Oleh: Ummu Athifa
(Penulis)
Tak terasa hampir di penghujung akhir tahun. Saatnya generasi millenial membuat resolusinya. Resolusi yang berdampak pada perubahan tatanan kehidupan bermsyarakat. Sehingga, dapat mengubah pula peradaban di dunia.
Sayangnya, pemuda saat ini masih dihadapkan dengan perilaku yang sebebas-bebasnya. Tindakan yang tak bermoral menjadi cerminan pribadinya. Padahal, bangsa yang maju akan tergantung pada pola pikir dan sikap para pemudanya.
Jiwa muda masih menyelimuti semangatnya dalam pencarian jati dirinya. Namun, mereka dihadapkan pada lingkungan yang tak mendukung. Sehingga, terjadilah kerusakan dalam tingkah laku dan pemikirannya.
Ini terjadi pada dua orang pemuda di Desa Gambarsari, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dilaporkan tewas di irigasi induk Bendung Gerak Serayu. Ketika, ditelurusi ternyata korban berinisial SP (17) dan DN (16) sebelumnya tengah asyik berpesta miras bersama dua teman perempuan dan seorang laki-laki (serayunews.com,03/10/20).
Kejadian yang selalu terjadi di kalangan pemuda. Pikirannya hanya bergelut pada kesenangan semata. Tidak ada beban, tidak ada pencegahan pula dari masyarakat. Sehingga wajar, miras menjadi minuman andalan pemuda dikala berkumpul dengan kawan-kawabnnya.
Tak hanya itu, perilaku pemuda zaman sekarang dihabiskan untuk sekadar menonton drama korea ataupun mendengarkan musik ala K-Pop. Ya, K-Pop telah menjadi bagian dari kehidupan pemuda. Dikarenakan setiap lagu yang dirilis dari boyband/girlband asal negeri ginseng tersebut selalu mendominasi jajaran trending layanan streaming video, streaming musik, maupun chart billboard.
Tak ketinggalan pemuda Indonesia, kultur K-Pop telah menjangkiti semua kalangan. Bak virus yang tak henti-hentinya menular, mulai remaja hingga dewasa. Baik kaum hawa maupun pria. Terlihat ketika beberapa stasiun televisi swasta nasional menayangkan konser K-Pop Super Concert pasti penontonnya membludak (pikiranrakyat.com,02/12/20).
Itulah gambaran pemuda yang belum hijrah dari kesenangan dunia. Pemikirannya telah terkotori oleh ide-ide ala Barat. Ide inilah yang merasuki jiwa dan pemikiran mereka. Terhanyut dalam kubangan Barat dan menjadikannya teladan (panutan) dalam meraih kesuksesan duniawi.
Barat takkan berdiam diri membiarkan pemuda suatu negara berhijrah (baca: taat pada aturan Islam). Dikarenakan bagi mereka ketika hancurnya kalangan pemuda, maka hancurlah negara tersebut. Sehingga, akan selalu massif menggencarkan ide-idenya dengan cara apapun.
Contoh cara Barat yang lain, adanya proyek deradikalisasi yang massif di sekolah maupun kampus. Adanya monsterisasi pemikiran Islam kaffah hingga pesantren dianggap sarang teroris. Ditambah banyaknya pembubaran lembaga dakwah kampus hingga diskriminasi pelarangan pemakaian cadar.
Maka, pemuda akan sangat ketakutan dengan kajian-kajian Islam. Ditambah beranggapan di pikirannya bahwasannya Islam itu hanya sebatas agama saja, bukan dalam mengatur kehidupan di dunia. Mereka lebih memilih memegang Islam hanya sebatas ritual saja, mengikuti kebiasaan kedua orangtuanya dahulu.
Oleh karena itu, pemuda perlu bangkit dari keterpurukan kondisi ini. Haruslah memiliki kepekaan tinggi untuk mau berubah di tengah lingkungan buruk. Saatnya meninggalkan ide-ide Barat yang diusung oleh sistem sekulerisme. Mulailah beranjak ke identitas awal seorang Muslim.
Sabda Rasulullah SAW,,“Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai Allah menanyakan empat hal: umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; masa mudanya, bagaimana dia menggunakannya; hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskan; dan ilmunya, apakah diaamalkan atau tidak.” (HR Tirmidzi).
Seyogianya, janganlah takut untuk mempelajari Islam secara sempurna. Dikarenakan di dalam Islam akan menjadikan ilmu dan takwa sebagai landasan hidup. Tak lupa berjuang bersama tanpa lelah untuk mengkampanyekan Islam kaffah dengan metode dakwah penyadaran pemikiran, bukan dengan kekerasan.
Wallahu'alam bi shawab.