalam berbagai hal termasuk dalam mendidik generasi. Meskipun beda zaman bukan berarti hal ini tidak mampu kita lakukan.
Coba kita perhatikan, semua yang dibutuhkan manusia dari mulai manusia ada hingga sekarang semuanya sama. Karena yang beda hanyalah sarana dan prasarana saja. Manusia tetap memiliki kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri yang perlu untuk dipenuhi. Dan lagi, Islam yang terimplementasi dalam Al-qur'an dan As-sunnah juga sudah terbukti mampu menyelesaikan masalah manusia dalam berbagai kondisi. Disini, semua tergantung pada manusia sebagai pelaku peradaban.
B. Mendekatnya Generasi Muda dari Tuntunan Al-Quran Berdampak Terhadap Pencegahan Penyakit Sosial Kronisl
Mengajak generasi muda dekat dengan Al-qur'an memang menjadi tantangan tersendiri saat ini, karena godaannya sangat besar sekali. Mulai dari lingkungan, teknologi, gaya hidup, semua bersatu padu mampu mengalihkan generasi dari Al-qur'an. Sehingga ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, antara lain:
1) Menanamkan aqidah. Aqidah sebagai pondasi memang sangat diperlukan dalam segala kondisi, termasuk pendidikan anak-anak. Dengan menanamkan aqidah sejak dini harapannya keimanan kuat yang tertancap dalam diri, sehingga ketika ditimpa berbagai masalah mereka mampu menyelesaikan sesuai syariah Islam.
2) Menanamkan cinta Al-qur'an. Cinta adalah sesuatu yang abstrak, ia tak tampak oleh mata kepala. Namun dapat dirasakan dan tampak tanda-tandanya. Seorang yang jatuh cinta, hatinya akan terpaut dengan yang dicintainya. Termasuk mencintai Al-Qur’an. Mencintai Al-Qur’an adalah suatu yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata, tapi mencintai Al-Qur’an adalah dengan membersamai dan berinteraksi dengan Al-Qur’an setiap saatnya; membaca, memahami dan merenungi, serta mengimplementasikan kandungan maknanya. Memang awalnya sangat sulit mencintai seuatu yang kita sendiri belum mencobanya, maka dari itu, kita sebagai generasi muda harus menciptakan rasa cinta itu kepada Al-Qur’an. Berawal dari benih-benih cinta maka akan tumbuh dan terus berkembang rasa cinta kita kepada Al-Qur’an.
3) Orang tua sebagai contoh konkrit. Sedari dini anak-anak membutuhkan teladan, bisa memang, kita menceritakan kehidupan Rasulullah dan para sahabat, tapi mereka tetap butuh contoh nyata. Orang tua sebagai orang terdekat bertugas memberikan contoh tersebut. Termasuk dalam mencintai, memahami, dan mengamalkan kandungan Al-qur'an.
Dengan beberapa langkah diatas, harapannya mencintai dan dekat dengan Al-qur'an bukan hanya sebatas teori semata, tapi benar-benar mampu teraplikasi dalam diri anak-anak dan generasi muda. Sehingga mereka mampu mencerminkan Al-qur'an dalam diri masing-masing.
Ketika Al-qur'an sudah mampu menjadi cerminan dalam diri generasi muda, maka setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka bisa diselesaikan dengan mengembalikan bagaimana Sang Pencipta menjelaskan dalam Al-qur'an. Selain itu, para mereka yang selalu mencintai Al-qur'an tentu hidupnya juga tidak lepas dari cinta kepada Rasulullah dan Islam.
Dengan selalu menghadirkan Al-qur'an bisa menjadi tameng kuat dalam menghadapi virus-virus zaman. Melindungi diri dari fitnah gaya hidup. Serta mampu memilah antara haq dan yang batil.
C. Strategi Penanggulangan Penyakit Sosial Kronis Generasi Muda Melalui Pendekatan Qurani
Saat ini kutab-kutab, rumah-rumah Al-qur'an, pondok pesantren khusus tahfidz tumbuh subur di negeri ini. Namun seakan-akan mereka menjelma menjadi satu komunitas tersendiri dalam masyarakat. Bahkan ada yang hampir tidak tersentuh masyarakat.
Sehingga hal ini seperti tidak ada pengaruhnya dalam konteks sosial, kecuali hanya dalam diri para penghafak Al-qur'an tersebut. Tentu, kita tidak ingin anak-anak dan keluarga kita rusak, tapi bukan berarti kita tidak peduli dengan kondisi masyarakat.
Memang, kadang kita terlena dengan kehidupan kapitalis sekuler yang cenderung invidualistik ini. Sehingga merasa cuek dengan kondisi yang ada. "Ah yang penting kita baik", "biar yang rusak disana saja, asal keluargaku tidak", atau pemahaman-pemahaman lain untuk membenarkan diri sendiri.
Jangan lupa, penyakit sosial ini semacam virus, yang siap menyerang siapa saja, tidak peduli dia anak pondokan, hafidz Qur'an ataupun ustadz sekalipun. Kalau sudah begini, bukan tidak mungkin imbasnya makin dekat dengan diri kita. Kita belajar dari Corona, dulu, diawal munculnya virus ini, sebagian besar masyarakat berpikir tidak mungkinlah virus Corona bisa sampai ke rumah kita. Tapi nyatanya hari ini, virus itu ada di depan mata, sahabat, kerabat satu per satu tumbang.
Sehingga selain mengikatkan hati dengan Al-qur'an ada hal yang harus ditanamkan dalam diri generasi muda, yaitu:
1) Mengkristalnya mabda (ideologi) Islam dalam diri mereka. Sebagaimana penggemblengan dan pembinaan Rasulullah kepada para sahabat yang menancapkan mabda' Islam kepada para sahabat. Hal ini sering terlupakan dan terabaikan sehingga kadang kita mendengar berita-berita tidak sedap dari para penghafal Al-qur'an, apalagi kalau bukan terjangkit virus hedonistik dan kapitalistik. Sehingga ketika kita menanamkan cinta Al-qur'an pada generasi maka jangan lupa tanamkan pula tentang mabda' (ideologi) Islam plus kewajiban dakwah, amar ma'ruf nahi munkar.
2) Menyertakan mereka dalam kelompok pembinaan Islam (tasqif) intensif, yang akan membentuk kerangka berpikir para generasi muda dengan tsaqofah Islam dan ketajaman analisa. Dalam pembinaan ini akan mengarahkan mereka bukan hanya sebagai pecinta Al-qur'an semata tapi juga sebagai pengemban dakwahnya.
Dengan kristalisasi mabda dan pembinaan intensif yang dicontokan Rasulullah telah terbukti menghadirkan sosok-sosok brilian. Sehingga ketika kita aplikasikan pada generasi muda harapannya mereka akan menjelma menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dalam berbagai keadaan. Tidak mudah tertipu, dan mampu melihat jauh kedepan. Sehingga mereka bukan hanya menjadikan Al-qur'an sebagai tameng, namun sekaligus sebagai mereka akan menjadi penjaga-penjaga Islam. Wallahu a'lam.
IV. KESIMPULAN
Dari uraian diatas ada beberapa benang merah yang bisa diambil, yaitu:
1) Dari awal datangnya Islam, para generasi muda telah digembleng dan ditanamkan jiwa-jiwa Qur'ani. Sehingga mereka mampu menjadi generasi muda pilihan yang terukir dalam sejarah. Inilah kenapa saat ini kita juga harusnya bisa mengarahkan para pemuda untuk mendekat dan mencintai Al-qur'an, bukan semata menghafal, tapi juga memahami dan mengamalkan kandungan Al-qur'an.
2) Ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar generasi muda mampu mencintai Al-qur'an, yaitu:
- Menanamkan aqidah
- Menanamkan cinta Al-qur'an
- Orang tua sebagai contoh konkrit
3) Untuk menanggulangi penyakit sosial kronis selain mencintai Al-qur'an, butuh mengkristalkan mabda' Islam dalam diri generasi muda, serta menghadirkan mereka dalam pembinaan Islam kaffah. Sehingga mereka mampu menjadi generasi muda yang tangguh yang mampu menjadi menangkal setiap serangan virus sosial serta menjadi penjaga agamanya.
#LamRad
#LiveOppresedOrRiseUpAgaints