Body Positivity and Beauty Privileges

 


Oleh: Nafisah Az-zahrah


Muslimahvoice.com - Bagi generasi milenial hari ini, memiliki rupa menawan dan badan ideal adalah dambaan. Tidak heran, produsen kosmetik dan segala macam pendukung penampilan terus kebanjiran pesanan. Bukan hanya untuk kalangan atas namun berbagai produk kini diciptakan agar mampu memasuki setiap lapisan masyarakat. Menjadi kewajaran ketika hendak mendapatkan penampilan menarik, segala daya upaya dilakukan. Sebab hari ini, yang _good looking_ dianggap sebagai ukuran kelayakkan. Dari segi pekerjaan, banyak perusahaan yang menempatkan _good looking_ sebagai list syarat diterima menjadi karyawan. Dalam pergaulan, yang cantik mendapat banyak pertemanan, lebih dimudahkan urusannya. Yang cantik berhak mendapat posisi lebih tinggi dari apapun. Seolah-olah hari ini yang ingin dihargai dan dimuliakan harus rupawan dan menarik.


Namun apakah benar demikian? Tidak heran hal tersebut terjadi, karena sedari kecil kita selalu dididik dengan kacamata visual, baik dari sekolah, lingkungan maupun orang tua. Itulah yang mengakibatkan muncul cara pandang materialisme yang kemudian menjadi nilai yang mengalir di setiap pembuluh darah kita. Saat menggambarkan keindahan maupun kebahagiaan selalu disajikan sesuatu yang realistis. Dampaknya berakibat pada mindset ketika mengukur sesuatu. Dewasa ini tampak sekali pengaruh materialisme, bagaimana ia telah melekat dalam setiap benak manusia. Secara sistemis materialisme menjadi biang kerok mental _illness_ yang menjangkiti generasi muslim hari ini. Kesepakatan atas kebahagiaan yang diukur materi tersebut membuat kaum muslimin lupa identitasnya yang mulia.   


Dampak materialimse tentu akan memandang mulia segala macam kelebihan fisik. Di sisi lain akan menimbukan polemik baru, yaitu orang-orang yang tidak memiliki _“ beauty”_ seperti yang digambarkan sempurna hari ini. Golongan feminisme menyoal realita tersebut dengan kampanye _body positivity_ dimana ukuran kecantikan tidak hanya terletak pada fisik yang menarik. Namun apapun bentuk fisik seseorang adalah kecantikan yang tidak bisa diukur oleh orang lain. Banyak aksi reaksi dari aktivis _body positivity_ justru memunculkan kepercayaan diri untuk mengumbar auratnya. 


Kesalahan pradigma _beauty privilage_ yang direspon dengan _body positivity_ ternyata tidak menyelesaikan persoalan di masyarakat, justru dengannya menambah persoalan baru. Budaya berpakaian Barat hampir-hampir tidak dapat dibedakan dengan trend yang digandrungi di Timur.


 *Islam memandang fisik dan penampilan* 

Islam telah mendudukkan tolok ukur kebahagiaan bukan pada fisik. Tubuh manusia telah diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk. Fisik merupakan fasilitas yang akan dihisab berdasarkan penggunaannya, bukan tujuan. Lantas saat manusia mendambakan kebahagiaan melalui fisik maka ada _missing link_ yang harus diperbaiki, yaitu persepsi. Ketika Islam menyamaratakan manusia maka tidak perlu merisaukan apa yang telah Allah ciptakan, sebagaimana QS Al Hujurat ayat 13 _”Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu”_ 


Kaum muslim seharusnya segera menyadari bahwa materialisme adalah racun yang merusak tubuh umat dan umat segera berhenti mengonsumsinya.


Memahami betul tentang betapa pentingnya menanamkan jati diri Islam sebagai benteng dari berbagai pemikiran rusak dan menjerumuskan. Disamping upaya individu, bagian terpenting adalah hadirnya peranan negara dalam menjaga pemikiran kaum muslimin. Sebab negara adalah unsur terkuat yang berhak memfilter pemikiran rusak dengan kebijakannya dan kurikulum pendidikan yang berorientasi membentuk kepribadian Islam. 


Namun hal tersebut hanya akan terjadi ketika negara memegang mabda’ Islam, yaitu dengan menerapkan syariat secara menyeluruh yang akan menjadikannya Daulah Islam.


Khilafah Islamiyah adalah model kepemimpinan Islam yang menjamin rakyatnya termasuk menjaga mental dan jiwa karena pada dasarnya seluruh aturan Islam itu sesuai dengan Fitrah manusia. Maka siapapun yang akan mendapatkan penempatan layak oleh khalifah selaku kepala negara. 


Aturan Islam memberlakukan syariat sama pada seluruh warga negara termasuk wanita non muslim untuk tetap menjaga auratnya di ruang publik. Sehingga suasana yang terbagun bukanlah ajang perlombaan terhadap kualitas fisik namun pada ketakaan. Khalifah dengan tegas akan melarang berbagai hal yang mendorong pada eksploitasi wanita, seperti kontes kecantikan dan sejenisnya. Kesalahan pradigma yang menyebabkan berbagai penderitaan hari ini karena masih suburnya ide-ide rusak yang ditamankan di negeri muslim.


Kaum muslimin adalah sebaik-baik umat sebagaimana predikat yang telah Allah berikan. Akan tetapi realita hari ini justru berkebalikan dengan predikat tersebut dan malah banyak disibukkan dengan perbuatan sia-sia. Tidak perlu menunggu lagi, umat harus merubah dirinya dan bersatu untuk mencampakkan sistem kufur kapitalisme yang memproduksi berbagai pemikiran rusak dan menyesatkan bagi umat manusia.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم