Wacana Tatap Muka Januari, Corona Sudah Pergi?

 



Afiyah Rasyad


Sejak pertengahan Maret 2020, sekolah beralih pada pertemuan jarak jauh dengan cara onlin atau dalam jaringan (daring). Kebijakan ini diambil untuk menyelamatkan generasi bangsa dari intaian virus corona. Sejak kedatangannya, pandemi melanda dunia, termasuk negeri ini.


Pembelajaran jarak jauh yang penub drama tak menyurutkan para generasi tuk menuntut ilmu. Namun, capaian yang kurang optimal dalam proses kegiatan belajar mengajar daring ini memang kurang optimal. Kendala kuota ataupun sinyal menjadi momok utama, belum lagi siswa yang tidak menangkap apa yang diajarkan oleh guru.


Angin segar sudah berembus, menerobos kerontangnya jiwa yang rindu pertemuan tatap muka. Pada Jumat (20/11/2020), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengadakan Konferensi Pers daring.


Nadiem telah mengumumkan diperbolehkannya kegiatan belajar tatap muka di sekolah untuj kembali digelar di tengah pandemi covid-19. Wacana sekolah tatap muka akan dimulai pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 atau mulai Januari tahun depan (kompas.com, 21/11/2020).


Wacana ini membahagian segenap praktisi pendidikan dan para siswa yang telah lama belajar berjauhan. Namun, virus corona sampai saat ini masih terus menginfeksi siapa pun yang lengah dan tidak fit. Kemungkinan Januari virus corona juga belum pergi.


Hal yang krusial jika sekolah tatap muka digelar di tengah pandemi tidak memperhatikan protokol kesehatan (prokes). Saat ini masyarakat banyak yang lengah dengan prokes. Bahkan, sebagian masyarakat awam menyatakan virus corona sebenarnya tidak ada.


Kebijakan dalam menangani virus corona senantiasa berubah. Mulai stay at home, PSBB, new normal, PSBB transisi tak menunjukkan tanda virus corona telah pergi. Pemberlakuan kerunan pun beda-beda. Sekolah yang memang menjadi tempat kerumunan dialihkan dengan PJJ, namun kerumunan yang lain tidak dipermasalahkan, semisal pernikahan, majelis-majelis dzikir dan sholawat, kampanye atau pilkada yang akan dihelat Desember mendatang.


Hal ini justru sangat mengkhawatirkan, pascapilkada bukan tidak mungkin muncul klaster baru dan kasus positif meningkat. Itu artinya angin segara wacana sekolah tatap muka pada bulan Januari akan menemui kasus positif yang masih meningkat. 


Sebagaimana epidemolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa sektor pendidikan ini mempunyai peran penting untuk berkontribusi dalam mengendalikan pandemi dengan melandaikan kurva (kompas.com, 21/11). Maka PJJ untuk sementara waktu menjadi keputusan yang tepat hingga virus corona ini benar-benar pergi.


Sejatinya, kebijakan yang diberlakukan memang tidak menunjukkan keseriusan, apalagi dengan new normal yang diberlakukan. Prinsip 3M saja, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak tidak diterapkan secara serius. Masih banyak masyarakat luas, termasuk anak-anak beraktivitas di luar rumah tidak menggunak masker dan menjaga jarak, apalagi mencuci tangan. 


Penanggulangan dan penekanan laju peningkatan virus corona sebenarnya menjadi tanggung jawab utama negara. Sayangnya hal ini tidak ada perubahan berarti, sejak awal kedatangannya awal Maret lalu hingga sembilan bulan ini fokus negara hanya pada sektor ekonomi.


Tentu saja negara di dunia yang menerapkan sistem kapitalisme tak ingin dibebani dengan mengurus rakyat. Menyelesaikan persoalan pandemi dengan membiayai segala keperluan medis dan memenuhi kebutuhan pokok rakyat, termasuk pendidikan dianggap beban, jangan sampai rakyat merugikan negara. Jadi wajar saja sistem kapitalisme yang diterapkan telah menuntun negara bersikap asal-asalan. Tak heran jika pandemi di dunia ini berkepanjangan.


Sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. Dalam pandangan Islam, baik kesehatan maupun pendidikan sama-sama kewajiban negara yang harus dipenuhi untuk rakyatnya. Sandang, papan, pangan dan keamanan juga kewajiban negara atas rakyatnya. 


Islam menjadikan khilafah sebagai pelayan bagi rakyatnya. Tatkala pandemi atau wabah melanda dinsuatu akan segera diatasi dengan karantina wilayah total. Sehingga tak akan menyebar ke wilayah lainnya. Selain itu kebutuhan pokok rakyat wajib dipenuhi oleh negara, dijamin tiap individu rakyat tidak kelaparan, mendapat sarana kesehatan dan pendidikan yang memadai.


Sebagaimana saat terjadi wabah di masa Rosulullah SAW, beliau melarang yang ada di dalam wilayah terkena wabah untuk keluar. Sebaliknya, warga yang dari luar wilayah terkena wabah dilarang masuk. Kebutuhan pokok seluruh individu rakyat tetap dipenuhi, terlebih di wilayah yang terdampak wabah.


Alhasil wabah yang terjadi tak akan berlarut panjang. Keadaan akan cepat pulih dan normal dengan penanganan prima dan tepat dari tim medis yang bersinergi dengan rakyat dan negara. Jika sudah normal, maka seluruh kegiatan masyarakat, termasuk pendidikan bisa dilakukan secara langsung atau tatap muka tanpa ada kekhawatiran lagi.


Wallahu a'lam bish showab


#Januari #Corona

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم