Muslimahvoice.com - Indonesia diprediksi mengalami puncak bonus Demografi pada tahun 2030. Dimana jumlah penduduk usia produktif mencapai 64 persen dari jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Tentu ini kondisi yang menggembirakan. Pasalnya, usia produktif memiliki potensi besar. Baik secara fisik maupun pemikiran. Hal ini bisa menjadi peluang emas bagi kemajuan bangsa.
Jika Presiden RI pertama Soekarno dalam pidatonya meminta sepuluh pemuda untuk mengguncang dunia, maka di era digital saat ini hanya dengan kekuatan jari pemuda pun bisa mengguncang dunia. Kecepatan informasi dan teknologi seakan dunia dalam genggaman. Potensi generasi era digital sangat besar. Namun, potensi ini dapat optimal dengan baik ataukah tidak tergantung dari visi negaranya.
Saat ini peradaban dunia berada dibawah tatanan sistem sekuler kapitalis. Peradaban yang tidak menjadikan agama sebagai pengatur kehidupan. Dalam sudut pandang sekuler kapitalis jumlah generasi yang melimpah harus diberdayakan. Dioptimalkan demi menyokong perekonomian dunia. Maka tak heran berbagai program digenjot yang menyasar para generasi agar terjun dalam dunia usaha.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar program Bangun Kualitas Manusia (Bangkit) 2021. Dengan menggandeng Google, Gojek, Tokopedia dan Traveloka, akan dilakukan pembinaan pada 3000 sasaran talenta digital terampil. Salah satu isi programnya ada pembekalan keahlian teknologi dan soft skill yang dibutuhkan untuk sukses berpindah dari dunia akademis ke dunia kerja di perusahaan terkemuka.
Sejalan dengan hal itu, dibawah Kementerian yang sama, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) melakukan perombakan kurikulum di jenjang SMK. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Vokasi dalam serapan tenaga kerja bagi lulusan SMK di industri - industri terkemuka.
"Kami telah memberikan penghargaan pada 40 IDUKA (Dunia industri, usaha, dan kerja) baik swasta maupun BUMN karena mereka turut membina puluhan bahkan ratusan satuan pendidikan Vokasi. Mereka semakin menerima dengan "link and match", lulusan pendidikan Vokasi sesuai kebutuhannya." Ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakamoto (detiknews.com, 09/01/2021)
Dari fakta tersebut dapat dirasakan mau dibawa kemana arah pendidikan negeri ini. Korporasi membutuhkan potensi generasi demi eksistensinya. Link and match seakan menjadi program yang saling menguntungkan. Korporasi dan pendidikan bisa saling menguatkan. Dunia pendidikan bertugas mencetak sumberdaya manusia yang dibutuhkan korporasi. Dunia usaha bertugas mencerap tenaga kerja.
Dengan demikian, tujuan pendidikan hanya mencetak tenaga kerja. Dan korporasi bisa turut campur melakukan pembinaan langsung di institusi pendidikan yang menjalin kerjasama. Peran negara semakin terpinggirkan. Inilah konsekuensi dari penerapan sistem kapitalisme. Semua dipandang sebagai pendongkrak kekuatan ekonomi semata.
Sistem kapitalisme melalui korporasi telah membajak potensi generasi. Potensi mereka diperas sebagai tenaga kerja. Alhasil, mental yang tumbuh tak lebih dari mental "buruh". Bukan mental pelopor industri apalagi pemimpin peradaban dunia. Jika demikian, akankah bonus Demografi akan membawa kemajuan bagi negeri ini? Lantas sistem pendidikan seperti apa yang mampu mengoptimalkan potensi generasi sebagai pelopor peradaban?
Secara paradigmatik, pendidikan harus dikembalikan pada asas Islam. Islam memandang segala sesuatu bukan sebagai materi sebagaimana sistem sekuler kapitalis. Generasi dipandang sebagai aset masa depan dunia dan akhirat. Oleh karenanya, tujuan pendidikan Islam membentuk manusia yang berkepribadian Islam. Dimana pola pikir dan pola sikapnya berdasarkan aqidah Islam. Menguasai ilmu dalam bidang kehidupan, baik secara Iptek maupun keterampilan. Dimana ilmu tersebut dapat diterapkan dan dimanfaatkan masyarakat. Bukan berorientasi pada korporasi. Dan menguasai tsaqofah Islam.
Potensi generasi harus dioptimalkan dalam kerangka pendidikan Islam. Jangan mau dibajak oleh korporasi demi kepentingan ekonomi mereka sendiri. Generasi saat ini adalah masa depan Islam. Jika dioptimalkan dengan sudut pandang Islam, mereka akan menjadi pelopor perubahan. Sistem sekuler kapitalis sudah banyak menyengsarakan rakyat. Saatnya generasi bangkit menerapkan sistem Islam yang akan membawa kesejahteraan bagi seluruh alam.