Gender Equality, Mengubah Peran Perempuan Sejati




Muslimahvoice.com - Pada 8 Maret beberapa waktu lalu diperingati sebagai International Women's Day setiap tahunnya, atau biasa disebut Women's March. Kalangan pegiat kesetaraan gender atau biasa disebut dengan feminis menggunakan momentum ini untuk mengevaluasi capaian perjuangan mewujudkan kesetaraan gender. Hal ini menjadi ambisi bagi para penggiat feminisme untuk menjadikan perempuan sebagai sosok superior. Mereka meyakini bahwa kaum perempuan bisa setara dengan laki-laki dalam segala aspek kehidupan tanpa memperhatikan fitrah penciptaan dirinya.

 

Akan tetapi, masih terdapat sejumlah benang kusut permasalahan perempuan yang belum terpecahkan, seperti masih adanya ketidaksetaraan upah antara perempuan dan laki-laki, juga kasus-kasus kekerasan domestik yang lebih dominan dialami perempuan.


/Gender Equality, Mengubah Peran Perempuan Sejati/


Dalam peringatan tahun ini, Komnas Perempuan mencatat, kekerasan terhadap perempuan masih tinggi. Sepanjang 2020, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan (KtP) sepanjang tahun 2020 sebesar 299.911 kasus. Mayoritas kasus paling banyak terjadi di ranah personal atau disebut KDRT/RP (Kasus Dalam Rumah Tangga/ Ranah Personal).


Kenaikan kasus dalam perdagangan orang juga terjadi dibandingkan tahun sebelumnya dari 212 menjadi 255, dan terdapat penurunan pada kasus kekerasan terhadap perempuan pekerja migran dari 398 menjadi 157.


Berikutnya kekerasan terhadap perempuan di ranah dengan pelaku negara, kasus-kasus yang dilaporkan saat hari perempuan Internasional, sejumlah 23 kasus (0,1 persen). Data berasal dari LSM sebanyak 21 kasus, WCC (Women Crisis Center) 2 kasus dan 1 kasus dari UPPA (unit di Kepolisian). Kekerasan di ranah negara antara lain adalah; perempuan berhadapan dengan hukum 6 kasus, kekerasan terkait penggusuran 2 kasus, kebijakan diskriminatif 2 kasus, kekerasan dalam konteks tahanan dan serupa tahanan 10 kasus, serta 1 kasus dengan pelaku pejabat publik. (Tempo.co , 8/3/21).


Pada kenyataannya International Women's day yang diperingati tiap tahunnya hanya sebagai seremonial semata tanpa memberikan pengaruh yang signifikan dalam merubah nasib perempuan yang justru semakin mengkhawatirkan. Data catahu (catatan tahunan) dari Komnas Perempuan hanyalah fakta yang terungkap atau dilaporkan terkait banyaknya perempuan yang mengalami kekerasan serta ketidakadilan, mulai dari pelecehan seksual, upah yang begitu rendah, pendidikan dan jaminan kesehatan yang rendah, perkawinan anak dan lain - lain. 


Konsep gender equality atau kesetaraan gender yang menyerukan persamaan hak, peran dan tanggung jawab antara laki - laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat pada kenyataannya tidak mengurangi tindak kekerasan terhadap perempuan. Justru konsep kesetaraan gender membuat perempuan semakin sengsara dan jauh dari kemuliaan.

 

Pemberdayaan perempuan dalam konsep kesetaraan gender justru membuat perempuan semakin tidak berdaya serta tidak menghasilkan kehidupan yang lebih baik bagi mereka. Sebaliknya, perempuan hanya dijadikan sebagai objek eksploitasi kapitalisme untuk turut serta mengambil peran menggerakkan roda perekonomian. Hal ini semakin menambah berat beban tanggung jawab seorang perempuan. Mereka menjadi sengsara dengan meninggalkan peran sunatullah mereka, disibukkan dengan bekerja dan pencapaian prestise agar tidak disepelekan laki-laki. 


Padahal, sadar ataupun tidak dengan mereka meninggalkan peran sunatullah penciptaan dirinya maka hal itulah yang akan menjatuhkan harga dirinya.


Perempuan yang pada fitrah penciptaannya diciptakan untuk menjadi seorang ibu yang memberikan kasih sayang penuh kepada suami dan anak - anaknya dalam keluarga. Menjadi pengelola rumah tangga serta sekolah pertama untuk anak - anaknya justru berfokus pada peran tambahan menjadi seorang penggerak roda perekonomian. Hingga akhirnya keluarga menanggung dampaknya, struktur keluarga menjadi rapuh. Suami tidak diurus dan diperhatikan secara utuh, anak tidak dididik dengan baik, urusan rumah tangga terbengkalai. 


