Merindukan Parpol Yang Mencerdaskan Umat

 



Oleh: Yuyun Rumiwati


Rakyat Indonesia kembali disuguhi fenomena perpolitikan yang tidak sedap di negeri ini. Bulan lalu telah ramai  isu akan adanya kudeta (pengambilan kepemimpinan) ketum demokrat. Tak selang berapa lama isu tersebut kian memamas dengan terpilihnya jendral purnawirawan Moeldoko (KSP) sebagai Ketum Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdan Sumatra Barat Jumat 5/3/2021 (Okezone.com (5/3/2021).


Keributan dan perpecahan di tubuh partai di sistem demokrasi bukan hal baru. Mulai dari Golkar, PDI, PPP, PKB dan lainya pun pernah terjadi. Namun yang berbeda,  keributan partai berlambang mercy ini,  melibatkan pihak dari eksternal partai dan pejabat istana.


Menurut  Peneliti Utama Lembaga Survei Indonesia Saiful Mujani, kudeta atau pengambilalihan Partai Demokrat oleh orang di luar partai adalah kejadian yang pertama kali di Indonesia. Ia menilai peristiwa ini adalah kemunduran demokrasi. Sebab, pejabat negara seharusnya melindungi semua partai di era demokrasi seperti sekarang ini. (okezone.com, 6/3/2021).


Mencermati fenomena di atas ada catatan penting yang butuh diperhatikan  bagi bangsa ini, khususnya umat Islam. Hal itu dimaksudkan agar kondisi serupa tidak terulang dan akhirnya menghabiskan energi umat yang menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik, namun nihil pencapaian.


Prahara Parpol di Sistem Demokrasi


Kerapnya terjadinya kericuhan parpol di sistem demokrasi bisa dilihat dari beberapa hal, diantara dari asas, metode, anggota dan ikatan yang menyatukan partai.


Dari sisi asas  partai, parpol di sistem demokrasi mayoritas berasas sekulerisme. Andai pun ada yang berasas Islam, namun secara pemikiran yang menjadi pijakan partai masih belum seutuhnya mengambil dari Islam. Meminjam istilah dari Syaikh Taqiyuddin An-Nabbani dalam kitab Takatul Hizbi. Kegagalan partai dan oraganisai di antaranya pemikirannya masih belum  sifa' (berdalil dengan Islam), belum niqo' (bebas dari pemikiran asing) dan belum tabalwar (masih kabur). 


Asas partai sangat  urgen dalam penentuan arah (tujuan) gerakan partai, metode pencapaian tujuan, perekrutan anggota pun ruh yang mengikat anggota. 


Tampak jelas sekali partai intraparlemen dengan asasnya yang terwarnai sistem sekuler demokrasi. Melahirkan partai yang bersifat pragmatis (kepentingan sesaat),  bukan berbasis ideologis. Tak heran dalam perjalanannya ideologi partai terkorbankan dengan kepentingan pragmatisme. Misalnya saja partai dengan background Islam pun, keanggotaannya bagi non muslim.


Dari sisi tujuan dan metode pencapaian. Partai yang ada, lebih menonjolkan pada fungsi partai sebagai kendaraan politik untuk meraih kursi (kekuasaan).  Hal ini sebagai bukti fungsi parpol sebagai penyerap aspirasi, pencerdasan politik hanya ilusi. Alih-alih mencerdaskan umat dengan politik yamg benar. Justru elit politik partai politik mempertontonkan kegaduhan, yang menyebabkan sebagian rakyat  pun tidak suka pilitik. Tentu hal ini wajar. mengingat kinerja parpol tidak menunjukkan pola yang baik, justru kian memperkeruh suasana umat.


Kepragmatisan politik di alam demokrasi telah melahirkan pelaku parpol yang tiap saat bisa menjadi kutu loncat dari partai satu ke partai lainnya. Bahkan, tak jarang yang awalnya sejalur yang terlihat akur. Bisa berubah 180 derajat. Misalnya,  SBY saat menjadi Presiden menunjuk Moeldoko sebagai Panglima TNI pada 2013 lalu. Sebelumnya, dia juga menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Dan saat ini mengambil alih ketum Demokrat lewat KLB. Kondisi ini sudah lumrah dan jamak dalam rumus politik demokrasi. Tiada kawan dan musuh yang abadi, yang ada kepentingan abadi.


Sungguh amat disayangkan jika  dari berbagai peristiwa yang memilukan dan memalukan buah politik demokrasi, umat masih berharap perubahan dari sistem ini. 


