Oleh: Vania Puspita Anggraeni
Muslimahvoice.com - Indonesia sudah tidak muda lagi. Sebagai negeri yang dikenal gemah ripah loh jinawi, nyatanya masih belum bisa memberikan penghidupan yang layak secara maksimal kepada rakyatnya. Justru permasalahan bangsa seolah bercokol dan semakin menekan kehidupan tatanan bangsa.
Salah satu dari sekian banyak permasalahan bangsa yang tidak kehilangan eksistensinya sebagai topik pembahasan yang hangat adalah permasalahan ekonomi. Permasalahan yang satu ini seolah seperti simpul mati yang rumit untuk diselesaikan.
Dilansir dari laman artikel online viva.co.id seorang ibu berinisial MT di Dusun II Desa Banua Sibohou, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara diduga stres karena kondisi ekonomi, tega membunuh ketiga anak kandungnya di rumahnya sendiri. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 9 Desember 2020 lalu. Tepatnya ketika ayah korban pergi ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya pada PILKADA tahun ini dan meninggalkan ketiga anaknya di rumah bersama istrinya yang tak lain adalah pelaku pada peristiwa ini.
Sungguh ironi melihat peristiwa pembunuhan yang dilakukan seorang ibu kandung terhadap anaknya sendiri dengan motif ekonomi ketika sang ayah pergi ke TPS dengan membawa harapan baru bagi perubahan menuju lebih baik. Seolah tersaji dua fakta dalam satu deskripsi bahwa negeri ini memang sedang tidak baik-baik saja. Ada dua fakta yang begitu kontras untuk dijumpai. Ketika satu sisi membawa harapan baru tapi di sisi lain justru menunjukkan kebobrokan sistem hari ini perihal ketidakmampuan menjamin kebutuhan rakyat secara optimal dan menyeluruh kekayaan negara.
Tapi seperti itulah rezim kapitalisme hari ini. Pengolahan tatanan negara dan pengaturan kehidupan rakyat serta segala bentuk jaminan bagi kemaslahatan orang banyak hanya berdasarkan konsep kapitalis yang mementingkan profit dan mengedapankan ambisi serta kepentingan segelintir orang saja tanpa peduli tujuan kepemimpinan yang sesungguhnya serta pertanggungjawaban di hadapan Tuhan semesta alam. Para pemilik modal pada sistem hari ini, hanya memandang sebuah kepimpinan dan kekuasaan sebagai jalan mencapai tujuan mereka sendiri.
Dilansir dari akuratnews.com, Freeport McMoran milik Amerika Serikat yang mengelola bidang pertambangan di Tembagapura, Mimika, Papua, berhasil memproduksi tambang per hari mencapai 220.000 ton biji mentah emas dan perak. Tidak hanya itu, selain Freeport, ternyata masih ada Perusahaan Newmont, dari Colorado, Amerika, yang mengelola beberapa tambang emas dan tembaga di kawasan NTT dan NTB. Tahun lalu, setoran perusahaan ke pemerintah mencapai Rp 689 miliar, sudah mencakup semua pajak, dari keuntungan total mereka. Jika dari NTT saja, pada 2012 pendapatan Newmont mencapai USD 4,17 juta.
Bukankah itu nilai yang sangat fantastis? Tapi begitu ironi ketika kekayaan alam dengan profit besar tidak dirasakan oleh rakyat itu sendiri. Menjadi sangat ironi ketika kekayaan alam dinegeri sendiri dikelola asing dan memperoleh keuntungan besar sementara untuk kebutuhan rakyat dalam negeri masih terabaikan.
Sehingga wajar jika di tengah kepemimpinan dalam konsep kapitalis akan ditemukan permasalahan baru dan berangsur-angsur karena hanya memiliki prospek keuntungan yang tidak sejalan dengan visi misi kepemimpinan yang sesungguhnya.
Berbeda dengan sistem Islam yang memiliki konsep kepemimpinan dengan prinsip utama yaitu mengatur urusan negara dan kepentingan umat. Sehingga dalam sistem islam yang berbingkai khilafah, seorang khalifah akan mengelola sumber daya alam yang dimiliki negara untuk dipergunakan memenuhi kebutuhan rakyat secara merata tanpa terkecuali. Tentunya, segala aturan pengolahan dan pendistribusian akan berlaku sesuai syariat islam yang telah ditetapkan Allah sehingga akan terlaksana dengan baik dan tentu memberi keberkahan. Termasuk dalam contoh kasus ini adalah dari aspek ekonomi. segala kebutuhan ekonomi rakyat akan ditanggung pemerintah dengan baik dan terjamin. Sebab selain prinsip utama yang digenggam oleh khalifah dalam mengemban amanah kepemimpinan, kesadaran akan hubungan dengan Allah juga tertanam kuat dalam benak seorang pemimpin.[]