Akankah Demokrasi Menjadi Arah Perjuangan Pemuda?

 


Oleh: Putri Uranus


Muslimahvoice.com - "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia." Pernyataan Ir. Soekarno sangat benar sekali, pemuda merupakan ujung tombak kejayaan suatu bangsa. 


Berdasarkan data BPS jumlah pemuda di Indonesia sebanyak 64,19 juta jiwa atau 24,02% dari total penduduk yaitu satu di antara empat orang Indonesia adalah pemuda. Itu artinya potensi pemuda di Indonesia sangat begitu besar, kepedulian pemuda dengan kondisi bangsa dan ketertarikan mereka terhadap perjalanan perpolitik negeri ini pun patut diacungi jempol ditengah kuatnya arus budaya pop yang melenakan bahkan menumpulkan daya kritis para pemuda. 


Hal tersebut terbukti dari hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. Sebanyak 25,7 persen anak muda yang menilai para politisi sudah cukup baik mendengarkan aspirasi (merdeka.com, 21/3/2021).


Bisa dikata jumlah yang puas dengan kinerja politisi sangat jomplang dibandingkan dengan yang tidak puas. Ketidak puasan ini bukan berdasarkan sentimen pribadi pemuda yang disurvei, namun ini adalah bukti kekritisan pemuda menjadi bagian oposisi, masyarakat bisa melihat dengan gamblang bahwa pemuda menjadi montor penggerak penolakan RUU KUHP dan revisi KPK, dan UU Omnibuslaw, merekalah yang memperjuangkan hak-hak rakyat sedangkan para politis membuat kebijakan yang menindas rakyat. 


Namun patut disayangkan meskipun ketidak percayaan pada politisi rendah, pemuda masih percaya dengan partai politik hal ini dilihat berdasarkan hasil survei menunjukkan hanya 3 persen anak muda yang sangat percaya pada partai politik. Sebanyak 7 persen sama sekali tidak percaya. Sebanyak 54 persen anak muda masih percaya pada partai politik (merdeka.com, 21/3/2021). 


Kepercayaan dengan skor 54 persen menandakan bahwa pemuda masih melihat bahwa partai dengan individu politikus adalah suatu hal yang berbeda, lebih jauh dari hal itu para pemuda masih berharap bahwa partai masih sanggub merubah negara ini menjadi lebih baik itu artinya pemuda sangat berharap bahwa demokrasi akan menyelamatkan negara ini. Kesalahan masih dititik tekankan kepada individu politikus yang tidak amanah dalam memegang jabatan tanpa memahami bahwa sistem juga terlibat banyak hal yang menyebabkan individu tidak amanah. 


Partai bagaikan rumah bagai politikus, mahar untuk berada di partai pun tak sedikit. Dalam penelitian KPK tahun 2016 ditemukan bahwa calon wali kota atau bupati rata-rata mengeluarkan uang Rp20-30 miliar. Sedangkan ongkos politik yang dikeluarkan calon gubernur lebih besar, sekitar Rp100 miliar (bbc.com, 12/1/2018). Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang dilansir dilaman (mediaindonesia.com, 17/2/2020) menyatakan pemodal cukup merogoh ongkos Rp 1 Trikiun untuk menguasai parpol di Indonesia.


Tidak salah jika demokrasi merupakan sistem yang mahal, maka keterlibatan pemodal dalam sistem demokrasi merupakan simbiosis mutualisme sehingga kebijakan yang dibuat oleh politisi sangat sulit untuk pro rakyat. Mahfud MD pun menyatakan bahwa "Saat biaya politik semakin mahal, elite juga semakin jelek karena sistem yang dibangun mendorong ke arah korupsi. Malaikat masuk ke dalam sistem Indonesia pun bisa jadi iblis juga," (republika.co.id, 7/10/2013)


Amat disayangkan ketika kerusakan yang terjadi disebabkan oleh demokrasi lantas tetap bertahan di dalam sistem ini dan terus berusaha untuk memperbaiki sistem tersebut. Padahal jelas Aristoteles menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan yang menyimpang, karena terjadi pemanfaatan kepentingan hanya untuk (beberapa kalangan) orang-orang saja. Singkatnya demokrasi adalah sistem pemerintahan yang aturannya berdasarkan kehendak rakyat banyak, yang para pejabatnya baik dewan perwakilan rakyat, maupun peradilan menghendaki untuk dibayar/diupah, di dalam buku Filsafat Politik Aristoteles hal 50-51 dan 91 karangan Dr. JH. Rapar, Th,D., Ph,D. 


Arah perjuangan pemuda harus memiliki arah yang jelas yang tidak hanya berfokus pada kesalahan individu semata namun harus berfikir lebih luas, maka harus ada visi yang diemban. Visi dengan kemuliaan Islam yang terilhami dari aqidah, begitu banyak contoh bagaimana pemuda muslim merubah dunia contoh yang sering kita dengar adalah Muhammad Alfatih penakhluk Konstatinopel diusia begitu belia, penakhlukan ini bukan dikarenakan gila wilayah kekuasaan namun dengan penuh keimanan menjawab seruan bisyaroh Rasulullah. Perjuangan penakhlukan Konstatinopel didasari oleh keimanan dan kecintaannya terhadap agama Allah, membebaskan manusia dari belenggu kekufuran, memberikan cahaya Islam dengan penerapan Islam kaffah yang mampu memberikan perlindungan, kemuliaan, kesejahteraan bagi seluruh pelosok negri.[]


*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم