Generasi Tanpa Hati

 


Oleh: Wafi Mu'tashimah (Siswi SMAIT Al-Amri) 


Muslimahvoice.com - Air susu dibalas dengan air tuba. Kata pepatah ini sangat pantas disematkan pada anak bangsa saat ini. Anak bangsa yang tak mengerti arti balas budi. Mereka seolah tak punya hati. Bahkan pada ibu mereka sendiri. 


Di Demak, seorang anak berinisial A tega menjebloskan ibu kandungnya kedalam penjara hanya karena perkara baju. Ditempat lain, M (40) warga asal Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) hendak melaporkan ibunya kepolisi karena masalah motor. Kepolisianpun menolak dengan tegas dan meminta pelapor menyelesaikan perkara secara kekeluargaan. 


Kejadian diatas hanya sekelumit fakta anak bangsa yang durhaka pada ibu mereka. Yang ada dibalik layar mungkin lebih banyak lagi. Begitu durhakanya mereka, hingga berani memasukkan orang yang melahirkan mereka ke dalam jeruji besi. 


Mencampakkan manusia mulia yang merawat dan menyayangi mereka sedari kecil. Yang berlelah-lelah tanpa mengakui rasa lelah untuk merawat mereka siang dan malam. Mendidik dengan didikan terbaik. Memberi tanpa meminta ganti rugi. Jika mereka tak menyayangi kita, lantas apakah kita bisa hidup hingga sekarang? 


/Asal Muasal Kebejatan Moral/


Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sikap seorang anak tergantung pada didikan kedua orang tuanya. Rasulullah SAW. pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah 


 "Tidak ada seorang manusia yang terlahir kecuali dia terlahir atas fitrah (kesucian seperti tabula rasa, kertas yang belum ditulis apapun, masih putih). Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi."


Dari hadits ini, boleh jadi anak yang tak punya rasa hormat pada kedua orang tuanya disebabkan oleh didikan orang tuanya itu sendiri. Yang mungkin tidak menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak mereka sedari kecil. Sehingga ketika dewasa, hasilnya pun terasa. 


Tapi, apakah orang tua-lah satu-satunya faktor yang patut disalahkan? Kenyataan dilapangan mengatakan tidak. Sudah sering terjadi di masyarakat, saat sebuah keluarga sudah terlihat semaksimal mungkin untuk mencetak anaknya menjadi generasi berakhlaq mulia, tapi Allah berkehendak lain. Pada akhirnya, anak tetap terjerumus pada kemaksiatan. 


Oleh karena itu, seperti yang kita ketahui bersama, faktor lingkungan juga berperan penting dalam menciptakan karakter seseorang. Belum lagi faktor ini pun sering terabaikan oleh orang tua. 


Percuma, jika orang tua sudah berusaha sebaik mungkin, tapi pergaulan diluar rumah jauh dari kata baik. Pergaulan yang bebas tanpa batas. Ditambah pula, tontonan-tontonan tak sehat yang dapat diakses dimana saja. 


Disisi lain, mencari lingkungan baik sebagai tempat pijakan generasi pun cukup sulit. Ditengah penerapan sistem liberalisme yang menyeru pemisahan agama dari kehidupan, hampir setiap sekolah yang ada dinegeri ini abai dalam menanamkan nilai-nilai islam pada anak murid mereka. 


Sehingga, ilmu yang tak dilandasi iman ini akan melahirkan personal-personal yang juga berperilaku bebas. Tak peduli aturan, demi menggapai apa yang ia inginkan. Yang faktanya telah kita lihat sendiri di tengah masyarakat. 


Jika pun ada, pasti berbiaya mahal. Sebab, sekolah ini tentu bertolak belakang dengan kurikulum penguasa. Dan akibatnya mereka tak akan disubsidi oleh negara. 


Maka, sejatinya satu-satunya jalan untuk menciptakan generasi berakhlaqul karimah, Yang pasti berbakti pada orang tua adalah mengganti sistem sekularisme dengan Islam. Karena sistem yang sekarang bercokol di Indonesia ini telah terbukti menghasilkan generasi-generasi bejat. 


Dan Islam adalah aturan yang mulia. Sistem yang telah terbukti mampu mewujudkan generasi-generasi terbaik sepanjang masa. Generasi selevel sahabat. Jangankan taat pada ibu dan ayah mereka, yang notabene terlihat jelas didepan mereka wujudnya, dengan yang tak tampak saja mereka takut, yakni Allah SWT. Wallahu a'lam bishowab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم