Seabad Tanpa Khilafah, Dunia Selalu Dirundung Nestapa

 


Oleh: Rini Andriani

Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban


Muslimahvoice.com - Rajab adalah bulan dimana umat banyak merenungi peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW. Isra Mi’raj adalah ujian keimanan untuk membuktikan siapa yang benar-benar yakin akan kekuasaan Allah dan siapa yang tidak. Siapa yang seutuhnya menyakini apa saja yang disampaikan Rasulullah SAW dan siapa yang tidak. Pada bulan ini juga, umat Islam kehilangan suatu perkara yang amat penting, iaitu runtuhnya Khilafah Islamiyah. Seabad sudah, tepatnya tanggal 28 Rajab 1342H (3 Mac 1924) Khilafah dihancurkan oleh penjajah Inggris dengan bantuan kaki tangan setianya la’natullah ‘alaih, Mustafa Kamal.


Sejak itu, umat Islam didera oleh berbagai penderitaan yang tiada berkesudahan hingga saat ini. Semua ini terjadi sejak Khilafah Islamiyah tidak ada lagi. Benar apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad RA, “Adalah fitnah (bencana) jika sampai tidak ada seorang Imam (Khalifah) yang mengatur urusan rakyat”.


Sungguh benar apa yang dikatakan Imam al-Ghazali dalam kitabnya al Iqtishod fi al I’tiqod. Imam al-Ghazali mengatakan agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah dasar dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berdasar (tidak didasarkan pada agama) niscaya akan runtuh. Segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga (tidak ada Khilafah) niscaya akan hilang atau lenyap.


Beberapa malapetaka yang dialami umat Islam tanpa Khilafah antara lain: 


Pertama adalah dalam bidang akidah. Ketiadaan Khilafah Islam membuat umat Islam tidak bisa melaksanakan hukum-hukum Allah SWT secara sempurna. Alhasil melaksanakan hukum Allah SWT dalam segala perkara adalah wajib dan merupakan hasil keimanan seorang Mukmin. Saat ini sebahagian besar umat Islam diatur berdasarkan hukum kufur, iaitu sistem Kapitalisme-sekular. Sedangkan dengan sangat jelas Allah SWT berfirman menyebut kafir bagi siapapun yang tidak mahu diatur oleh hukum Allah SWT [TMQ Al-maidah (5): 44]. Bagaimana kita hendak mempertanggungjawabkan keimanan ini dihadapan Allah SWT kelak?


Ketiadaan Khilafah juga telah mengancam akidah umat. Demokrasi, HAM (hak asasi manusia) dijadikan Tuhan baru pengganti hukum Allah SWT. Ada yang dengan sombong menolak hukum Allah SWT seperti hukuman mati dengan alasan hak asasi manusia. Ada pula yang rela mati membela hak asasi manusia. Dan ada juga yang menggunakan alasan sekularisme menolak penerapan hukum Allah SWT diterapkan oleh negara. Ketiadaan Khilafah juga menyebabkan umat tidak lagi memiliki pelindung akidahnya. Dengan alasan kebebasan beragama, kristianisasi berkembang subur di negeri-negeri Islam. Akibatnya tidak sedikit umat Islam yang murtad (keluar daripada Islam).


Kedua, hukum Allah SWT diterlantarkan. Hukum Allah SWT tidak mungkin diterapkan secara sempurna tanpa negara Khilafah. Khilafah adalah institusi politik yang menerapkan syariah Islam. Hari ini syariah Islam hanya diterapkan dalam masalah moral, ritual, atau individual. Sebaliknya dalam bidang politik,ekonomi, pendidikan, sosial, tidak lagi menggunapakai hukum Islam. Hukum Allah diganti dengan hukum sekular-kapitalisme. Sedangkan Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menerapkan seluruh hukum Allah SWT tanpa kecuali.


Ketiga, umat Islam terpecah belah. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi umat Islam seluruh dunia. Ummat Islam dilarang memiliki lebih daripada seorang pemimpin negara. Rasulullah SAW dengan tegas mengatakan, “Jika dibai’at dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang paling akhir daripada keduanya” [HR Muslim]. Kesatuan kepemimpinan sangatlah penting. Kerana itu akan menentukan kesatuan pemikiran, perasaan, dan kesatuan gerak kerja. Bayangkan kalau dalam kapal ada dua kapten kapal yang sama-sama memimpin, dalam rumah tangga ada dua pemimpin, pastilah muncul kekacauan. Kerana itu kesatuan kepemimpinan umat Islam di seluruh dunia menjadi sangat penting.


Ketiadaan Khilafah membuat umat Islam memiliki banyak pemimpin atas nama negara bangsa (nation state). Umat Islam terpecah belah menjadi negara-negara bangsa yang kecil dan lemah dihadapan negara adi daya kapitalis. Negara-negara kecil itu pun semakin memperlemahkan dirinya karena memikirkan kepentingan masing-masing ditambah lagi dengan pemimpin yang menjadi kaki tangan asing. Padahal semua orang faham dengan peribahasa ‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’.


Akibatnya, umat Islam yang jumlah lebih 1.5 juta diseluruh dunia menjadi sangat lemah dihadapan negara-negara penjajah. Umat Islam bagaikan anak ayam yang kehilangan induk, tidak ada yang memimpin. Menghadapi Israel yang jumlah penduduknya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan negara-negara Arab saja kita tidak mampu. Iraq diporak perandakan oleh AS, sementara negara-negara Muslim disekitarnya diam saja. 


Keempat, umat Islam kehilangan pelindung. Dalam Islam fungsi penting Khalifah adalah melindungi umatnya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesunggunya Imam/Khalifah itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang dibelakangnya dan berlindung kepadanya” [HR Muslim]. 


Ketiadaan Khilafah telah membuatkan nyawa umat Islam begitu murah dihadapan negara-negara Imperialis. Padahal dimata Allah, hancurnya bumi berserta isinya ini lebih ringan berbanding terbunuhnya seorang Muslim.


Puluhan ribu umat Islam dibantai di Bosnia, 1 juta orang terbunuh sejak pendudukan AS di Iraq , puluhan ribu rakyat awam terbunuh di Afganistan. Detik demi detik tentara zionis Israel dengan sombong menumpahkan darah umat Islam di Palestin. Nasib Muslim Rohingnya pun terombang-ambing, tidak ada tempat berlindung. Semua ini terjadi karena tidak ada lagi yang dapat melindungi umat ini. 


Kekayaan alam negeri Islam pun tidak ada yang melindungi, semua sudah tergadai. AS atas nama demokrasi masuk ke Iraq merampok minyak Iraq yang sepenuhnya milik umat Islam. Korporasi asing bermewah-mewahan mendapat keuntungan luar biasa dengan harga minyak yang naik. Padahal mereka mendapat minyak dengan cara merompak dan membunuh umat Islam. Atas nama pasar bebas (free market), kebebasan investasi, atas nama pembangunan, kekayaan alam yang merupakan pemilikan umum (al milkiyah al amah) seperti minyak, gas, batu bara dirompak oleh negara-negara Kapitalis. Padahal semua itu adalah milik rakyat. Akibatnya umat Islam miskin menderita, meskipun negeri mereka kaya.


Negeri Islam pun terancam dengan situasi terpecah belah atas nama kekuasaan, federasi, atau kebebasan menentukan nasib sendiri. Timor Timur, Aceh, Maluku, dan Papua dalam keadaan yang berpotensi juga untuk berpisah daripada Indonesia. Sudan Selatan (Darfur ) diprovokasi Barat untuk memisahkan diri daripada Sudan atas alasan hak asasi manusia. Iraq hendak dibahagi menjadi tiga negara berdasarkan ikatan primordial sunni, syiah, dan Kurdi. Sekali lagi semua ini terjadi karena tidak ada Khilafah yang melindungi umat dan negara mereka.


Kesucian dan kemuliaan umat ini pun tidak ada yang melindungi. Rasulullah SAW, Rasulnya 1.5 juta umat Islam di dunia ini dihina dan dilecehkan, al-Quran pun juga dilecehkan. Wanita-wanita Muslimah pun terjebak dengan eksploitasi Kapitalisme yang menjual aurot mereka. Generasi muda terancam akan pergaulan bebas. Malah atas nama hak asasi manusia, lesbian dan gay yang dilaknat Allah SWT justru dilindungi oleh negara Kapitalis. Mereka dengan sombong mempertontonkan kemaksiatan mereka dan membantah jika dikatakan menyimpang.


Kelima, tidak ada lagi pemimpin yang sungguh-sungguh mengurus dan mengatur umat Islam. Padahal Islam dengan sangat tegas mengatakan bahawa fungsi Imam adalah bagaikan penggembala yang mengurus rakyatnya dengan serius, amanah dan bertanggungjawab. Karena itu dalam Islam, Khilafah wajib menjamin keperluan atas masyarakat yaitu dari sisi pakaian, makanan, dan tempat tinggal. Pendidikan dan kesehatan juga digratiskan.


Ketiadaan Khilafah, membuatkan umat Islam diatur dengan sistem sekular Kapitalisme. Akibatnya sangat jelas dan nyata, kemiskinan terjadi dimana-mana. Pendidikan dan kesehatan mahal. Umat tidak ada lagi yang mengurus. Mereka hidup bagaikan tanpa negara. Apabila negara mengurus mereka, negara justru lebih berpihak kepada negara Kapitalis.


Digadang-gadang mensejahterakan rakyat, namun tiba-tiba harga minyak naik, bahan pokok melonjak, yang membuat beban hidup rakyat semakin berat. Negara sekular Kapitalis ini justeru taat untuk menarik subsidi untuk rakyat atas perintah IMF dan Bank Dunia meskipun rakyat menderita. Taat meminjam hutang meskipun hutang telah menjerat negara. Taat menjual negara dengan alasan penswastaan sesuai dengan ‘fatwa’ kesepakatan Washington sementara rakyatnya miskin.


Sungguh tidak ada pilihan lain. Sosialisme telah tumbang dan membawa penderitaan. Kapitalisme justru menjadi pangkal penyebab berbagai bencana di dunia ini. Pilihan kita tinggal satu yaitu ideologi Islam dengan penerapan syariah Islam melaui institusi negara Khilafah. Pilihan Islam sebagai solusi inilah yang menyelamatkan kaum muslim di dunia dan akhirat. Wahai kaum muslim, terus berjuang. Bersatulah bersama para pejuang Islam yang memperjuangkan syariah dan Khilafah tanpa lelah, hingga terterapkannya syar'iat Allah SWT secara kaffah.[]


*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم