SPIRIT RAMADHAN DI TENGAH PANDEMI: MOMENTUM KETAATAN HAMBA PADA SANG PENCIPTA

 



Ramadhan, Bulan Berkah


Pandemi covid-19 belumlah pergi dan masih menghantui negeri, sudah lebih dari setahun ini masyarakat hidup dalam suasana pandemik yang harus menerapkan protokol kesehatan.  Di satu sisi tidak lama lagi Bulan suci nan mulia, Ramadhan akan segera datang menyapa kaum muslimin di seluruh negeri. Harapan yang sangat besar agar di Ramadhan kali ini, umat muslim dapat maksimal menjalankan seluruh kegiatan ibadahnya tidak hanya di rumah tetapi di masjid, tidak hanya sendiri menyendiri tetapi bergabung bersama-sama dengan keluarga, teman dan tetangga untuk memaksimalkan ibadah. Namun kesedihan Ramadhan tahun lalu masih membayangi, masjid banyak yang tidak menyelenggarakan shalat berjamaah tarawih, buka puasa bersama, tadarus alquran dan sebagainya. 


Menghadapi Ramadhan kali ini, Kementerian Agama telah mengeluarkan surat edaran Nomor 03 Tahun 2021, tentang panduan pelaksanaan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1442 Hijriah atau tahun 2021 Masehi. Tujuannya untuk memberi panduan beribadah selama Ramadhan dan Idul Fitri di masa pandemi Covid-19. Panduan meliputi ibadah puasa, sahur, buka puasa, penyelenggaraan kegiatan ibadah di masjid, peringatan Nuzulul Quran, vaksinasi, hingga pelaksanaan Shalat Idul Fitri. Secara keseluruhan dari panduan tersebut memenuhi aturan protokol kesehtan di masa pandemik. 


Terlepas apakah Ramadhan dimasa pandemik ataupun bukan pandemik, sebagai muslimin kita memiliki adab dalam menghadapi bulan nan mulia ini. Umat Islam dituntut agar tetap semangat dan gembira menyambut Ramadhan. Sebab ekspresi suka cita tersebut merupakan bagian dari adab menyambut bulan suci yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda: 


"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan, maka ucapkanlah selamat datang kepadanya, karena ia akan datang membawa berbagai keberkahan. Maka alangkah mulianya bulan yang datang itu".


Keberkahan yang akan didapatkan oleh kaum muslimin dapat berupa  kenikmatan, kebaikan, dan anugerah dari Allah. Pada bulan Ramadhan, Allah SWT menebarkan rahmat dan ampunan-Nya serta peluang dibebaskannya setiap hamba dari sentuhan siksa neraka. Keberkahan tersebut di antaranya adalah difardukannya ibadah puasa, pintu surga dibuka, dan pintu neraka ditutup. Kenikmatan yang luar biasa yang Allah berikan adalah adanya malam lailatul qodar. Setiap hamba yang beribadah pada malam tersebut senilai dengan ibadah yang dilakukan selama 1000 bulan (lebih dari 83 tahun). 


 Imam Ahmad dan An-Nasa'i meriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan berita gembira kepada para sahabat dengan kedatangan bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda :"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan." Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat, Allah telah mewajibkan atas kamu puasa, di dalam bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka dikunci, dan setan-setan dibelenggu. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari 1.000 malam. Barang siapa tidak diberikan kebajikan malam itu, maka sesungguhnya ia telah dijauhkan dari kebajikan.


Ramadhan Adalah Momentum Ketaatan


Sebagai seorang hamba, sudah menjadi fitrahnya untuk taat kepada Sang Pencipta. Musibah yang bertubi-tubi melanda negeri ini dan dunia, harus dijadikan sebagai bahan renungan dan evaluasi untuk kembali taat kepada Sang Pencipta, mencari keridhoan Sang Pencipta melalui ketaatan. Ketaatan yang paripurna atas seluruh syariah-Nya, agar mendapatkan keberkahan. Harus kita pahami bahwa Islam bukanlah agama yang hanya mengurusi urusan ibadah mahdoh saja, tetapi Islam adalah suatu sistem hidup yang memiliki seperangkat aturan yang lengkap. Aturan tersebut meliputi aturan yang mengatur urusan manusia dengan dirinya sendiri (contoh aturan berpakaian, makan dan minum); mengatur urusan manusia dengan Allah (ibadah ); dan mengatur urusan manusia dengan manusia lainnya dalam bentuk hukum muamalah, sangsi dan uqubat. 


Output dan capaian umat muslim pasca Bulan Suci Ramadhan adalah diperolehnya derajat iman dan taqwa. Keimanan dan ketaqwaan akan diperoleh melalui ketaatan yang paripurna. Jika kita taat, kita akan mendapatkan keberkahan sesuai dengan janji Allah dan Rasulnya. 


“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96).


Penulis : 

Mamay Maslahat, S.Si., M.Si.

Dosen 


*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم