Kapitalis Mencetak Manusia Individualis



Oleh:  Yanna Ash-Shaffiya

(Kontributor Muslimah Voice)


Muslimahvoice.com - Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak akan dapat hidup tanpa bantuan orang lain dalam memenuhi setiap kebutuhannya supaya tetap eksis dan bertahan hidup. Masyarakat adalah tempat tinggal manusia untuk hidup berdampingan dan saling bergantung antara manusia satu dengan yang lainnya.


Dilansir dari Serambinews.net, Selasa 18 Mei 2021, dalam sebuah video aplikasi populer tik tok pada Minggu 16 Mei 2021, seorang ibu rumah tangga rela memasak makanan tengah malam lantaran tidak rela makanannya diminta tetangganya. "Masak malam-malam, tetanggaku biar tidur dulu," tulis sang pemilik akun TikTok @a3nigayo pada keterangan video. Sembari memasukkan daging ke dalam wajan yang telah diberi bumbu, wanita tersebut mulai memasak pada tengah malam tepatnya pukul 00:08 WIB. 


Sistem kapitalis sekuler memandang masyarakat adalah terdiri dari individu-individu. Apabila urusan individu teratur, maka secara otomatis urusan masyarakat akan teratur pula, maka dalam sisyem ini terbentuklah manusia-manusia yang individualis. 


Adalah suatu hal yang wajar jika dalam masyarakat kapitalis terbentuk manusia-manusia yang individualis. Mereka hanya memikirkan urusan perut dan pribadi masing-masing, dengan prinsip tidak saling mengganggu dan menggantungkan diri pada yang lain. Setiap apa yang menjadi keinginannya, bebas mereka melakukan, asalkan tidak merugikan orang lain. Mereka akan lupa dan bahkan menutup mata ketika ada saudaranya atau tetangganya atau temannya dalam kondisi kekurangan, karena sudah terdidik dalam benak mereka, mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup, untuk apa harus berbagi mencukupi kebutuhan individu lain yang tidak mau bekerja dan lemah.


Berbeda dengan sistem Islam, Islam memandang masyarakat adalah kumpulan individu yang memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang sama. Dalam masyarakat Islam mereka akan saling membantu dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Dan menjadikan aqidah sebagai asasnya. Individu yang satu dengan individu lainnya akan berkumpul menjadi satu dengan pemikiran dan perasaan Islam dan menjadikan Islam sebagai aturannya, dan disinilah mereka akan menjadi suatu jamaah atau masyarakat yang khas.


Islam mengatur, bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya yang tercakup dalam masalah muamalah dan uqubat, pun demikian bagaimana Islam mengatur etika atau adab dalam bertetangga. Diantara adab bertetangga adalah memilih tetangga yang sholih, menyukai kebaikan yang ada pada tetangganya,  tidak mengganggu baik dengan ucapan maupun perbuatannya, selalu berbuat baik kepada tetangganya, bersabar terhadap gangguan tetangganya dan memberikan makanan kepada tetangganya yang fakir termasuk di dalamnya berbagi.


Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

 وعن أَبي ذر t ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله r : (( يَا أَبَا ذَرٍّ ، إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً ، فَأكثِرْ مَاءهَا ، وَتَعَاهَدْ جيرَانَكَ )) رواه مسلم .

“Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” [HR Muslim]

Dan juga dalam riwayat Muslim, dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:

وفي رواية لَهُ عن أَبي ذر ، قَالَ : إنّ خليلي r أوْصَاني : (( إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَاً فَأكْثِرْ مَاءها ، ثُمَّ انْظُرْ أهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ ، فَأصِبْهُمْ مِنْهَا بِمعرُوفٍ )) .

“Sesungguhnya kekasihku berpesan kepadaku: ‘Jika engkau memasak masakan berkuah, perbanyaklah kuahnya, kemudian lihatlah anggota keluarga dari tetanggamu. Maka berikanlah kepada mereka dengan baik.’”


Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita untuk saling berbagi makanan kepada tetangga ketika kita memasak makanan, berbagi sama artinya memberikan hadiah, sehingga dengan saling memberikan hadiah tersebut akan timbul rasa cinta, mengajarkan kepada kita supaya tidak menjadi orang yang bakhil/pelit sehingga akan tumbuh rasa empati dan kepedualian tidak hanya kepada diri sendiri dan anggota keluarga, akan tetapi kepada tetangga dan anggota masyarakat di sekitar kita.


Sungguh, Islam bukan hanya perkara agama, bukan hanya perkara keyakinan, akan tetapi Islam adalah keyakinan/keimanan yang kuat dan kokoh akan siapa pencipta manusia, alam dan kehidupan, apa yang ada di balik manusia, alam dan kehidupan dan apa hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah penciptaan. Dan dari keyakinan ini terpancarlah aturan yang agung, peraturan yang melahirkan kebahagian dan ketentraman bagi manusia dan alam semesta.


Dari aturan tersebut, Islam mengajarkan manusia untuk menjadi individu-individu yang memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang sama, yaitu Islam. Dari aturan tersebut individu satu dengan individu yang lainnya akan saling menyayangi, menguatkan ukhuwah diantaranya mereka, kepekaan yang kuat, sehingga tidak ada individu yang “ingin kenyang sendiri” sementara individu yang lainnya kelaparan.


Sebagaimana kisah dalam perang Khandaq, Rasulullah dan pasukkannya mengganjal perutnya dengan tiga buah batu untuk menahan lapar saat menggali parit Khandaq. Tersebutlah sahabat Jabir bin Abdullah yang mengetahui hal itu, karena rasa peka dan kepeduliannya terhadap Rasulullah, beliau meminta ijin kepada Rasulullah untuk pulang dan menemui istrinya untuk meminta makanan untuk dibagikan kepada Rasulullah dan beberapa sahabatnya. Ketika Jabir mengabarkan istrinya memiliki sedikit gandum dan seekor kambing yang bisa disembelih, Rasulullah SAW mengajak 1000 orang pasukannya untuk menikmati makanan dari Jabir dan istrinya. Sementara keduanya merasa bingung karena makanannya sebenarnya hanya cukup untuk beberapa orang saja. Demikianlah, karena kepedulian, karena rasa ukhuwah yang kuat, maka makanan yang sedikit menjadi berkah dan cukup untuk seluruh pasukan Khandaq.


Sungguh Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Agama yang menjadi cahaya bagi pemeluknya untuk beraktivitas sesuai cahaya aturan Islam. Agama yang mengajarkan kedamian dan ketentraman bukan agama yang menjadikan individu-individu dalam masyarakat dan negara terkotak-kotak apalagi menjadi pribadi yang individualis. Waalahu ‘alam.





*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم