Ainun D.N. (Muslimah Care)
Muslimahvoice.com - Dakwah adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Kewajiban ini telah diemban oleh generasi awal Islam begitu perintah berdakwah tersebut turun. Para pengemban dakwah pada masa itu adalah orang-orang pilihan yang gagah berani. Mereka juga adalah para suami yang memiliki keluarga dan istiri di sisinya. Oleh karena itu, sungguh menarik mempelajari sepak terjang pendamping (istri) para pejuang Islam kala itu. Sebab, mereka pastilah juga istimewa karena berhasil memberikan dukungan bagi keberhasilan dakwah suaminya.
Di balik ketegaran menahan siksa karena mempertahankan kebenaran, di balik kilatan pedang karena menegakkan panji-panji Islam, dan di balik kebijaksanaan pemimpin yang adil ternyata telah bersanding sosok perempuan (istri) yang tegar menanggung risiko dan rela berkorban bahkan mampu bersikap secara agung bagi keberhasilan dakwah sang suami. Dialah para istiri yang senantiasa memberikan dukungan bagi suaminya (para pejuang Islam). Semua itu telah terhimpun pada diri para shahabiyah agung pada masa-masa awal Islam.
Ada ibrah yang dapat diambil dari bentuk dukungan para shahabiyah terhadap dakwah suaminya. Seorang istri tidak akan mampu memberikan dukungan bagi dakwah suami jika ia tidak memiliki pemahaman yang benar tentang dakwah. Inilah yang diyakini oleh Ibunda Khadijah ra. tatkala suaminya Rasulullah Muhammad saw. mendapat tugas mengemban Islam untuk pertama kalinya. Khadijah memang perempuan pertama yang hatinya tersirami keimanan. Khadijah akhirnya tampil mendampingi Rasulullah saw. dengan segenap kepasrahan karena Allah SWT.
Para shahabiyah lain hasil pembinaan Rasulullah saw. pun adalah para istri yang memiliki kekuatan akidah yang luar biasa. Mereka tidak terbiasa menimbang pelaksanaan hukum syariah (seperti kewajiban berdakwah) dengan sesuatu yang bernilai materi. Apapun bentuk kewajibannya, betapa pun berat pelaksanaannya, mereka ikhlas menerima ketentuan dari Allah SWT. Bahkan para shahabiyah yang sebelumnya memusuhi Islam, tatkala telah meyakini Islam, tak terhitung lagi kontribusinya bagi kejayaan Islam, seperti Hindun ra. yang pernah menumpahkan darah paman Nabi, Hamzah ra. Begitu pula keadaan shahabiyah lainnya. Demikianlah karakter dasar para shahabiyah yang memiliki keikhlasan yang tinggi.
Demi kelancaran dakwah suami, tentu istri dituntut memiliki pemahaman Islam atau tsaqafah Islam yang cukup. Dengan bekal ini sang istri akan dengan mudah membantu tugas suami, terutama dalam mempersiapkan bahan-bahan dakwah. Di sisi lain, perbedaan pemahaman istri dan suami kadang memicu konflik dan problem rumah tangga. Tentu saja hal ini akan menjadi kendala bagi kelancaran dakwah suami.
Kuatnya pemahaman hukum Islam yang berimplikasi pada keterikatan terhadap hukum syariah akan menjamin mudahnya penyelesaian berbagai masalah kerumahtanggaan. Sebab, baik suami maupun istri akan sama-sama mengembalikan semua persoalan pada hukum syariah. Dengan kemudahan ini tentu akan menjadikan langkah suami ringan dalam mengemban dakwah ke luar.
Aisyah ra. istri Rasulullah saw. adalah teladan istri dengan kemampuan tsaqafah dan pemahaman Islam yang senantiasa terjaga. Pada saat Rasulullah saw. meninggal dunia, usia Aisyah baru menginjak 19 tahun setelah sembilan tahun hidup bersama Rasulullah saw. Namun demikian, Aisyah telah memenuhi seluruh penjuru dunia dengan ilmunya. Dalam hal periwayatan hadis, beliau adalah tokoh yang sulit di cari bandingannya. Peran Aisyah ra. ini tentu sangat berpengaruh nyata pada perkembangan dakwah Islam, baik pada masa Rasulullah saw. maupun sesudahnya.[]