Sedangkan di tempat kerja dalam lingkup suasana yang sekuler dan liberal membuka peluang perempuan menjadi korban tindak kekerasan serta pelecehan seksual di tempat kerja. Bahkan yang lebih mirisnya lagi perempuan terjebak dalam arus pergaulan bebas yang akan menjatuhkan harkat martabat dirinya. 


/Kapitalisme Sekuler Biang Kesengsaraan Perempuan/


Jika kita telisik lebih dalam lagi, akar permasalahan perempuan sesungguhnya disebabkan oleh penerapan sistem kapitalisme sekuler yang menempatkan perempuan pada posisi yang begitu rendah. Kapitalisme yang berlandaskan sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan justru memandang perempuan hanya sebatas objek pemuas nafsu semata. Hingga akhirnya begitu sering terjadi perempuan mengalami tindak kekerasan juga pelecehan seksual. 


Bukan hanya itu, sistem ini menumbuh suburkan ide kesetaraan gender yang begitu membahayakan, merusak struktur tatanan keluarga masyarakat muslim. Atas nama kesetaraan genderi, perempuan dijadikan sebagai objek penghasil pundi - pundi rupiah dengan mengeksploitasi keindahan dirinya.


Ketika perempuan menjadi pencari nafkah dengan alasan kemandirian, ingin memperbaiki perekonomian keluarga agar bisa dihormati, lantas tidak serta merta menjadikan dirinya setara dengan laki-laki sebagaimana yang diklaim aktivis pembela hak-hak perempuan, melainkan hal tersebut hanya menambah beban perempuan di atas pundaknya.


Ide ini pun terbukti telah menghasilkan musibah gugat cerai istri terhadap suami yang meningkat. Karena istri menganggap dirinya berdaya dan mampu untuk menghidupi dirinya sendiri dengan penghasilan yang ia dapatkan dari pekerjaannya tanpa bergantung kepada nafkah dari penghasilan suami. Memandang permasalahan perempuan dari sudut pandang para pegiat kesetaraan gender yang begitu sempit justru menjauhkan permasalahan yang ada dari solusi yang sesungguhnya. 


/Islam Memuliakan Perempuan/


Apa yang dibawa kaum feminis ini jelas tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Islam. Jika kita amati pemikiran feminisme, justru tertinggal jauh dengan cara Islam memperlakukan perempuan. Terbukti bagaimana Islam mampu mengangkat derajat perempuan pada zaman jahiliyah di Arab yang saat itu menganggap wanita lemah dan rendah.


Allah subhanahu wata'ala memposisikan wanita dengan penuh kehormatan dan kemuliaan. Di tangan para wanita-lah tonggak keberhasilan sebuah peradaban akan terwujud, karena mereka adalah ibu bagi generasi pembaharuan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan para wanita untuk menjadi ummu warabatul bait (ibu pengatur rumah tangga) dan al-ummu madrasatul ula (ibu sebagai pendidik pertama).


Posisi yang Allah berikan inilah yang menjadikan perempuan wajib untuk menuntut ilmu dan memiliki keterampilan yang tinggi untuk menunjung tugas yang Allah berikan tersebut. Peran wanita sebagi ibu jugalah yang menjadikan wanita dianugerahi kemulian terbesar yang diberikan Allah. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang : "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik? Beliau berkata, ibumu. Laki-laki itu kembali bertanya, Kemudian siapa?. Beliau menjawab, ibumu. Laki-laki itu bertanya lagi, Kemudian siapa?. Beliau menjawab, ibumu. Kemudian siapa? tanyanya lagi. Kemudian ayahmu, jawab beliau” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447).


Oleh karena itu, jika feminisme menyuarakan posisi perempuan yang dapat bersaing dan menjadi lawan laki-laki, Islam sebagai agama yang logis dan sesuai fitrah justru menjadikan perempuan mulia dengan peran sunatullah penciptaan dirinya. Islam memberikan hak dan kehormatan pada perempuan, bukan sekedar kebebasan semu belaka. Karena sesungguhnya Islam menetapkan kemuliaan manusia bukan dari status sosialnya, Islam menetapkan kemuliaan hanya dari ketakwaannya kepada Allah subhanahu wata'ala sebagaimana firman Allah :


يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ


"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al - Hujurat ayat 13).


Tentu saja semua itu hanya akan terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Dan hanya dengan Khilafah Islamiahlah penerapan syariah Islam secara kaffah akan terlaksana dan kewajiban melanjutkan kehidupan Islam akan terwujud seutuhnya. Tegaknya Khilafah Islamiah akan mencerabut akar dari segala permasalahan termasuk masalah perempuan yakni kapitalisme sekuler yang menjadi sumber malapetaka bagi perempuan dan umat manusia di seluruh dunia. Wallahu'alam bishshawab []


Oleh Rifka Syamsiatul Hasanah

(Aktivis Muslimah & Penulis Buku Antologi) 

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم