Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice
Allah menyebut umat Islam sebagai umat terbaik (khoiru ummah). Kita tahu mana terbaik adalah yang paling baik, termasuk kehidupannya, aturan-aturannya, sistemnya, dsb. Namun sayangnya, saat ini umat Islam tengah sakit, sang umat terbaik itu sedang terpuruk, tergolek lemah tidak berdaya.
Di negeri yang umat Islam minoritas mereka tertindas, terdzolimi, dan dipandang sebelah mata. Sebut saja suku Uighur di Xinjian China, sebagai ras Kaukasia. Tak heran bila Uighur memiliki bidadari-bidadari cantik. Namun, paras ayu para bidadari ini tetap tidak bisa membuat etnis Uighur hidup nyaman di negeri sendiri.
Seiring dengan isu-isu terorisme mengatas-namakan Islam, pemerintah China mulai memberikan larangan kepada kaum Uighur untuk beribadah, memakai jilbab dan memelihara jenggot. Bahkan upacara pernikahan atau pemakaman yang dijalankan sesuai dengan kaidah Islam di pandang sebagai tindakan radikalisme. Parahnya lagi, etnis ini dikenal sebagai “Three Evils”, yaitu Terorisme, Ekstremis Agama dan Separatis.
Coba kita beralih ke Rohingya, perlakuan terhadap muslim Rohingya tidak kalah tragis. Sangat miris mendengar kabar perlakuan buruk terhadap umat Muslim Rohingnya di Vietnam. Mereka diperlakukan tidak adil, disiksa hingga dibunuh. Sungguh perlakuan yang sangat hina sebagai sesama manusia yang punya hati nurani. Ditambah lagi, hampir tidak ada negeri muslim lainnya yang mau menerima kehadiran mereka yang terlunta-lunta di lautan untuk menyelamatkan diri. Allahu Akbar.
Bagaimana di wilayah mayoritas muslim? Ah, kondisinya tidak jauh berbeda. Umat Islam tetap menjadi warga no 2. Artinya, umat dibutuhkan hanya saat pemilu saja, diberikan janji-janji yang jarang sekali ditepati. Bagi mereka yang kritis, dan mencoba menunjukkan kebenaran, maka akan berakhir menjadi tahanan. Tuduhan radikalisme, ekstremisme, aliran keras pun akan terstempel bagi umat yang vokal.
Belum lagi peperangan dibeberapa kawasan yang belum ada rencana kapan berakhirnya. Palestina masih memegang rekor kawasan dengan konflik militer terlama, kemudian Afganistan, dan Yaman. Belum lagi konflik militer yang disebut sekala kecil seperti di Filipina.
Bagaimana Cara Mengembalikan Predikat Umat Terbaik?
Predikat terbaik memang Allah nashkan dalam Al-qur'an. Namun bukan berarti kita tinggal berpangku tangan, kemudian predikat umat terbaik itu tiba-tiba tersemat. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga predikat itu bisa kembali.
Yaitu:
1) Amar Ma'ruf (Menyeru untuk berbuat kebajikan)
2) Nahi Munkar (Mencegah kemungkaran atau kemaksiatan )
Allah berfirman dalam Al-qur'an surat Ali Immran ayat 110:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
Siapa yang berkewajiban mengembalikan posisi khoiru ummat? Mereka adalah para individu muslim, masyarakat, negara. Jika saat ini mereka belum mampu untuk mewujudkan khoiru ummat. Maka masing-masing individu muslim, baik yang berkedudukan sebagai masyarakat biasa, petani, pedagang, pengusaha, karyawan, para penjaga negara TNI dan polisi, serta seluruh komponen pemegang kekuasaan memiliki tugas yang sama untuk mewujudkan khoiru ummat ini.
Para individu bertugas terus mendakwahkan Islam dan bergabung dalam jamaah dakwah yang konsisten untuk mengembalikan kehidupan Islam. Masyarakat berusaha menerima dakwah Islam, membela Islam, dan berjuang bersama-sama jama'ah dakwah untuk menegakkan syariat Islam.
Bagaimana dengan Negara? Negara sebagai pemegang kekuasaan berfungsi sebagai ra'in dan junnah bagi umat Islam. Rasulullah Saw. bersabda:
الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).
Sehingga para penguasa harus mampu mengambil kembali otoritas dan hak umat yang dicuri hingga umat kembali mendapatkan apa yang harus menjadi haknya. Penguasa juga harus mampu melindungi dan menjaga umat dari segala bentuk propaganda, kriminalitas, dan kejahatan lainnya. Sebagaimana yang terjadi saat ini, umat memang sedang butuh pertolongan.
Para Penjaga Negara, Polisi dan Tentara juga bagian dari umat. Maka memiliki kewajiban yang sama untuk mengusahakan hadirnya khoiru umat. Bahu-membahu bersama umat untuk mewujudkan Islam rahmatan lil 'alamiin. Terakhir. Wahai para pemilik kekuasaan dan kekuatan... jadikanlah kuasa dan kekuatan tangan Anda sebagai jalan utk meraih ridhaNya dgn menjaga umat menuju jalan yang lurus dan haq dari Aĺlah SWT.
.
.