Sambut Ramadhan dengan Keimanan di Tengah Ujian

 


Oleh Nurmilati


Muslimahvoice.com - Marhaban ya Ramadhan, dalam hitungan hari bulan penuh ampunan ini akan segera tiba. Harumnya sudah tercium dan kedatangannya dinanti setiap insan bertakwa. Penuh sukacita umat menyambutnya dengan berbagai persiapan. Keimanan yang kokoh, kesehatan fisik dan beragam agenda yang akan dilakukan selama satu bulan sudah dipersiapkan dengan matang, suguhan acara Islami pun bertebaran di televisi maupun media sosial.


Ini adalah Ramadhan kedua di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia. Kondisi negeri yang masih memprihatinkan dengan  berbagai problematika yang menerpa bangsa ini mulai dari persoalan ekonomi, politik, bencana alam,  persekusi ulama, zina, tawuran remaja dan tindak kriminalitas lainnya, seakan menjadi persoalan yang tidak pernah terselesaikan.


Belum lagi kenaikan harga sembako dan kebutuhan lainnya selalu terjadi menjelang dan selama bulan Ramadhan, semakin membuat masyarakat kesusahan. Kurangnya pengawasan pemerintah dalam mengontrol harga di pasaran dalam mengatasi lonjakan harga, menjadikan masalah ini terus berulang setiap tahunnya.


Langkah yang selama ini diambil pemerintah dalam meredam gejolak harga dan usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup  rakyatnya bukanlah tindakan yang menyelesaikan masalah, sebaliknya justru menghadirkan persoalan baru ke tengah-tengah masyarakat.


Acapkali impor menjadi solusi terakhir untuk menyelesaikan persoalan kebutuhan barang pokok, sementara stok pangan yang ada di dalam negeri sebetulnya cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya apabila pemerintah bijaksana dalam mengambil setiap langkah dan keputusannya. 


Alhasil solusi yang diambil selain dapat menyejahterakan rakyat juga dapat memakmurkan hidup para petani dan memperbaiki kualitas hasil pertaniannya, sehingga pemerintah tidak perlu lagi melakukan impor yang sangat merugikan petani, terlebih menjelang panen raya yang mengakibatkan anjloknya harga hasil panen.


Sementara itu, protokol kesehatan yang dilakukan rakyat guna mencegah dan melawan virus yang mematikan belum juga menunjukkan hasil signifikan. Minimnya edukasi pada rakyat dan perlakuan tebang pilih sanksi hukum terhadap pelanggar protokol kesehatan berakibat pada kurangnya tingkat kepercayaan rakyat kepada pemangku kebijakan sehingga tak heran jika mulai banyak masyarakat yang sangsi akan keberadaan virus ini.


Selain itu, saat Sya'ban akan segera berlalu, umat dikagetkan dengan ledakan bom bunuh diri di gereja Katedral Makasar disusul dengan peristiwa penembakan senjata api yang dilakukan seorang perempuan berjilbab di depan Mabes Polri, diduga perempuan tersebut berafiliasi dengan ISIS yang akan melakukan tindakan terorisme. Pemerintah menyebutkan kedua peristiwa itu adalah tindakan radikalisme yang berkaitan dengan agama tertentu, lagi-lagi orang Islam menjadi tertuduh sebagai pelakunya hanya karena pelaku memakai atribut keagamaan.


Namun demikian, bagaimanapun keadaannya sebagai insan bertakwa kita wajib menyambut datangnya bulan suci dengan bergembira karena ini merupakan bentuk keimanan kepada Allah Swt, sebagaimana yang terdapat  dalam ayat Al-Qur'an:


ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ


“Katakanlah, Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya hendaklah mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).


Meskipun dalam kondisi menyedihkan dan terzalimi bukan berarti kita boleh lemah dalam menjalankan ibadah di bulan penuh ampunan ini. Persiapan diri harus diupayakan agar Ramadhan yang dirindu tidak sia-sia dan berlalu begitu saja.


Peran Iman dan Kemauan


Sebagaimana diketahui, puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah terberat di antara ibadah fardu lainnya, maka perlu dorongan keimanan dan kemauan yang kuat agar bisa menjalankannya, dengan bekal keduanya ibadah seberat apapun akan terasa ringan dilakukan terlebih Allah Swt menjamin setiap perkara yang  diwajibkan atas manusia pasti dalam kadar kemampuannya.


Tidak dapat dimungkiri, untuk menjalankan ibadah di bulan yang bertabur pahala ini sangat dibutuhkan iman yang kokoh dalam diri seseorang, bukan hanya bisikan setan yang mengajak ingkar kepada perintah Allah Swt, ujian hawa nafsu dunia begitu menggoda setiap manusia untuk berbuat  maksiat.


Acapkali ujian yang meruntuhkan iman itu dikemas dalam bentuk yang menarik, seolah-olah itu adalah hal lumrah yang terjadi di masyarakat, sehingga melalaikan siapapun untuk menjalankan perintah Allah Swt.


Di kehidupan masyarakat sekarang, aktivitas kemaksiatan boleh dilakukan selama itu tidak merugikan orang lain, demi meraup keuntungan untuk mengumpulkan materi sebanyak mungkin, sah pula dilakukan meski harus menipu dan menzalimi sesama. Berbohong demi eksistensi mengamankan jabatan bukanlah perkara salah selama itu dilakukan oleh pemegang kekuasaan. Semua serba boleh dilakukan karena budaya permisif sudah mengakar dalam diri masyarakat.


Begitulah gambaran aktivitas yang dilakukan di negara dengan sistem sekulerisme yang diadopsinya, di mana agama tidak boleh ikut campur dalam ranah kehidupan. Agama hanya untuk sarana interaksi dengan Sang Pencipta bukan untuk mengurus  cipataan-Nya.


Butuh Sistem Cemerlang


Lantas bagaimana sikap kita sebagai insan beriman supaya bisa menjalankan ibadah shaum selama satu bulan penuh dengan khusyu tidak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga tetapi diikuti dengan pengendalian diri dari perbuatan yang melemahkan iman, sehingga berhasil meraih predikat manusia bertakwa?


Keimanan dan kemauan individu saja tidak cukup untuk melakukan ketundukan kepada Allah azza wa jalla, namun perlu didukung oleh sebuah sistem yang diterapkan negara sebagaimana diperintahkan Allah Swt.


Maka dari itu, hanya sistem Islam yang harus diemban negara saat ini agar ketaatan masyarakat dalam menjalankan perintah-Nya dapat dilakukan dengan penuh ketaatan dan tercipta suasana Ramadhan penuh keimanan, sehingga derajat takwa bisa diraihnya.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم