Oleh Halida
(Praktisi Pendidikan)
Muslimah-voice.com - Tega! Betapa rezim ini mengatur negeri seenak perutnya sendiri. Seolah bumi pertiwi diwariskan kepada mereka saja tanpa kecuali. Sok kuasa dan memerintah suka-suka begitulah gayanya. Yang mencaci langsung dibui. Yang mengkritisi cukup dicabut BHP yang dimiliki. Rakyat jelata dianggap penghuni tak kasat mata. Pemenuhan kebutuhannya tergantung efek domino yang menguntungkan saja. Sungguh tepat jika rezim yang hanya lahir dari rahim demokrasi ini digelari "Raja Tega".
Lupa! Benarkah rezim ini lupa bahwa mereka hanyalah manusia biasa? Yang tak beda dengan rakyat jelata? Hingga, harus taat dan tunduk pada Penciptanya? Bukakah kekuasaannya hanya sekadar "uji taqwa" bagi hamba di dunia? Ataukah memang sama sekali tak mengerti apa arti hidup? Sederet pertanyaan itu memang layak dilontarkan kepada mereka juga kepada kita.
Sebagai bagian dari masyarakat sudah selayaknya selalu _mengupgrade_ pemikiran yang bersarang dalam otak. Ketika didapati pemikiran kapitalis sekular di sana, layaklah untuk segera _menginstall_ pemikiran yang solutif, lurus, dan hakiki. Mengapa? Karena kapitalis sekular telah memutilasi kehidupan dunia dari akhirat. Walhasil, pemerolehan materilah yang menjadi standar kesenangan, kepuasan, dan kebahagiaan.
Sayangnya, standar materi ini tak hanya dipuja oleh rezim tapi juga warganya di segala lini. Akibatnya, pemikiran ini dipandang sebagai pemikiran yang tak mampu dihindari. Memandang agama hanya sebatas pengatur ibadah ritual belaka. Urusan lain sudah seharusnya dipasrahkan kepada wakil rakyat yang telah bermain mata dengan penguasa. Juga, bergandeng mesra dengan para makelar kasus yang telah siap dengan pundi-pundi dollar menyilaukan mata. Kemana hati nuraninya? Ada, sedang asyik mengikuti syahwat dunia fana.
Pemikiran kapitalis sekular sudah pasti melahirkan pemerintahan demokrasi yang tak pernah mampu memberikan kesejahteraan apalagi kebahagiaan kecuali semu belaka. Harapan hidup layak, aman, dan sejahtera menjadi jauh panggang dari api. Kepahitan hidup mewarnai rakyat jelata. Kalaulah ada kesejahteraan dari penguasa, hanyalah sekedarnya saja demi pencitraan di mata rakyatnya. Terbukti bansos pandemi pun dikorupsi.
Hamba! Sungguh, hidup ini hanya untuk menghamba kepada Pencipta segala makhluk. Di sinilah kunci keabadian _ukhrawi_ akan didapatkan. Dari sinilah pemikiran hakiki, bersumber wahyu Illahi yang mengatur seluruh laku manusia dirumuskan. Ya...syariat Islam yang dibawa dengan penuh cinta, kasih, perjuangan, dan pengorbanan secara _all out_ oleh Baginda Nabi saw bersama sahabatnya tercinta untuk rahmat seluruh alam. Syariat yang patut menjadi rujukan satu-satunya oleh satiap insan yang bernama manusia. Tak peduli apakah dia rakyat jelata ataukah pengusaha bahkan penguasa tingkat dunia. Semuanya sama dalam pandangan Syariat.
Bahwa merekalah hamba yang telah menyatakan keimanan kepada Sang Khaliq yang wajib mereka taati tanpa syarat dan ketentuan. Hukum-hukum syari'at yang mampu menjadi solusi di seluruh aspek kehidupan. Yang mampu diterapkan oleh hamba apapun posisinya, apapun profesinya. Inilah hakikat menghamba kepada Rabb-nya di dunia, sekalipun dia penguasa. Menjadikan aturannya bukan sekadar "ujaran sakral yang diagungkan" tapi "kalimat suci" yang harus diwujudkan atas dasar keimanan dan ketundukan. Dari sinilah, rezim sok kuasa mampu dihapuskan menjelma menjadi rezim yang penuh cinta, lemah lembut, dan perisai bagi warganya. Rezim ini hanya lahir dari rahim sistem Islam yang berwujud dalam sebagai wujud penghambaan dalam kehidupan.
Wallahu a'lam.bish shawwab
#imitasi