/Peran Strategis Partai Islam Ideologis/


Umat Islam diberikan anugerah indah oleh Allah dengan sebutan kuntum Khoiru Ummah. 


كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ


Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.(Ali Imran: 110)


Dari gelar istimewa itu sudah selayaknya jika umat Islam mengambil posisi subjek dalam perubahan peradaban. Bahkan, secara rinci Allah telah menggariskan metode istimewa menuju perubahan itu. Dengan Rasulullah sebagai suri tauladan terbaik dalam mewujudkan perubahan. Beliau pun telah mencontohkan gambaran kutlah terbaik sebagai hibullah yang dimenangkan Allah. Karenanya bagi partai politik yang menghendaki kemenangan hakiki. Tiada cara lain selain taat total atas petunjuk Allah dan rasul-Nya.


وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ


_Siapa saja yang menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh pengikut/partai (agama) Allah itulah yang pasti menang (TQS al-Maidah [5]: 56)._


Mencermati Sirah dakwah Rasulullah ada beberapa tahapan yaitu melalui pengkaderan, interaksi bersama umat dan pemberlakuan syariat Allah dalam bingkai khilafah.


Dari metode dakwah tersebut, bisa diadopsi satu pengorganisasian dakwah yang amat istemewa. Bahkan gerakan dakwah Rasulullah tak lepas dari gerakan dakwah bersifat politik Ideologis. 


Dengan asas gerakan yang jelas yaitu berbasis ideologis. Mengambil Islam secara utuh sebagai ruh perjuangan. Tidak sehelai pun ke luar dari rel syariat. Tidak pernah berkompromi terkait asas dan metode. Tujuannya pun jelas yaitu mewujudkan kehidupan Islam dalam sebuah institusi Islam. 


Kader-kader yang tergabung dalam parpol ideologis pun jelas yang menganut aqidah Islam dan mengadopsi arah perjuangan yang tidak keluar dari dakwah Rasulullah. Ikatan akidah dan ruh perjuangan inilah yang mengikat hubungan diantara anggota partai. 


Ikatan keorganisasian yang berbadis ideologis meniscayakan anggota yang bergabung kuat dalam memegang visi dan misi perjuangan. Tidak mudah dibelokkan oleh kepentingan pragmatisme. Asas muhasabah yang dilakukan pun jelas dengan standar ideologi Islam. Jika ada khilaf atau salah di antara anggota lebih mudah dimuhasabahi karena ikatannbya jelas lillah. Bukan standar kepentingan pribadi atau golongan. 


Partai Ideologis sesuai manhaj rosulullah akan terjun ke masyarakat untuk mencerdaskan umat dengan pemikiran Islam. Dengan interaksi bersama umat inilah, akan akan membentuk satu kesadaran umum di tengah umat untuk bersama-sama berjuang mengembalikan kehidupan Islam. 


Kebersamaan umat dengan partai Ideologis ini pun diikat atas pemikiran dan perasaan karena akidah. Bukan kemaslahatan duniawi sebagaimana partai d alam demokrasi yang hadir untuk meraih suara. 


Bentuk dukungan dan kebersamaan umat ibarat barisan yang sama-sama sadar akan visi dan misi mulia untuk hidup berkah dengan Islam. Kesadaran ini meniscayakan pengorbanan tulus dari umat sebagamana gambaran  kalangan Ansor di Madinah  dalam menyambut dan membela Rasulullah. Hingga mereka pun dengan rela memberikan dukungan atas Rasulullah menjadi kepala negara di Madinah sebagai pemimpin yang akan menerapkan aturan Allah secara utuh. 


Demikianlah seharusnya partai yang di tengah umat ini berjalan. Betapa urgensitas parpol ideologis untuk menyatukan potensi umat sangat besar. Fungsi partai sebagai pencerdas umat,  muhasabah atas kebijakan yang tidak sesuai aturan Islam dan selalu waspada terhadap upaya-upaya orang kafir yang membahayakan kehidupan umat Islam. 


Oleh karena itu, tidak selayaknya umat berputus asa dan alergi politik. Jika pun ada fakta keributan politik. Justru itu bukti politik sekuler demokrasi bukan solusi. Dan umat harus makin sadar dan cerdas mencari solusi jitu. Dan Islam sebagai agama sempurna dan paripurna telah menyediakan. 


Sebagai penutup kata renungkan hadist dari Rasulullah saw berikut: 


"Pasti akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang senantiasa meraih kemenangan sampai ketetapan dari Allah Azza wa Jalla  datang menghampiri mereka, mereka pun tetap di atas kemenangannya.” (HR. Al-Bukhari)" Allahu a'lam bi shawab. []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم