Oleh: Nur Faktul
Muslimahvoice.com - "Kita saksikan, wanita memiliki andil dalam membangun. Andai bukan sepak terjangnya, pembangunan tidak akan berjalan. Bagi anak-anak, wanita adalah sekolah. Bagi seorang ayah, wanita adalah penolong". Penggalan syair dari Jamil Sidqi Al-Zahawi (1936) diatas, menunjukkan betapa pentingnya peran perempuan dalam membangun peradaban. Dimana, ketika perannya sebagai pendidik terabaikan maka akan sangat berpengaruh pada generasi mudanya. Untuk itulah islam sangat memuliakan kedudukan seorang perempuan, dengan menjadikan perempuan agar cekatan dan cerdas dalam menjalankan perannya. Namun sayangnya, saat ini kita hidup di sistem kapitalisme, dimana perempuan justru di dorong turut andil dalam menjalankan roda ekonomi negara. Tanpa peduli jika itu akan mengganggu tugas utama mereka.
Miris memang, baru-baru ini saja lembaga AS gelontorkan jaminan kredit US$35 juta atau Rp 453 miliar kepada pengusaha perempuan Indonesia yang terlibat penanganan sampah plastik. Saat ini, dunia memang dalam 'bimbingan' International Development Finance Corporation (DFC) telah membentuk 2X Women"s Initiative. Bantuan dari DFC tersebut untuk mengurangi sampah plastik di Asia Tenggara. Di Jakarta sendiri, perusahaan yang memanfaatkan jaminan kredit adalah perusahaan Tridi Oasis yang bergerak dalam proses daur ulang sampah. Perusahaan ini didirikan dan dikelola oleh dua orang perempuan, yang dinilai cocok menerima jaminan dari DFC. Alasannya memang untuk pemberdayaan ekonomi perempuan. Karena menurut penelitian, kesetaraan perempuan di Asia Pasifik dapat menambah US$ 4,5 triliun ke Pendapatan Domestik Bruto (PDB) kawasan pada 2025. Menurut Kathryn Kaufman, Direktur DFC perempuan yang bekerja akan menginvestasikan kembali 90% pendapatannya kepada keluarga mereka, sedangkan laki laki hanya 30%. Dengan perempuan bekerja maka akan membantu meningkatkan perekonomian Global. Untuk itulah perempuan dianggap aset berharga untuk melakukan investasi. (cnnindonesia.com, 14/01/21)
Fakta di atas semakin memperjelas bahwa perempuan dianggap sangat menguntungkan dalam pergerakan roda ekonomi global, ini dilihat dari dua sisi. Pertama, sebagai pelaku ekonomi. Perempuan ketika bekerja tenaganya ulet, rajin, penurut dan tidak banyak menuntuk dalam hal upah. Sangat berbeda dengan laki laki. Ketika ada keinginan untuk bekerja maka perempuan pasti membutuhkan modal. Nah, di sinilah kesempatan para pemilik modal untuk menginvestasikan uang mereka. Bahkan bisa jadi, mereka pun juga memberi iming-iming kepada para perempuan untuk memberikan modal kerja. Seperti kursus menjahit, memasak, membuat kue dll, agar mereka mau menjadi pelaku ekonomi. Kedua, sebagai konsumen barang dan jasa. Tidak dapat dipungkiri perempuan memang mudah diiming-imingi dengan iklan yang bertebaran di gadget mereka. Banyak barang dan jasa yang sengaja didesign untuk menarik minat perempuan. Sebagai makhluk yang menyukai keindahan, seringkali perempuan menjadi sasaran empuk para pengusaha untuk memasarkan produknya. Entah itu food, fun, fashion, kosmetik, perawatan tubuh semua ditawarkan demi meraih pundi-pundi cuan oleh para pengusaha.
Dengan banyaknya tawaran barang dan jasa yang sangat disukai perempuan, maka tak heran demi memenuhi keinginan mereka, banyak perempuan memutuskan untuk bekerja menjadi pelaku ekonomi. Para perempuan berfikir dengan bekerja akan menyelesaikan masalah ekonomi keluarga yang seringkali menjadi masalah utama mereka. Padahal faktanya meskipun perempuan bekerja kemiskinan, kekerasan, pelecehan masih terus terjadi tanpa teratasi. Ini artinya pemberdayaan ekonomi perempuan memang tidak mampu mengatasi masalah yang ada. Penerapan sistem kapitalisme sekuler inilah penyebab utamanya. Dimana semua aspek dipandang harus menghasilkan uang. Sehingga solusi yang ditawarkan tidak nyambung dengan akar masalah yang ada. Pemberdayaan ekonomi perempuan ini, justru sedang mengeksploitasi peran perempuan dengan jeratan ala kapitalis.
Dengan demikian kita perlu solusi yang hakiki, islam menawarkan solusi yang pas untuk mengatasi masalah ini.
Di dalam Islam perempuan tidak dipandang sebagai penggerak roda ekonomi, sebagaimana para kapitalis saat ini. Perempuan adalah ibu dan juga pengatur rumah tangga (istri), islam tidak akan menghapus peran utama ini. Sebab dari perempun inilah generasi penerus peradaban akan digantungkan. Jika peran perempuan sebagai ibu dan pendidik dilepaskan demi roda ekonomi, maka hancurlah peradaban di masa depan. Islam memandang laki laki dan perempuan itu sama, namun berbeda dalam peran. Ketika perempuan telah diletakkan sesuai fitrahnya, maka laki laki pun juga demikian. Para laki laki/ayah harus mampu mencukupi kebutuhan perempuan dengan nafkahnya. Di dalam sistem islam dalam bingkai khilafah Islamiyyah, para pencari nafkah akan dimudahkan dengan lapangan pekerjaan yang memadai. Serta tercukupinya kebutuhan primer masyarakat oleh negara, dengan demikian para laki laki tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan para perempuan tidak akan tergiur untuk meninggalkan perannya demi tuntutan ekonomi. Wallahu a'lam bis shawab.[]